Jakarta (Antara Kalbar) -  Gedung Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menjadi saksi pertemuan warga pro dan kontra seputar pembangunan pabrik semen milik PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (PTSI) di Rembang. Ini terjadi saat warga desa sekeliling lokasi pabrik semen (ring 1) mendatangi Komnas HAM untuk bersilaturahmi.

"Kami ingin Komnas HAM paham bahwa kondisi desa kami aman dan damai walau ada warga yang setuju dan menolak pabrik semen," kata Mindar di Jakarta, Sabtu.

Rupanya, pada waktu bersamaan, tiga pentolan warga kontra pabrik semen, Joko Prianto, Sukinah, dan Suwater juga sedang di Komnas HAM. Atas fasilitasi Komisioner Komnas HAM Muhammad Nurkhoiron, warga kontra akan beraudiensi dengan Manajemen PTSI di kantor Komnas HAM.

Kedua 'kubu' ini sempat sama-sama terkejut bisa bertemu di Jakarta. Dengan cepat, Harti memecah kekagetan dengan mendatangi Sukinah. Kebetulan dua ibu ini memang memiliki hubungan saudara dan sama-sama warga Desa Tegaldowo. "Walah saudara bertetangga kok malah ketemunya di tempat jauh begini," kata Suharti.

Beberapa obrolan ringan terjadi antara keduanya. Sukinah bertanya naik kendaraan apa rombongan Harti ke Jakarta. Harti menjawab, dia dan rombongan berangkat ke Jakarta dengan menyewa mobil Isuzu Elf. Saat ditanya balik, Sukinah menjawab dirinya ke Jakarta naik pesawat terbang.

Asumsi Nurkhoiron bahwa perbedaan pendapat warga desa ini terlalu tajam menjadikan pertemuan tiga pihak ini berjalan dalam dua 'etape'. Staf Komnas HAM yang tidak mau disebut namanya mengatakan ada kekhawatiran bahwa perbedaan 'visi' antar warga ini bisa memunculkan konflik di dalam pertemuan. Akhirnya, obrolan Harti dan Sukinah terhenti saat warga kontra harus masuk ke ruang pertemuan dengan Komnas HAM dan Manajemen SI di lantai 3.

Ternyata, pertemuan itu berjalan singkat, hanya sekitar 15 menit. Saat Joko Prianto, Sukinah, dan Suwater akan meninggalkan Gedung Komnas HAM terjadi peristiwa yang mengharukan.

Ikatan persaudaraan dan tetangga yang selama ini terjalin tidak terganggu dengan perbedaan pendapat seputar keberadaan pabrik semen di desanya. Adegan peluk dan cium pipi mewarnai perpisahan Harti dan Sukinah serta warga lain di Komnas HAM. Dengan takzim, ketiga warga kontra menyalami Kyai Ali Nasikun, tokoh agama Desa Tegaldowo, yang turut hadir di Jakarta.

Tak lama kemudian, giliran warga bertemu dengan Nurkhoiron dan Manajemen SI. Di situ warga meminta Komnas HAM untuk netral dan tidak melakukan hal-hal yang mengganggu kesucian proses hukum di Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang. "Kami menyampaikan informasi fakta sebenarnya yang terjadi di desa ring 1 tentang manfaat yang kami rasakan atas kehadiran pabrik semen," kata Sholeh, warga Desa Kadiwono.

Berturut-turut, perwakilan lima desa ring 1 ini menyampaikan aspirasinya kepada Nurkhoiron dan didengar langsung Manajemen SI Nurkhoiron hanya mendengar paparan warga tanpa memberikan komentar apapun. "Saya hanya memediasi saja," kata Nurkhoiron seusai pertemuan.
Kunjungan ke Komnas HAM ini bagian dari muhibah warga pendukung pendirian pabrik semen di Rembang. Sebelumnya, warga mengunjungi kantor PB PMII dan PB NU untuk menyampaikan fakta-fakta yang selama ini belum diketahui publik. Selain mengunjungi tokoh-tokoh nasional, warga lima desa ring 1 ini juga bersilaturahmi ke beberapa media.

Pewarta: Andilala

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015