Pontianak  (Antara Kalbar) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Kalimantan Barat, sejak tanggal 24 hingga 28 November, telah melakukan pelepasliaran dua ekor orangutan ke kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya.

"Pelepasliaran dua ekor orangutan itu, kami lakukan di kawasan Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, SPTN Wilayah I Nanga Pinoh, Resort PTN Mentatai Kecamatan Menukung, Kabupaten Melawi," kata Kepala BKSDA Kalbar Sustyo Iriyono di Pontianak, Selasa.

Ia menjelaskan, yang ikut terlibat dalam pelepasliaran orangutan itu, yakni Tim Gugus Tugas Evakuasi dan Penyelamatan TSL - Seksi Konservasi Wilayah I Ketapang, Seksi Konservasi Wilayah II Sintang, dan Yiari Ketapang.

"Kedua orangutan itu, berjenis kelamin jantan dan betina dengan usia delapan tahun. Untuk yang berjenis kelamin jantan diberi nama Johny sedangkan yang betinanya bernama Desy," ungkapnya.

Sustyo menambahkan, Johny sebelumnya sudah direhabilitasi selama empat tahun di Yiari. Sedangkan Desy juga sudah direhabilitasi selama tiga tahun ditempat yang sama, dan keduanya dalam kondisi sehat.

Kedua satwa itu telah melalui tahapan rehabilitasi selama 3 - 4 tahun di Pusat Rehabilitasi Yiari Ketapang kemudian proses habituasi di sekitar habitatnya untuk mengembalikan sifat liar dan agresivitasnya. "Sifat itu diperlukan untuk mereka bertahan hidup dihabitat aslinya," katanya.

Menurutnya, kawasan Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, SPTN Wilayah I Nanga Pinoh, Resort PTN Mentatai dipilih sebagai tempat pelepasliaran setelah melalui survei kondisi habitat, ketersediaan pakan dan animal welfare.

"Hingga saat ini, pelepasliaran orangutan itu, yang kesepuluh di kawasan Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, sejak tahun 2015 hingga 2016, yakni satwa berasal dari penyerahan masyarakat," katanya.

Menurut dia, hal itu mengindikasikan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kelestarian satwa dihabitat alamnya, serta pertimbangan "animal welfare", tercatat ada beberapa jenis satwa lain dilindungi yang juga diserahkan secara sukarela.

Serta, mencerminkan hasil dari upaya kegiatan konservasi, baik secara preventif-persuasif (patroli, sosialisasi, dan penyuluhan) maupun represif (penegakan Hukum) yang selama ini terus dilakukan," kata Sustyo.





Pewarta: Slamet Ardiansyah

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016