Putussibau (Antara Kalbar) - Sejumlah pedagang pakaian yang menghuni kios di ruko baru jalan Pantai Sibau, Kelurahan Putussibau Kota, mengeluh karena pengunjung pasar yang sepi.

"Kami hanya mengandalkan hari raya saja nungguin orang belanja banyak, kalau hari-hari biasa sepi," ungkap Bintoro (42) satu diantara pedagang pakaian ketika ditemui di kiosnya, Senin.

Turunnya daya beli masyarakat, kata Bintoro, menyebabkan biaya sewa ruko membengkak. Pasalnya pedagang dibebankan sebesar Rp9 juta pertahun.

Menurutnya, pendapatan masyarakat yang fluktuatif salah satu penyebab konsumen berkurang.
"Sekarang kerja emas dilarang, harga karet anjlok. Mana ada orang kampung turun ke kota untuk berbelanja," ucapnya. 

Bahkan, pria asal Jawa Timur ini mengakui, untuk mendapatkan Rp100 ribu perhari itu sulit.
"Kadang-kadang juga pendapatan kami kosong," katanya.

Hal senada juga diakui Susi. Akibat menurunnya pembeli, beberapa pedagang lainnya gulung tikar. Tinggal beberapa pedagang yang masih bertahan, sementara tagihan sewa ruko tetap jalan.

"Bagaimana mau bertahan. Pembeli sepi. Saya aja yang buka kios dari jam 06.00 pagi hingga sore kadang satupun tak ada yang datang. Maka banyak pedagang memilih pulang kampung," ujarnya.

Perempuan yang sudah berjualan pakaian dari tahun 2002 ini mengungkapkan, setiap harinya pedagang lebih banyak duduk dan tidur ketimbang melayani pembeli. 

Ia mengaku, masih bertahan hingga sekarang karena tak ada pilihan lain lagi.
"Kami hanya mengandalkan hari raya saja untuk menjual barang kami,"

Pewarta: Andre

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015