Pontianak (Antara Kalbar) - Lahan di Kalimantan Barat memiliki potensi besar untuk pengembangan kemiri sunan baik di lahan marginal maupun pada kawasan sebagai tanaman konservasi, kata Kepala Bidang Pengembangan Tanaman dan Produksi, Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat, Juniar. 

"Untuk mewujudkan Kalimantan Barat sebagai salah satu sentra produksi kemiri sunan di Indonesia tentunya dalam pengembangannya perlu dukungan semua pihak terkait terutama pemerintah Kabupaten / Kota dan kalangan swasta," kata Juniar di Pontianak, Jumat.

Dia menambahkan, diperlukan perencanaan yang baik, dimulai dengan mempersiapkan SDM petugas, petani dan kelompok tani mengenai budidaya kemiri sunan, kebun sumber benih, pengolahan hasil serta pemasarannya.

Menurutnya, untuk Kalbar, dewasa ini kemiri sunan belum dikembangkan oleh masyarakat maupun pihak swasta, sehingga komoditas tersebut belum familiar di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, penanaman perdana Kemiri Sunan di Teluk Bakung Kabupaten Kubu Raya oleh Gubernur Kalbar beberapa waktu yang lalu merupakan tonggak sejarah bagi masyarakat Kalbar.

"Perlu kami informasikan, selain jarak pagar, ternyata kemiri sunan memiliki potensi yang cukup besar untuk menghasilkan bio-diesel karena tanaman ini adalah tanaman yang memiliki perakaran tunggang dengan kanopi yang rapat dan lebar," tuturnya.

Dia menjelaskan, kemiri sunan merupakan tanaman dikotil, tumbuh sebagai tegakan dengan diameter batang mencapai satu meter. Tinggi tanaman dapat mencapai 15 meter atau lebih serta hidup sampai usia 75 tahun dan buah tanaman itu berada di kanopi terminal dan buahnya terletak di ujung cabang.

"Kemiri sunan merupakan tanaman asli yang berasal dari Filipina. Di Indonesia, kemiri sunan banyak tumbuh di Jawa Barat dengan jumlah populasi di Kabupaten Majalengka 2.142 pohon, Sumedang 547 pohon dan Garut 1.753 pohon," katanya.

Syarat tumbuh kemiri sunan adalah pada ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut dengan kondisi iklim optimal adalah pada suhu 18,7 sampai 26,2 derajat celsius dengan pH 5,4-7,1. Pola pengembangannya dapat dibudidayakan secara polikultur atau tanaman campuran dan monokultur perkebunan.

Mengingat kemiri sunan memiliki potensi sebagai sumber energi alternatif karena memiliki kandungan minyak mencapai 52 persen (disebut minyak kasar kemiri sunan (MKKS) atau Crude Trisperma Oil (CTO) atau 40 persen dari biji/gelondong. Selain itu, tanaman itu juga multiguna karena dapat digunakan sebagai obat, cat, pernis, tinta, pewarna batik, pelapis perahu, minyak lampu, pestisida nabati, pupuk organik, pelapis sepatu dan lain-lain.

"Dari 100 pohon Kemiri Sunan dapat diperoleh minyak biodiesel 10 ton per tahun atau 4 sampai 5 kali lebih tinggi dari Jarak Pagar dan dua kali lebih tinggi dari Minyak Kelapa Sawit. Dari hasil analisis laboratorium, kadar minyak mentah biji Kemiri Sunan sampai 49-59 persen setelah melalui transesterifikasi mencapai 88 sampai 91 persen," kata Juniar.

Dia menambahkan, minyak diesel dari Kemiri Sunan bisa dipakai untuk mesin generator dengan bahan bakar 100 persen minyak dari biji Kemiri Sunan sama halnya Jarak Pagar. Berdasarkan keragaman di lapangan, tanaman umur 25 tahun bisa menghasilkan 250 kilogram biji per tahun.

"Misalnya satu hektare bisa ditanam 100 pohon, maka bisa dihasilkan 12,5 ton biodiesel, dengan jarak tanam 8x8 meter, produksi minyak mentah dari Kelapa Sawit sekitar 4 ton per hektare per tahun," tuturnya. ***3***

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015