Jakarta (Antara Kalbar) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyesalkan adanya diskriminasi terhadap warga negara yang dokumen keimigrasiannya ada nama Muhammad dan Ali di "autogate" Bandara Soekarno Hatta.
"MUI sangat menyesalkan adanya diskriminasi tersebut. MUI mendesak pemerintah untuk segera menghentikan hal ini," ujar Ketua MUI Bidang Pendidikan Anwar Abbas di Jakarta, Minggu.
Jika dibiarkan, lanjut dia, hal itu akan menimbulkan keresahan yang semakin meningkat di masyarakat, karena tindakan tersebut mencerminkan sikap anti terhadap Islam. Padahal Islam merupakan agama mayoritas di Tanah Air.
"Apalagi, kami mendengar banyak warga yang mempunyai nama Muhammad dan Ali tidak bisa ke luar negeri. Bahkan mereka dipersulit dengan wawancara berlebihan," jelas dia.
Muhammad merupakan nabi terakhir dan junjungan umat Islam. Sementara, Ali merupakan nama keponakan dan sahabat dari Nabi Muhammad SAW.
"Kebijakan seperti ini tidak bisa diterima," kata dia, menegaskan.
Sebelumnya, Kepala Subbagian Hubungan Masyarakat (Humas) Direktorat Jenderal (Ditjen) Imigrasi Yan Wely Wiguna mengatakan bahwa sistem dalam "autogate" tidak dirancang melakukan penolakan terhadap nama-nama yang mengandung kata Muhammad atau Ali.
"Sistem akan menampilkan hasil proses verifikasi data yang terindikasi memiliki tingkat kemiripan atau kesesuaian sangat tinggi terhadap data pencegahan dan penangkalan maupun data-data keimigrasian yang telah dimasukkan ke sistem sebelumnya," ujar Yan, menjelaskan.
"Autogate" merupakan perangkat yang dirancang untuk melaksanakan perekaman data perlintasan di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) bagi WNI pemegang paspor elektronik dan paspor non elektronik.
(I025/M.M. Astro)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
"MUI sangat menyesalkan adanya diskriminasi tersebut. MUI mendesak pemerintah untuk segera menghentikan hal ini," ujar Ketua MUI Bidang Pendidikan Anwar Abbas di Jakarta, Minggu.
Jika dibiarkan, lanjut dia, hal itu akan menimbulkan keresahan yang semakin meningkat di masyarakat, karena tindakan tersebut mencerminkan sikap anti terhadap Islam. Padahal Islam merupakan agama mayoritas di Tanah Air.
"Apalagi, kami mendengar banyak warga yang mempunyai nama Muhammad dan Ali tidak bisa ke luar negeri. Bahkan mereka dipersulit dengan wawancara berlebihan," jelas dia.
Muhammad merupakan nabi terakhir dan junjungan umat Islam. Sementara, Ali merupakan nama keponakan dan sahabat dari Nabi Muhammad SAW.
"Kebijakan seperti ini tidak bisa diterima," kata dia, menegaskan.
Sebelumnya, Kepala Subbagian Hubungan Masyarakat (Humas) Direktorat Jenderal (Ditjen) Imigrasi Yan Wely Wiguna mengatakan bahwa sistem dalam "autogate" tidak dirancang melakukan penolakan terhadap nama-nama yang mengandung kata Muhammad atau Ali.
"Sistem akan menampilkan hasil proses verifikasi data yang terindikasi memiliki tingkat kemiripan atau kesesuaian sangat tinggi terhadap data pencegahan dan penangkalan maupun data-data keimigrasian yang telah dimasukkan ke sistem sebelumnya," ujar Yan, menjelaskan.
"Autogate" merupakan perangkat yang dirancang untuk melaksanakan perekaman data perlintasan di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) bagi WNI pemegang paspor elektronik dan paspor non elektronik.
(I025/M.M. Astro)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015