Mempawah (Antara Kalbar) - Prospek iklim Pentad (5 harian) diwilayah Kalimantan Barat dalam pantauan BMKG Staklim Kelas II Mempawah, suhu udara terdeteksi ekstrim. Namun, asap karhutla  sempat muncul.

Meski demikian menurut Kepala BMKG Staklim Kelas II Mempawah, Wandayantolis, hujan yang mulai turun di sebagian wilayah berhasil meredam titik panas yang sempat mucul di wilayah Kalimantan Barat pada beberapa hari lalu.

"Namun, curah hujan yang terjadi itu masih tetap lebih rendah dibanding rata-ratanya. Kalau dampaknya jelas akan ada peningkatan suhu udara pada 5 hari terakhir, ini dapat dirasakan oleh masyarakat," ujar Wandayantolis.

Dari pengamatan Staklim Mempawah tercatat suhu maksimum tertinggi mencapai 32.1 derajat celcius. Dimana nilai tersebut telah melewati ambang batas ekstrim untuk periode 5 harian ke-3 bulan Januari.

"Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, Kondisi dinamika atmosfer saat ini. Adanya anomali suhu muka laut di perairan sekitar Kalimantan Barat cenderung positif yang berkisar antara  0.5-1.0 derajat celsius. Radiasi Gelombang Panjang (Outgoing Longwave Radiation) di sekitar wilayah Kalimantan Barat menunjukkan anomali negatif yang menunjukkan adanya pengurangan tutupan awan di wilayah Kalimantan Barat," jelasnya.

Selain itu, lanjut Wandayantolis MJO saat ini berada pada fase kering menyebabkan potensi pembentukan awan kurang signifikan.

"Pola angin pada 5 hari terakhir terganggu oleh adanya pusat tekanan rendah di sekitar laut Cina selatan dan Filipina, yang menyebabkan adanya daerah beraian massa udara (divergensi), yang mengakibatkan potensi pertumbuhan awan di beberapa wilayah di Kalimantan Barat berkurang," pungkasnya.

Dari pengamatan prakirawan yang bertugas di BMKG Staklim Kelas II Mempawah menyebutkan berkurangnya tutupan awan dan adanya peningkatan radiasi yang diterima oleh permukaan bumi menyebabkan meningkatnya suhu maksimum.

"Peningkatan suhu maksimum pada beberapa hari kedepan diprakirakan masih akan berlanjut seiring dengan masih berlangsungnya penurunan curah hujan," kata prakirawan Ismaharto Adi.

Menurut prakirawan Ismaharto Adi, berdasarkan analisis iklim di Kalimantan Barat, jumlah hari tanpa hujan berturut-turut berbanding lurus dengan kemunculan titik-titik panas. Jumlah  hari tanpa hujan berturut-turut yang semakin panjang berpotensi meningkatkan jumlah  titik api yang menjadi pemicu awal terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

"Terhadap fenomena iklim ini kita imbau masyarakat untuk dapat meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi terhadap dampak buruk dari peningkatan suhu dan pengurangan curah hujan tersebut," ujarnya.

Pewarta:

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017