London (Antara Kalbar) - Anggaran untuk tahap pertama pengembangan dan uji coba vaksin malaria pertama dunia di kawasan sub-sahara Afrika telah diamankan sehingga program imunisasi dapat dimulai 2018 mendatang, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kamis.
Vaksin "RTS,S" atau Mosquirix dikembangkan oleh produsen obat GlaxoSmithKline. Namun, efeknya hanya ampuh sebagian dan harus diberikan sebanyak empat kali.
Meski demikian, "RTS,S" merupakan vaksin pertama yang disetujui untuk digunakan mencegah penyakit tersebut.
WHO mengatakan tahun lalu, walaupun menjanjikan "RTS,S" masih harus digunakan dalam fase uji coba sebelum dipakai secara massal. Pasalnya, vaksin itu belum sepenuhnya ampuh.
Direktur Program Malaria Dunia WHO Pedro Alonso mengatakan, Kamis, pengesahan anggaran sekaligus program uji coba vaksin di Afrika merupakan momen bersejarah untuk perang terhadap malaria.
"Proyek uji coba ini akan memberi informasi penggunaan vaksin dalam kehidupan keseharian sebelum dipakai dalam skala besar," katanya.
Lembaga pendanaan dunia penanggulangan penyakit AIDS, Tuberkulosis, dan AIDS (Global Funds) mengesahkan 15 juta dolar AS untuk program uji coba pemakaian vaksin. Penetapan itu turut memastikan pendanaan fase pertama program.
Sementara itu, Aliansi Vaksin GAVI dan UNITAID mengumumkan bantuan dana lebih dari 27,5 juta dolar AS dan 9,6 juta dolar AS akan diberikan untuk program terkait selama empat tahun pertama.
Malaria menjangkit 200 juta orang per tahun di seluruh dunia dan menewaskan 440 ribu jiwa pada 2015.
Kematian terbanyak akibat malaria dialami bayi di kawasan sub-sahara Afrika.
"RTS,S" dikembangkan GSK bersama Insiatif Vaksin Malaria PATH, juga sebagian didanai oleh Yayasan Bill & Melinda Gates. (Uu. KR-GNT)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016
Vaksin "RTS,S" atau Mosquirix dikembangkan oleh produsen obat GlaxoSmithKline. Namun, efeknya hanya ampuh sebagian dan harus diberikan sebanyak empat kali.
Meski demikian, "RTS,S" merupakan vaksin pertama yang disetujui untuk digunakan mencegah penyakit tersebut.
WHO mengatakan tahun lalu, walaupun menjanjikan "RTS,S" masih harus digunakan dalam fase uji coba sebelum dipakai secara massal. Pasalnya, vaksin itu belum sepenuhnya ampuh.
Direktur Program Malaria Dunia WHO Pedro Alonso mengatakan, Kamis, pengesahan anggaran sekaligus program uji coba vaksin di Afrika merupakan momen bersejarah untuk perang terhadap malaria.
"Proyek uji coba ini akan memberi informasi penggunaan vaksin dalam kehidupan keseharian sebelum dipakai dalam skala besar," katanya.
Lembaga pendanaan dunia penanggulangan penyakit AIDS, Tuberkulosis, dan AIDS (Global Funds) mengesahkan 15 juta dolar AS untuk program uji coba pemakaian vaksin. Penetapan itu turut memastikan pendanaan fase pertama program.
Sementara itu, Aliansi Vaksin GAVI dan UNITAID mengumumkan bantuan dana lebih dari 27,5 juta dolar AS dan 9,6 juta dolar AS akan diberikan untuk program terkait selama empat tahun pertama.
Malaria menjangkit 200 juta orang per tahun di seluruh dunia dan menewaskan 440 ribu jiwa pada 2015.
Kematian terbanyak akibat malaria dialami bayi di kawasan sub-sahara Afrika.
"RTS,S" dikembangkan GSK bersama Insiatif Vaksin Malaria PATH, juga sebagian didanai oleh Yayasan Bill & Melinda Gates. (Uu. KR-GNT)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016