Tokyo (Antara Kalbar/Reuters) - Seorang Vietnam, yang ditahan di sel terkucil di pusat penahanan imigrasi di Jepang, bunuh diri, kata pemimpin masyarakat Vietnam, yang meningkatkan pertanyaan atas keadaan di sarana penahanan negara itu.

Nguyen The Hung bunuh diri pada Sabtu di Pusat Imigrasi Jepang Timur di Provinsi Ibaraki, timurlaut ibu kota, Tokyo, kata Tam Tri Thich, biksuni, yang menyatakan menerima kabar dari Kedutaan Vietnam di Tokyo.

Kedutaan Vietnam tidak dapat dihubungi untuk menanggapi. Reuters tidak dapat memastikan jati diri pria itu secara mandiri.

Nguyen, lahir pada 1969, tiba di Jepang pada 1998 untuk meminta suaka, kata Tam Tri kepada Reuters pada Senin. Dia salah satu dari lebih dari 11.000 pengungsi diterima Jepang sesaat sesudah Perang Vietnam.

Tam Tri, yang mengetuai kelompok Buddha Vietnam di Jepang, menyatakan kedutaan itu memintanya mengadakan pemakaman untuk Nguyen, yang ia ingin danai melalui sumbangan dari anggota masyarakat tersebut.

Nguyen, yang juga bernama Van Huan Nguyen, warga meninggal ke-13 sejak 2006 di penahanan imigrasi Jepang, yang memicu kecaman dari pegiat bahwa pihak berwenang tidak melakukan cukup untuk meningkatkan keadaan di sarana tersebut.

Masalah kesehatan jiwa marak, dengan banyak tahanan disekap dalam rentang waktu bulanan hingga tahunan dan jatuh ke depresi.

Bunuh diri menyumbang empat kejadian sebelum Nguyen, kata data Departemen Kehakiman. Dua orang, satu di antaranya juga ditahan di sel terkucil, meninggal pada 2014 di sarana sama tempat ia ditahan.

Juru bicara Pusat Imigrasi Jepang Timur memastikan bahwa seorang pria Vietnam berusia empat puluhan meninggal pada Sabtu. Ketika ditanya apakah akibat bunuh diri, ia menolak menanggapi.

Penjaga, yang menemukan pria itu tidak sadar di selnya pada Sabtu sekitar pukul 01.00, memanggil ambulans dan melakukan pijat jantung sebelum tahanan itu dibawa ke rumah sakit, tempat kematiannya dipastikan 80 menit kemudian, kata pusat itu.

Pihak berwenang akan melakukan bedah mayat untuk menentukan penyebab kematiannya, kata pusat itu, namun menolak mengatakan mengapa atau berapa lama pria itu ditahan.

Nguyen tidak memiliki kerabat di Jepang, kata seorang wanita Vietnam, yang mengenalnya, dengan menambahkan, "Dia orang ceria dan menyenangkan. Saya tidak percaya ia bunuh diri." Anggota keluarganya berencana ke Jepang untuk menghadiri pemakaman tersebut, tambah Tam Tri.

Penelusuran Reuters atas kematian seorang Srilanka ditahan di sel terkucil di pusat penahanan Tokyo mengungkapkan kesenjangan parah dalam perawatan dan pemantauan kesehatan.

Dokter mengunjungi beberapa pusat penahanan Jepang sejarang dua kali sepekan, dengan tidak ada tenaga kesehatan bertugas pada akhir pekan di setiap sarana itu. Empat dari lima kematian terkini terjadi ketika dokter tidak bertugas.

Pada hari kerja, dokter berkunjung hanya empat jam sehari di sarana Jepang Timur.

Tapi, pusat itu akan membayar dokter penuh waktu sejak April, langkah pertama dari jenisnya di Jepang, kata pejabat Kementerian Kehakiman, yang mengawasi penahanan imigrasi, kepada Reuters.

Pewarta:

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017