Sanggau (Antara Kalbar) - Seperti di daerah lain, warga di Kabupaten Sanggau kini juga tengah dilanda "demam" batu akik.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
Tren penggunaan batu akik untuk perhiasan membuat peminat dan pebisnis batu tersebut bermunculan di Kota Sanggau hingga ke berbagai kecamatan.
Bahkan, ada yang banting stir untuk menjadi pengasah dan pembuat batu akik. Salah satunya Dea Fernandes (40), yang sebelumnya merupakan pedagang perhiasan emas keliling. Namun lantaran pasar akik sangat menjanjikan, maka ia memutuskan menjadi pengasah sekaligus pedagang akik.
"Sudah 6 bulan saya jadi pengasah dan berjualan akik ini. Dulu saya penjual perhiasan emas keliling, untuk sementara stop dulu masuk kampung jualan," ujar pria yang juga pemilik warung kopi Sutan Borneo di Pasar Rawa Bangun, Kota Sanggau.
Dea mengaku omsetnya sekitar Rp500 ribu dalam sehari. Oleh karena omset yang dicapai lumayan besar, makanya Ia memilih berhenti dulu menjadi pedagang perhiasan emas keliling. "Ya, rata-rata Rp500 ribu lah, saya kan ngambil upah ngasah juga," kata dia.
Dipaparkan Dea, untuk mengasah batu cincin dan kalung, tarifnya bervariasi dari Rp50 ribu hingga Rp70 ribu. Tergantung kesulitan dalam mengasahnya, karena batu ada yang sangat keras untuk dibentuk hingga mengkilap dan bersinar.
Dea mengaku bisa mengasah batu hingga siap dipakai 5-6 buah setiap harinya. "Tergantung jenis batunya, karena keras Rp70 ribu lah sampai siap dipasang. Nah, kalau batu biasa cukup Rp50 ribu saja," jelas Dea.
Dea juga mengaku menjual batu dari luar, seperti batu bacan, lavender, kecubung, tapak jalak, panca warna dan sebagainya. "Banyak jenisnya, ini batu-batu dari luar," ujar Dea.
Untuk batu alam asli Sanggau yang sering ditemui yakni pinyang, kecubung air, kecubung biru, panca warna. "Batu pinyang ini asli wilayah Kabupaten Sanggau, modelnya seperti kristal. Ada juga kecubung dan panca warna," ungkapnya.
Menurut Dea, Kabupaten Sanggau sebenarnya memiliki berbagai jenis batu dan tak kalah indahnya dengan batu asal wilayah lain. Hanya saja belum tergali semua, sehingga belum cukup dikenal.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015