Pontianak (Antaranews Kalbar) - PT Agrolestari Mandiri anak usaha perkebunan Sinar Mas Agribusinees and Food memberikan penghargaan kepada delapan desa makmur peduli api (DPMA) karena dinilai berhasil mencegah kebakarah hutan dan lahan tahun lalu, di Kabupaten Ketapang.
"Mencegah terjadinya Karhutla merupakan tangggung jawab semua pihak, sehingga dalam hal ini kami juga melibatkan masyarakat petani di desa-desa untuk selalu siaga terhadap bahaya api, namun juga sekaligus tetap bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani itu melalui program DMPA ini," kata Ceo Perkebunan Sinar Mas Wilayah Kalbar, Susanto di Ketapang, Rabu.
Ia menjelaskan, saat ini ada delapan desa di Kecamatan Nanga Tayap yang telah pihaknya bina, dan desa tersebut mendapat penghargaan senilai Rp600 juta kerena berhasil meminimalkan Karhutla serta mampu menjalankan program pengembangan pertanian organik.
"Bantuan ini sebagai bentuk apresiasi terhadap upaya desa tersebut dalam mencegah kebakaran di daerah mereka tahun 2017. Dan kepada desa yang menerima bantuan ini dapat dipergunakan untuk kepentingan desanya, seperti pembelian alat pemadam kebakaran, pembangunan infrastruktur dan lainnya," kata Susanto.
Adapun kedelapan desa yang mendapat penghargaan berupa bantuan dengan besaran bervariasi uang seseuai dengan hasil keberhasilan desa masing-masing, yaitu Desa Lembah Hijau satu penghargaan sebagai Desa Siaga mendapat Rp100 juta, Lembah Hijau 2 (Desa Siaga) mendapatkan Rp100 juta, Nanga Tayap (Desa Tanggap) mendapatkan Rp50 juta, Siantau Raya (Desa Tanggap) mendapatkan Rp50 juta, Simpang Tiga Sembelangaan (Desa Tanggap) mendapatkan Rp50 juta, Sungai Kelik (Desa Siaga) mendapatkan Rp100 juta, Tajok Kayong (Desa Tanggap) mendapatkan Rp50 juta, dan Tanjung Medan (Desa Siaga) Rp100 juta.
Kemudian ia menyebutkan, hingga akhir 2017 jumlah titik panas dan titik api di desa peserta program DMPA binaannya telah terjadi menurun titik api menjadi 13 titik. Jika dibandingkan sebelumnya di 2016 terjadi 25 titik api tahun 2016, sedangkan di tahun 2015 titik api di daerah itu terjadi sebanyak 423 titik api.
Menurut dia, keberhasilan itu tidak terlepas selain fokus pada pencegahan kebakaran, Sinar Mas juga melihat kebutuhan masyarakat yang lebih Iuas dari desa binaan khususnya yang di Kalbar. Dalam mendukung hal tersebut maka dilakukanlah pengembangan Pertanian Ekologi Terpadu (PET) untuk membantu mendidik masyarakat desa tentang metode pertanian organik berkelanjutan yang dapat membantu mereka memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri serta memastikan tidak lagi melakukan pembukaan lahan dengan membakar dan mendukung pembangunan ekonomi di desa.
"Sejauh ini sudah ada tiga desa percontohan dengan lebih dari 60 anggota petani bergabung dengan inisiatif kami dalam pengembangan PET. Dimana anggotanya 70 persen di antaranya adalah perempuan. Kami berharap dengan bimbingan ini, para petani dapat menduplikasi proses tersebut di kebun mereka sendiri," jelas Susanto.
Sementara itu, Vice President Agronomy perkebunan Sinar Mas VII, Junaidi menambahkan bahwa para peserta program PET maupun keluarga mereka telah menikmati manfaat dari program itu. Setiap keluarga mampu menghemat hingga Rp300 ribu per bulan dari pemotongan belanja sayuran dan rempah-rempah yang sekarang bisa diambil dari kebun mereka sendiri.
"Selain itu, mereka menerima Rp500 ribu setiap bulannya dengan menjual sayuran ke desa-desa sekitar dari PET disamping untuk kebutuhan pangan sayur dan lainnya untuk keluarga mereka," katanya.
Ia menegaskan, bahwa program DMPA telah mengurangi kebakaran hutan, perkebunan dan lahan di daerah sekitar operasional perkebunan Sinar Mas. Pada hal pada tahun sebelumnya khususnya pada 2014 dan 2015 hampir di seluruh Indonesia termasuk di Kalbar terjadi kebakaran besar.
Pencapaian ini tidak akan mungkin terjadi tanpa kerja sama tim kesiapsiagaan Ttnggap darurat, masyarakat siaga api, anggota masyarakat petani dan pemerintah daerah termasuk TNI/Polri.
