Sungai Kakap, Kalbar, (Antara Kalbar) - Swadiri Institut mengujicoba penggunaan drone untuk mendeteksi kesehatan tanaman pangan di kalangan petani di Dusun Cempaka, Desa Sungai Itik, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Rabu.
Direktur Swandiri Institut Hermawansyah di sela uji coba menuturkan, penggunaan drone untuk membantu mendeteksi kesehatan tanaman sudah dilakukan petani di luar negeri.
"Misalnya di Eropa, untuk lahan tanaman anggur yang luasnya ratusan hektare, petani menggunakan drone untuk mendeteksi penyakit di tanaman tersebut," ujar dia.
Beranjak dari aplikasi tersebut, sejak tiga bulan terakhir Swandiri Institut mulai mengembangkan untuk lahan pertanian. Didukung oleh Pulselab Jakarta dan UNDP.
"Jadi nanti dapat dilihat mana tanaman yang sehat dan tidak," ujar Hermawansyah.
Sungai Kakap dipilih dengan pertimbangan sebagai kawasan pangan di Kalbar serta memiliki lahan pertanian yang cukup luas.
Harapan ke depan, penggunaan drone dapat diadopsi pemerintah dan dimaksimalkan untuk meningkatkan produksi petani.
"Yang mengelola bisa petugas penyuluh lapangan," ujar dia.
Peneliti dari Swadiri Institut Arief Munandar menjelaskan, drone yang digunakan jenis berbaling-baling empat dengan kemampuan terbang 150 - 200 meter. Lama terbang berkisar 25 menit.
Ia menambahkan, untuk mendeteksi kesehatan tanaman, drone tersebut dilengkapi dua jenis kamera yakni yang khusus infra red dan visible atau biasa.
Kemudian, di ketinggian tertentu, kamera digunakan untuk memotret lokasi yang akan dipantau.
Lalu hasil dari dua kamera tersebut digabung dan disandingkan menggunakan aplikasi tertentu sehingga menghasilkan gambar yang menunjukkan angka kesehatan tanaman sesuai warna yang ditampilkan.
s dari angkan yang tidak sehat, dari angka 0,1 sampai 0,3," ujar Arief.
Petani dapat langsung melihat lokasi mana yang terserang penyakit sehingga upaya pencegahan pun dapat lebih cepat dilakukan.
Ia menambahkan, untuk penggunaan drone, tingkat keakuratan dapat mencapai 2 centimeter per pixel. Sedangkan kalau menggunakan satelit, tingkat akurasinya hanya di kisaran 15 m x 15 m.
"Batang padi pun dapat dilihat kalau menggunakan kamera di drone," kata dia.
Pemantauan akan lebih efektif pada satu bulan pertama sehingga lebih mudah untuk melakukan pencegahan.
***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
Direktur Swandiri Institut Hermawansyah di sela uji coba menuturkan, penggunaan drone untuk membantu mendeteksi kesehatan tanaman sudah dilakukan petani di luar negeri.
"Misalnya di Eropa, untuk lahan tanaman anggur yang luasnya ratusan hektare, petani menggunakan drone untuk mendeteksi penyakit di tanaman tersebut," ujar dia.
Beranjak dari aplikasi tersebut, sejak tiga bulan terakhir Swandiri Institut mulai mengembangkan untuk lahan pertanian. Didukung oleh Pulselab Jakarta dan UNDP.
"Jadi nanti dapat dilihat mana tanaman yang sehat dan tidak," ujar Hermawansyah.
Sungai Kakap dipilih dengan pertimbangan sebagai kawasan pangan di Kalbar serta memiliki lahan pertanian yang cukup luas.
Harapan ke depan, penggunaan drone dapat diadopsi pemerintah dan dimaksimalkan untuk meningkatkan produksi petani.
"Yang mengelola bisa petugas penyuluh lapangan," ujar dia.
Peneliti dari Swadiri Institut Arief Munandar menjelaskan, drone yang digunakan jenis berbaling-baling empat dengan kemampuan terbang 150 - 200 meter. Lama terbang berkisar 25 menit.
Ia menambahkan, untuk mendeteksi kesehatan tanaman, drone tersebut dilengkapi dua jenis kamera yakni yang khusus infra red dan visible atau biasa.
Kemudian, di ketinggian tertentu, kamera digunakan untuk memotret lokasi yang akan dipantau.
Lalu hasil dari dua kamera tersebut digabung dan disandingkan menggunakan aplikasi tertentu sehingga menghasilkan gambar yang menunjukkan angka kesehatan tanaman sesuai warna yang ditampilkan.
s dari angkan yang tidak sehat, dari angka 0,1 sampai 0,3," ujar Arief.
Petani dapat langsung melihat lokasi mana yang terserang penyakit sehingga upaya pencegahan pun dapat lebih cepat dilakukan.
Ia menambahkan, untuk penggunaan drone, tingkat keakuratan dapat mencapai 2 centimeter per pixel. Sedangkan kalau menggunakan satelit, tingkat akurasinya hanya di kisaran 15 m x 15 m.
"Batang padi pun dapat dilihat kalau menggunakan kamera di drone," kata dia.
Pemantauan akan lebih efektif pada satu bulan pertama sehingga lebih mudah untuk melakukan pencegahan.
***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015