Jakarta (Antara Kalbar) - Menteri Perdagangan Rachmat Gobel akan mengevaluasi tata niaga beras, khususnya untuk sistem pendistribusian karena ada berbagai permasalahan yang menyebabkan harga kebutuhan pokok tersebut terus melambung.
"Kepada Kepala Bulog, saya minta harus dievaluasi sistem distribusinya sekarang ini. Itu yang menciptakan harga naik," kata Rachmat usai jumpa pers Kinerja Ekspor Impor, di Jakarta, Selasa.
Rachmat menjelaskan salah satu permasalahan yang pernah ditemui langsung adalah dimana adanya temuan salah satu gudang yang menyimpan beras Bulog dan dioplos dengan beras lainnya kemudian didistribusikan ke luar Jakarta.
"Ada satu gudang, ada beras Bulog yang dioplos kemudian dikirim ke luar kota bukan untuk konsumen Jakarta," ujar Rachmat.
Menurut Rachmat, setelah melihat dan mengevaluasi distribusi beras melalui food station dinilai tidak mampu untuk menekan harga beras, karena itu satgas sudah diturunkan untuk mendistribusikannya agar bisa diterima langsung oleh masyarakat dengan harga yang dudah ditetapkan pemerintah.
"Beras itu untuk masyarakat, kalau tidak ada maka ada short supply dan menyebabkan masyarakat tidak bisa mendapatkan harga yang seharusnya karena berasnya diperuntukkan ke daerah lain," kata Rachmat.
Menurut Rachmat, operasi pasar yang dilakukan satgas tersebut akan diperluas, bukan hanya di wilayah Jabodetabek karena masalah distribusi merupakan masalah yang serius dan harus segera ditangani.
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarmo, menyatakan bahwa saat ini harga beras di pasar sudah tidak realistis karena dari gudang Bulog harga beras Rp6.600 per kilogram, dan seharusnya harga di pasaran Rp7.400 per kilogram, tetapi pada kenyataanya harga beras di pasaran saat ini Rp8.200-8.300 per kilogram.
"Sehingga, paling tidak kita harus langsung ke titik langsung ke pasar-pasar yang memang membutuhkan beras, sehingga ini bisa menstabilkan harga kembali," kata Rini, usai melakukan pelepasan 2.200 ton beras untuk operasi pasar, di Jakarta, Senin (16/2).
Menurut Rini, pihaknya akan memaksimalkan penyerapan melalui operasi pasar, hingga harga beras di pasaran kembali stabil, dan sesuai fungsinya, Bulog merupakan fasilitator harga untuk menstabilkan harga dari gudang dengan harga di pasaran.
"Jadi, janganlah harga ini dipermainkan oleh beberapa pihak yang ingin mendapatkan keuntungan lebih. Kita menyadari bahwa memang pengusaha perlu mendapatakan keuntungan tapi keuntungan yang wajar," ujarnya.
(V003/B.S. Hadi)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
"Kepada Kepala Bulog, saya minta harus dievaluasi sistem distribusinya sekarang ini. Itu yang menciptakan harga naik," kata Rachmat usai jumpa pers Kinerja Ekspor Impor, di Jakarta, Selasa.
Rachmat menjelaskan salah satu permasalahan yang pernah ditemui langsung adalah dimana adanya temuan salah satu gudang yang menyimpan beras Bulog dan dioplos dengan beras lainnya kemudian didistribusikan ke luar Jakarta.
"Ada satu gudang, ada beras Bulog yang dioplos kemudian dikirim ke luar kota bukan untuk konsumen Jakarta," ujar Rachmat.
Menurut Rachmat, setelah melihat dan mengevaluasi distribusi beras melalui food station dinilai tidak mampu untuk menekan harga beras, karena itu satgas sudah diturunkan untuk mendistribusikannya agar bisa diterima langsung oleh masyarakat dengan harga yang dudah ditetapkan pemerintah.
"Beras itu untuk masyarakat, kalau tidak ada maka ada short supply dan menyebabkan masyarakat tidak bisa mendapatkan harga yang seharusnya karena berasnya diperuntukkan ke daerah lain," kata Rachmat.
Menurut Rachmat, operasi pasar yang dilakukan satgas tersebut akan diperluas, bukan hanya di wilayah Jabodetabek karena masalah distribusi merupakan masalah yang serius dan harus segera ditangani.
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarmo, menyatakan bahwa saat ini harga beras di pasar sudah tidak realistis karena dari gudang Bulog harga beras Rp6.600 per kilogram, dan seharusnya harga di pasaran Rp7.400 per kilogram, tetapi pada kenyataanya harga beras di pasaran saat ini Rp8.200-8.300 per kilogram.
"Sehingga, paling tidak kita harus langsung ke titik langsung ke pasar-pasar yang memang membutuhkan beras, sehingga ini bisa menstabilkan harga kembali," kata Rini, usai melakukan pelepasan 2.200 ton beras untuk operasi pasar, di Jakarta, Senin (16/2).
Menurut Rini, pihaknya akan memaksimalkan penyerapan melalui operasi pasar, hingga harga beras di pasaran kembali stabil, dan sesuai fungsinya, Bulog merupakan fasilitator harga untuk menstabilkan harga dari gudang dengan harga di pasaran.
"Jadi, janganlah harga ini dipermainkan oleh beberapa pihak yang ingin mendapatkan keuntungan lebih. Kita menyadari bahwa memang pengusaha perlu mendapatakan keuntungan tapi keuntungan yang wajar," ujarnya.
(V003/B.S. Hadi)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015