Jambi (Antaranews Kalbar) - Sekitar 50 persen petani karet di Desa Penerokan, Batanghari beralih ke perkebunan sawit karena dipicu rendahnya harga jual karet di tingkat petani.
"Sudah empat tahun harga jual karet ini tidak mengalami perubahan, sebagian besar lahan perkebunan karet masyarakat di desa ini telah beralih menjadi perkebunan sawit," kata Teguh, warga desa Penerokan di Jambi, Jumat.
Desa Penerokan Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari sejak dulu adalah salah satu sentra karet di Jambi dan di desa tersebut juga berdiri pasar lelang karet.
Namun kata Teguh, sejak empat tahun terakhir harga jual tertinggi karet hanya mencapai Rp9.000 perkilogram.
Harga itu dinilai hanya mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari petani karet sehingga untuk memenuhi kebutuhan lain petani karet harus mencari kerja sampingan.
"Minimal harga jual karet itu Rp15-20 ribu perkilogram. Tapi kalau masih Rp9-10 ribu itu tidak sesuai, karena harga kebutuhan pokok saat ini sudah cukup tinggi," kata Teguh.
Ia dan beberapa petani lainnya berharap agar pemerintah dapat mengambil kebijakan dalam meningkatkan harga jual karet.
Sebab banyak warga menilai jika kondisi harga karet seperti ini terus bertahan hingga 2-3 tahun lagi, kemungkinan besar petani karet sudah langka dijumpai atau petani beralih ke komoditas yang lebih menjanjikan seiring kebutuhan hidup yang semakin meningkat.
Sementara itu, Deputi Pangan dan Pertanian Kementerian Perekonomian Musdalifah saat mengunjungi pasar lelang karet Desa Penerokan, Jumat, mengatakan kenaikan harga karet sebenarnya bergantung pada perusahaan yang mengelola karet di dunia.
"Saat ini ada beberapa negara pesaing yang juga dilirik oleh perusahaan pengelola karet dunia. Jika kualitas karet kita rendah secara otomatis perusahaan tersebut akan beralih ke negara lain," katanya.
Saat ini kata Musdalifah, pemerintah telah berupaya untuk mengelola hasil karet petani di dalam negeri.
Beberapa langkah yang tengah ditempuh pemerintah saat ini yakni melakukan pengakajian terhadap produk-produk yang dapat dihasilkan dengan menggunakan bahan dasar karet.
"Jika industri dalam negeri mampu mengelola karet menjadi produk jadi, maka peluang kebutuhan karet akan meningkat dan secara tidak langsung juga berdampak terhadap harga jual karet petani," kata Musdalifah.
Di samping itu, Musdalifah mengajak para petani di daerah itu khususnya untuk menghasilkan karet yang berkualitas, dengan tetap menjaga mutu serta hasil karet yang bersih atau tidak dicampur dengan bahan-bahan yang dapat membuat harga jual di tingkat negara menjadi anjlok.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
"Sudah empat tahun harga jual karet ini tidak mengalami perubahan, sebagian besar lahan perkebunan karet masyarakat di desa ini telah beralih menjadi perkebunan sawit," kata Teguh, warga desa Penerokan di Jambi, Jumat.
Desa Penerokan Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari sejak dulu adalah salah satu sentra karet di Jambi dan di desa tersebut juga berdiri pasar lelang karet.
Namun kata Teguh, sejak empat tahun terakhir harga jual tertinggi karet hanya mencapai Rp9.000 perkilogram.
Harga itu dinilai hanya mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari petani karet sehingga untuk memenuhi kebutuhan lain petani karet harus mencari kerja sampingan.
"Minimal harga jual karet itu Rp15-20 ribu perkilogram. Tapi kalau masih Rp9-10 ribu itu tidak sesuai, karena harga kebutuhan pokok saat ini sudah cukup tinggi," kata Teguh.
Ia dan beberapa petani lainnya berharap agar pemerintah dapat mengambil kebijakan dalam meningkatkan harga jual karet.
Sebab banyak warga menilai jika kondisi harga karet seperti ini terus bertahan hingga 2-3 tahun lagi, kemungkinan besar petani karet sudah langka dijumpai atau petani beralih ke komoditas yang lebih menjanjikan seiring kebutuhan hidup yang semakin meningkat.
Sementara itu, Deputi Pangan dan Pertanian Kementerian Perekonomian Musdalifah saat mengunjungi pasar lelang karet Desa Penerokan, Jumat, mengatakan kenaikan harga karet sebenarnya bergantung pada perusahaan yang mengelola karet di dunia.
"Saat ini ada beberapa negara pesaing yang juga dilirik oleh perusahaan pengelola karet dunia. Jika kualitas karet kita rendah secara otomatis perusahaan tersebut akan beralih ke negara lain," katanya.
Saat ini kata Musdalifah, pemerintah telah berupaya untuk mengelola hasil karet petani di dalam negeri.
Beberapa langkah yang tengah ditempuh pemerintah saat ini yakni melakukan pengakajian terhadap produk-produk yang dapat dihasilkan dengan menggunakan bahan dasar karet.
"Jika industri dalam negeri mampu mengelola karet menjadi produk jadi, maka peluang kebutuhan karet akan meningkat dan secara tidak langsung juga berdampak terhadap harga jual karet petani," kata Musdalifah.
Di samping itu, Musdalifah mengajak para petani di daerah itu khususnya untuk menghasilkan karet yang berkualitas, dengan tetap menjaga mutu serta hasil karet yang bersih atau tidak dicampur dengan bahan-bahan yang dapat membuat harga jual di tingkat negara menjadi anjlok.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018