San Fransisko (Antaranews Kalbar) - Facebook semakin agresif dalam menindaklanjuti laporan penyalahgunaan sosial media dengan menghapus ratusan akun dari Rusia yang diduga menjadi "pabrik penyebar berita palsu".

Facebok mengatakan bahwa sebagian besar akun dan postingan yang dihapus tersebut berasal dari Federal News Agency (FAN) yang berkedudukan di Rusia. Menurut perusahaan itu, FAN secara teknologis dan struktural terhubung dengan badan Internet Research Agency yang berkantor di St. Petersburg.

Kepala pelaksana Facebook, Mark Zuckerberg, mengatakan kepada Reuters bahwa FAN "sudah berulangkali menipu dan memanipulasi banyak orang dari berbagai belahan dunia, dan kami tidak akan membiarkan mereka hadir di Facebook." Perusahaan sosial media terbesar di dunia itu kini tengah mendapat tekanan besar untuk memperbaiki perlindungan privasi terhadap pengguna -- terutama setelah munculnya berita bahwa sekitar 50 juta informasi pengguna jatuh ke tangan bandan konsultansi politik Cambridge Analytica, yang pernah bekerja untuk tim kampanye Donald Trump.

Zuckerberg mengatakan bahwa kini mereka akan menghapus postingan yang bukan "hoax" namun disebar oleh akun palsu yang punya sejarah menyebar berita palsu.

"Dari bukti yang kami kumpulkan, jelas bahwa organisasi-organisasi itu dikuasai dan dioperasikan oleh Internet Reasearch Agency (IRA)," kata dia.

Pada Februari lalu, IRA adalah salah satu dari tiga perusahaan Rusia yang didakwa oleh kejaksaan khusus Amerika Serikat dengan tudingan turut campur dalam pemilu presiden dan mendukung Trump dengan menyebar berita negatif tentang kandidat presiden dari Partai Demokrat, Hillary Clinton.

Sebuah media di Rusia pada tahun lalu juga melaporkan bahwa FAN dan IRA pernah mempunyai alamat yang sama.

Sementara itu pada September lalu, Facebook mengatakan bahwa Rusia menggunakan Facebook untuk mencampuri politik dalam negeri Amerika Serikat, dengan mengunggah postingan di sosial media melalui akun palsu selama beberapa bulan menjelang pemungutan suara tahun 2016.

Zuckerberg pada Selasa mengatakan bahwa mesin berkecerdasan artifisial yang dikembangkannya telah membantu melacak hubungan postingan-postingan itu dengan IRA. Dia menegaskan bahwa pihaknya akan segera melakukan hal yang sama jika ada postingan bukan "hoax" namun disebar oleh kelompok manipulator seperti IRA.

"Kami akan beroperasi sesuai dengan prinsip kami. Kami tidak akan membiarkan orang-orang untuk membuat akun palsu, dan jika Anda berulangkali membuat akun palsu untuk menyebar kebohongan, maka kami akan menghapus semua akun Anda," kata Zuckerberg.

Facebook tengah berupaya melacak semua akun dalam jaringan IRA, yang terlibat dalam pendanaan akun-akun pro-Trump, pro-pengetatan perbatasan, dan sejumlah topik-topik lainnya.

Kebijakan terbaru Facebook ini diperkirakan akan mendapat balasan keras dari otoritas internet Rusia.

Pada Oktober lalu, Google sempat menghapus berita-berita FAN dari indeks pencarian mereka. Langkah itu kemudian direspon oleh otoritas media Roskomnadzor yang meminta penjelasan dari Google.

Google tidak lama setelahnya kembali menampilkan FAN dalam indeks pencarian.

Facebook mengatakan bahwa akun-akun dalam jaringan FAN punya pengikut sekitar satu juta orang di Facebook dan 500.000 di Instagram.

Pewarta: -

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018