Pontianak (Antara Kalbar) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat menjalin kerja sama dengan pihak Sarawak, Malaysia Timur, dalam upaya penanggulangan penyebaran virus rabies, menyusul terus bertambahnya kasus tersebut di kedua negara.

"Kita tentu berharap, kerja sama yang terjalin antardua negara ini bisa menekan wabah rabies yang kian hari semakin meluas, apalagi, jumlah korban di dua negara sudah bertambah," kata Wakil Gubernur Kalbar, Christiandy Sanjaya di Pontianak, Selasa.

Menurutnya, tudingan Malaysia yang menyatakan virus rabies yang terjadi di wilayah Sarawak dan sekitarnya berasal dari Kalimantan Barat, kemungkinan besar memang benar adanya, mengingat wilayah Sarawak dan Kalbar yang sangat berdekatan.

"Maka dari itu pada hari ini, kita meminta Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan yang dibantu oleh Konjen RI untuk Sarawak melakukan pertemuan dengan pihak Malaysia untuk membahas kerja sama ini. Kita tunggu saja hasilnya nanti, seperti apa kerja sama yang dilakukan," katanya.

Christiandy menyatakan dirinya belum bisa memastikan berapa lama kerja sama itu akan terjalin. Hanya saja menurutnya kerja sama ini dilakukan agar wabah tidak semakin meluas dan jumlah korban gigitan tak bertambah.

Berdasarkan data terakhir yang ada, di Malaysia korban wabah rabies ini sudah lima orang. Sedangkan di Kalimantan Barat jumlah korban jauh lebih banyak karena mengingat kasus ini terjadi sejak tahun 2014 silam.

Ia menuturkan usulan yang disampaikan pemerintah provinsi dalam rapat koordinasi itu ialah bagaimana memberikan vaksin secepat mungkin kepada korban gigitan. Ini sebagai langkah penanganan utama agar tidak pada korban yang meninggal dunia.

"Jika sudah digigit langsung divaksin, jangan dibiarkan sampai berlarut-larut dan menyebabkan korban meninggal," katanya.

Kemudian, lanjut dia, untuk hewan penular rabies dimusnahkan agar korban gigitan tidak semakin bertambah. Bahkan, tidak menutup kemungkinan HPR dimusnahkan secara keseluruhan jika dalam satu wilayah terindikasi menjadi penular virus rabies ini.

"Kalau bisa anjing atau monyet yang terindikasi langsung dimusnahkan,kemudian ganti bibit baru dan sebagainya. Bahkan jika areal itu bermasalah ya terpaksa dimusnahkan, masukkan lagi anjing baru misalnya bebas rabies," tuturnya.

Menurut Christiandy langkah itu harus dilakukan karena mengingat biaya vaksin yang mahal. Khusus untuk manusia, biaya vaksin sebesar Rp300 ribu. Jika digigit, korban harus tiga kali vaksin, hari pertama terkena gigitan, hari ketujuh dan hari ke-21.

"Jika merujuk dari biaya vaksin, maka total biayanya mencapai Rp900 ribu untuk satu korban gigitan. Sedangkan vaksin untuk hewan harganya di bawah Rp100 ribu, vaksin ini juga diberikan secara berkala setiap tiga tahun sekali," kata Christiandy.

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017