"Kami ingin mengulangi kesuksesan ini di tahun 2018 dan mengajak semua pihak untuk tetap waspada saat memasuki musim kering, dan terus melindungi hutan dan masyarakat kita," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
"Mencegah terjadinya Karhutla merupakan tangggung jawab semua pihak, sehingga dalam hal ini kami juga melibatkan masyarakat petani di desa-desa untuk selalu siaga terhadap bahaya api, namun juga sekaligus tetap bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani itu melalui program DMPA ini," kata Ceo Perkebunan Sinar Mas Wilayah Kalbar, Susanto di Ketapang, Rabu.
Ia menjelaskan, saat ini ada delapan desa di Kecamatan Nanga Tayap yang telah pihaknya bina, dan desa tersebut mendapat penghargaan senilai Rp600 juta kerena berhasil meminimalkan Karhutla serta mampu menjalankan program pengembangan pertanian organik.
"Bantuan ini sebagai bentuk apresiasi terhadap upaya desa tersebut dalam mencegah kebakaran di daerah mereka tahun 2017. Dan kepada desa yang menerima bantuan ini dapat dipergunakan untuk kepentingan desanya, seperti pembelian alat pemadam kebakaran, pembangunan infrastruktur dan lainnya," kata Susanto.
Adapun kedelapan desa yang mendapat penghargaan berupa bantuan dengan besaran bervariasi uang seseuai dengan hasil keberhasilan desa masing-masing, yaitu Desa Lembah Hijau satu penghargaan sebagai Desa Siaga mendapat Rp100 juta, Lembah Hijau 2 (Desa Siaga) mendapatkan Rp100 juta, Nanga Tayap (Desa Tanggap) mendapatkan Rp50 juta, Siantau Raya (Desa Tanggap) mendapatkan Rp50 juta, Simpang Tiga Sembelangaan (Desa Tanggap) mendapatkan Rp50 juta, Sungai Kelik (Desa Siaga) mendapatkan Rp100 juta, Tajok Kayong (Desa Tanggap) mendapatkan Rp50 juta, dan Tanjung Medan (Desa Siaga) Rp100 juta.
Kemudian ia menyebutkan, hingga akhir 2017 jumlah titik panas dan titik api di desa peserta program DMPA binaannya telah terjadi menurun titik api menjadi 13 titik. Jika dibandingkan sebelumnya di 2016 terjadi 25 titik api tahun 2016, sedangkan di tahun 2015 titik api di daerah itu terjadi sebanyak 423 titik api.
Menurut dia, keberhasilan itu tidak terlepas selain fokus pada pencegahan kebakaran, Sinar Mas juga melihat kebutuhan masyarakat yang lebih Iuas dari desa binaan khususnya yang di Kalbar. Dalam mendukung hal tersebut maka dilakukanlah pengembangan Pertanian Ekologi Terpadu (PET) untuk membantu mendidik masyarakat desa tentang metode pertanian organik berkelanjutan yang dapat membantu mereka memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri serta memastikan tidak lagi melakukan pembukaan lahan dengan membakar dan mendukung pembangunan ekonomi di desa.
"Sejauh ini sudah ada tiga desa percontohan dengan lebih dari 60 anggota petani bergabung dengan inisiatif kami dalam pengembangan PET. Dimana anggotanya 70 persen di antaranya adalah perempuan. Kami berharap dengan bimbingan ini, para petani dapat menduplikasi proses tersebut di kebun mereka sendiri," jelas Susanto.
Sementara itu, Vice President Agronomy perkebunan Sinar Mas VII, Junaidi menambahkan bahwa para peserta program PET maupun keluarga mereka telah menikmati manfaat dari program itu. Setiap keluarga mampu menghemat hingga Rp300 ribu per bulan dari pemotongan belanja sayuran dan rempah-rempah yang sekarang bisa diambil dari kebun mereka sendiri.
"Selain itu, mereka menerima Rp500 ribu setiap bulannya dengan menjual sayuran ke desa-desa sekitar dari PET disamping untuk kebutuhan pangan sayur dan lainnya untuk keluarga mereka," katanya.
Ia menegaskan, bahwa program DMPA telah mengurangi kebakaran hutan, perkebunan dan lahan di daerah sekitar operasional perkebunan Sinar Mas. Pada hal pada tahun sebelumnya khususnya pada 2014 dan 2015 hampir di seluruh Indonesia termasuk di Kalbar terjadi kebakaran besar.
Pencapaian ini tidak akan mungkin terjadi tanpa kerja sama tim kesiapsiagaan Ttnggap darurat, masyarakat siaga api, anggota masyarakat petani dan pemerintah daerah termasuk TNI/Polri.
"Kami ingin mengulangi kesuksesan ini di tahun 2018 dan mengajak semua pihak untuk tetap waspada saat memasuki musim kering, dan terus melindungi hutan dan masyarakat kita," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018