Pontianak (Antaranews Kalbar) - Indonesia Melestarikan Bahasa Ibu (ILBI) menggelar kegiatan Tuturan Berbahasa Daerah kepada mahasiswa, pelajar dan umum, sebagai upaya untuk mengenalkan berbagai bahasa lokal yang ada di Kalimantan Barat serta bahasa luar Pulau Kalimantan.
"Kegiatan ini kita laksanakan di Aula FKIP Untan, dimana kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Gawai Bahasa Ibu II yang bertujuan untuk memeriahkan Hari Bahasa Ibu Internasional 2018," kata Sekretaris Eksekutif Indonesia Melestarikan Bahasa Ibu, Agus Syahrani di Pontianak, Minggu.
Dalam menggelar kegiatan tersebut, pihaknya bekerja sama dengan berbagai pihak seperti Hiski, PBSI FKIP Untan, Pustaka Rumah Aloy, dan Asosiasi Tradisi Lisan Cabang Kalbar.
"Dalam pelaksanaannya, saya melihat apresiasi generasi zaman now sangat bagus dalam menampilkan tuturan berbahasa daerah yang ada di Kalbar," tuturnya.
Untuk semakin mengenalkan kegiatan itu kepada masyarakat luas, pihaknya akan mengunggah tampilan berbagai bahasa ini dalam chanel ILBI di youtube.
Dia menjelaskan, pada kegiatan itu, penuturan bahasa ibu ditampilkan dengan berbagai cara. Ada yang menampilkan dongeng, drama, pantun, syair, dan nyanyian berbahasa daerah.
"Ada 40 kelompok yang berpartisipasi. Mereka bertutur dalam bahasa yang sangat hidup dan berkembang di Kalbar, seperti Bakatik, Keninjal, Inggar Silat, Ketungau Sesat, Tamam Baloh, Bidayuh, Badamea, Limbai, Mualang, Ahe, Kerambai, Kualan, Jawa, Madura, Melayu (Sambas, Pontianak, Ngabang, Sanggau, Sukadana, Ketapang, Melawi, dan Kapuas Hulu)," katanya.
Ditempat yang sama, salah satu peserta tuturan berbahasa daerah, Delima Agustina yang menuturkan bahasa Bakatik Rara, menyatakan sangat mengapresiasi kegiatan ini, karena dirinya juga memandang bahwa pelestarian bahasa daerah harus menjadi perhatian bagi generasi muda saat ini.
"Kegiatan ini menjadi ajang untuk mengembangkan bahasa ibu dan bermanfaat agar bahasa daerah selamat dari ancaman kepunahan karena zaman serba medsos banyak yang sudah mulai meninggalkan bahasa ibu," katanya.
Sementara itu, peserta lainnya, Fajar Bahari mengatakan kegiatan tersebut dirasakan sangat tepat untuk mempertahankan kelestarian bahasa ibu agar tidak tergerus oleh perkembangan bahasa asing yang semakin banyak ditemui di era modern ini.
"Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk melestarikan bahasa ibu di era modern yang sudah mulai tergeser bahasa asing yang dianggap intelek dan keren oleh generasi muda sekarang," kata Fajar yang menuturkan bahasa Melayu Kapuas Hulu ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
"Kegiatan ini kita laksanakan di Aula FKIP Untan, dimana kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Gawai Bahasa Ibu II yang bertujuan untuk memeriahkan Hari Bahasa Ibu Internasional 2018," kata Sekretaris Eksekutif Indonesia Melestarikan Bahasa Ibu, Agus Syahrani di Pontianak, Minggu.
Dalam menggelar kegiatan tersebut, pihaknya bekerja sama dengan berbagai pihak seperti Hiski, PBSI FKIP Untan, Pustaka Rumah Aloy, dan Asosiasi Tradisi Lisan Cabang Kalbar.
"Dalam pelaksanaannya, saya melihat apresiasi generasi zaman now sangat bagus dalam menampilkan tuturan berbahasa daerah yang ada di Kalbar," tuturnya.
Untuk semakin mengenalkan kegiatan itu kepada masyarakat luas, pihaknya akan mengunggah tampilan berbagai bahasa ini dalam chanel ILBI di youtube.
Dia menjelaskan, pada kegiatan itu, penuturan bahasa ibu ditampilkan dengan berbagai cara. Ada yang menampilkan dongeng, drama, pantun, syair, dan nyanyian berbahasa daerah.
"Ada 40 kelompok yang berpartisipasi. Mereka bertutur dalam bahasa yang sangat hidup dan berkembang di Kalbar, seperti Bakatik, Keninjal, Inggar Silat, Ketungau Sesat, Tamam Baloh, Bidayuh, Badamea, Limbai, Mualang, Ahe, Kerambai, Kualan, Jawa, Madura, Melayu (Sambas, Pontianak, Ngabang, Sanggau, Sukadana, Ketapang, Melawi, dan Kapuas Hulu)," katanya.
Ditempat yang sama, salah satu peserta tuturan berbahasa daerah, Delima Agustina yang menuturkan bahasa Bakatik Rara, menyatakan sangat mengapresiasi kegiatan ini, karena dirinya juga memandang bahwa pelestarian bahasa daerah harus menjadi perhatian bagi generasi muda saat ini.
"Kegiatan ini menjadi ajang untuk mengembangkan bahasa ibu dan bermanfaat agar bahasa daerah selamat dari ancaman kepunahan karena zaman serba medsos banyak yang sudah mulai meninggalkan bahasa ibu," katanya.
Sementara itu, peserta lainnya, Fajar Bahari mengatakan kegiatan tersebut dirasakan sangat tepat untuk mempertahankan kelestarian bahasa ibu agar tidak tergerus oleh perkembangan bahasa asing yang semakin banyak ditemui di era modern ini.
"Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk melestarikan bahasa ibu di era modern yang sudah mulai tergeser bahasa asing yang dianggap intelek dan keren oleh generasi muda sekarang," kata Fajar yang menuturkan bahasa Melayu Kapuas Hulu ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018