London (Antara Kalbar) - Para ilmuwan merunut genom jerapah untuk pertama kalinya, mengungkap ciri-ciri yang membantu menjelaskan bagaimana binatang tertinggi di Bumi itu bisa memiliki leher sangat panjang.
Menjadi jerapah tidak mudah. Guna memompa darah dua meter ke atas dari dada ke otak membutuhkan jantung turbo dan tekanan darah dua kali lebih besar dari mamalia normal.
Jerapah juga butuh katup pengaman khusus supaya mereka bisa membungkuk untuk minum dan menegakkan lagi kepala mereka tanpa pingsan.
Wujud unik binatang itu sudah lama menjadi teka-teki bagi para ahli biologi, termasuk Charles Darwin.
Sekarang, dengan membandingkan genom jerapah dengan kerabat terdekatnya, okapi berleher pendek, para ilmuwan membongkar bagian dari teka-teki itu dengan menunjuk perubahan-perubahan kecil pada sejumlah kecil gen yang bertanggung jawab dalam pengaturan bentuk tubuh dan sirkulasi.
Ini menunjukkan bahwa perkembangan leher panjang dan jantung kuat berjalan bergandengan dipicu oleh relatif sedikit perubahan genetik.
"Ada banyak teori tentang bagaimana leher jerapah memanjang tapi tampaknya perkembangan sistem kardiovaskular berkembang paralel dengan perkembangan sistem rangka," kata Morris Agaba dari African Institute for Science and Technology di Tanzania seperti dilansir kantor berita Reuters.
Dia dan koleganya menerbitkan temuan mereka di jurnal Nature Communications pada Selasa.
Penguraian faktor-faktor genetik di balik sistem kardiovaskular luar biasa jerapah juga bisa mengandung pelajaran untuk kesehatan manusia, karena binatang itu tampaknya terhindar dari kerusakan organ yang sering ditemukan pada orang-orang dengan tekanan darah tinggi.
Ide yang tampaknya berbukti bahwa itu terjadi guna mencapai persediaan makanan yang semakin tinggi sudah ditentang dalam 20 tahun terakhir dengan hipotesis bahwa itu sebenarnya karena seleksi seksual dan kompetisi di antara para pejantan petarung untuk mendapat pasangan.
Tidak seperti burung berleher panjang, yang memiliki tulang belakang tambahan, jerapah memiliki tujuh tulang belakang yang sama dengan yang ditemukan pada semua mamalia, meski milik mereka jauh lebih panjang.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016
Menjadi jerapah tidak mudah. Guna memompa darah dua meter ke atas dari dada ke otak membutuhkan jantung turbo dan tekanan darah dua kali lebih besar dari mamalia normal.
Jerapah juga butuh katup pengaman khusus supaya mereka bisa membungkuk untuk minum dan menegakkan lagi kepala mereka tanpa pingsan.
Wujud unik binatang itu sudah lama menjadi teka-teki bagi para ahli biologi, termasuk Charles Darwin.
Sekarang, dengan membandingkan genom jerapah dengan kerabat terdekatnya, okapi berleher pendek, para ilmuwan membongkar bagian dari teka-teki itu dengan menunjuk perubahan-perubahan kecil pada sejumlah kecil gen yang bertanggung jawab dalam pengaturan bentuk tubuh dan sirkulasi.
Ini menunjukkan bahwa perkembangan leher panjang dan jantung kuat berjalan bergandengan dipicu oleh relatif sedikit perubahan genetik.
"Ada banyak teori tentang bagaimana leher jerapah memanjang tapi tampaknya perkembangan sistem kardiovaskular berkembang paralel dengan perkembangan sistem rangka," kata Morris Agaba dari African Institute for Science and Technology di Tanzania seperti dilansir kantor berita Reuters.
Dia dan koleganya menerbitkan temuan mereka di jurnal Nature Communications pada Selasa.
Penguraian faktor-faktor genetik di balik sistem kardiovaskular luar biasa jerapah juga bisa mengandung pelajaran untuk kesehatan manusia, karena binatang itu tampaknya terhindar dari kerusakan organ yang sering ditemukan pada orang-orang dengan tekanan darah tinggi.
Ide yang tampaknya berbukti bahwa itu terjadi guna mencapai persediaan makanan yang semakin tinggi sudah ditentang dalam 20 tahun terakhir dengan hipotesis bahwa itu sebenarnya karena seleksi seksual dan kompetisi di antara para pejantan petarung untuk mendapat pasangan.
Tidak seperti burung berleher panjang, yang memiliki tulang belakang tambahan, jerapah memiliki tujuh tulang belakang yang sama dengan yang ditemukan pada semua mamalia, meski milik mereka jauh lebih panjang.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016