Jayapura (Antara Kalbar) - Konsultan Kusta dan Frambusia Papua dan Papua Barat, Ary Pongtiku di Jayapura, Kamis, mengatakan, ia menduga jumlah penderita kusta yang terdata lebih sedikit dibanding penderita kusta di lapangan karena mereka enggan memeriksakan diri.

Penderita kusta di Papua hingga kini tercatat 1.592 kasus yang tersebar di 16 kabupaten dari 29 kabupaten dan kota di daerah ini.

Selain enggan memeriksakan diri ke Puskesmas maupun rumah sakit, warga yang mengindap kusta juga tidak mau minum obat yang diberikan paramedis, kata Arry Pongtiku.

Menurut dia, jika pelayanan kepada penderita kusta belum ditangani secara serius, maka penyakit tersebut sulit diberantas.

Untuk menangani kasus penyakit kusta, Pemprov Papua mengalokasikan dana sebesar Rp200 juta dan bantuan dari "Netherland Leprosy Relief", yang merupakan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dari Belanda mengalokasikan dana Rp525 juta.

Ketika ditanya tentang upaya pencegahan kusta dengan menggunakan "sistem blanket" Arry Pongtiku mengaku, untuk Papua dilaksanakan di kampung Mumugu, Kabupaten Asmat.

Menurutnya, saat ini tercatat 135 orang penderita kusta di kampung Mumugu yang pengobatannya menggunakan "sistem blanket" dari 350 pengindap kusta.

Adapun daerah yang menjadi epidemik kusta adalah Kota Jayapura, Timika, Sarmi, Nabire, Mamberamo Raya, Biak , Waropen, Asmat, Supiori, Boven Digoel, Mappi, Merauke, Jayawijaya, Paniai, Kepulauan Yapen, Keerom dan Kabupaten Jayapura.

Pewarta:

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015