Sungai Raya  (Antara Kalbar) - Pemerintah Kabupaten Kubu Raya melalui program CCDP-IFAD mengembangkan Madu Mangrove di beberapa Desa Pesisir di Batu Ampar.

"Untuk desa yang kita arahkan dalam pengembangan madu mangrove ini, diantaranya di Desa Nipah Panjang dan Desa Tanjung Harapan," kata Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan Kubu Raya Abdul Rani di Sungai Raya, Senin.

Ia menjelaskan, daerah pesisir Kubu Raya memiliki beragam potensi yang tidak dimiliki daerah lain. Yang dapat dikelola dan dikembangkan menjadi pendongkrak peningkatan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat.

"Salah satunya adalah hutan mangrove. Sebagaimana diketahui, hutan mangrove Kubu Raya adalah yang terbesar di Kalimantan Barat dan terbaik di Dunia," tuturnya.

Disamping keindahan Alam hutan mangrove Kubu Raya, hutan bakau ini juga menyimpan berbagai potensi kekayaan alam. Mulai dari ekosistem laut yang bergantung dan bertumbuh diakar-akar mangrove, juga terdapat Madu Mangrove.

"Sejauh ini, potensi madu mangrove di wilayah pesisir Kabupaten Kubu Raya sangat tinggi, jika dikelola maksimal akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di sekitar pesisir Kabupaten Kubu Raya. Dan kita telah mencoba untuk menggali potensi tersebut dengan melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap kelompok masyarakat pengelola madu mangrove ini," katanya.

Abdul Rani mengatakan, Kubu Raya memiliki hutan mangrove terbaik di dunia dan paling luas di Indonesia. Dengan potensi tersebut Kubu Raya memiliki potensi pemanfaatan mangrove yang sangat tinggi, salah satunya dengan budidaya lebah madu.

Untuk Kecamatan Batu Ampar, lanjutnya, serta beberapa wilayah pesisir yang banyak terdapat madu mangrove, dimana jika bisa dimaksimalkan oleh warga setempat bisa menjadi satu lahan pekerjaan.

Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Abdul Rani bersama dengan CCDP-IFAD di Desa Tanjung Harapan dan Nipah Panjang dan akan dilakukan terus pembinaan bagi kelompok masyarakat lainnya di daerah pesisir Kubu Raya, untuk memaksimalkan pengelolaan dan penggalian potensi secara bersama-sama.

Dikatakan Abdul Rani, saat ini baru ada beberapa kelompok yang sudah memproduksi madu mangrove dibawah binaan CCDP-IFAD di Nipah Panjang dan Tanjung Harapan.

"Kami membentuk kelompok pengembangan madu mangrove di mana di dalam kelompok itu anggotanya adalah warga setempat, dengan tujuan agar ke depan masyarakat dapat mengelola madu ini sebagai salah satu kekayaan alam yang berada di wilayahnya. Jika tergarap maksimal madu mangrove hasilnya tidak main-main, dimana dalam satu kali panen, bisa menghasilkan 1 sampai 2 ton madu," katanya.

Ia mengatakan melalui kelompok tersebut dilakukan pembinaan agar dalam penggalian potensinya tidak merusak lingkungan baik lebahnya maupun hutan mangrovenya. Sehingga tetap terjaga kelestariannya.

Abdul Rani juga mengatakan, dengan melakukan kegiatan budidaya madu mangrove tersebut sekaligus juga memberi penyadaran masyarakat dalam penyelamatan hutan mangrove.

Dari sisi lainnya, lanjut Abdul Rani, apabila masyarakat menyelamatkan hutan mangrove maka akan mendapat nilai positif, salah satunya meningkatkan nilai ekonomi warga setempat.

"Jika masyarakat membaca peluang, sebenarnya madu mangrove memiliki potensi ekonomi yang tinggi," katanya.

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017