Jenewa, Swiss (Antaranews Kalbar) - Permusuhan baru-baru ini di Suriah Selatan telah membuat lebih dari 210.000 orang kehilangan tempat tinggal dan memerlukan layanan kesehatan mendesak.

Sementara itu sebanyak 160.000 orang yang saat ini kehilangan tempat tinggal di Suriah tak bisa dijangkau oleh petugas kesehatan, demikian peringatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis (12/7).

WHO telah menyerukan perlindungan instalasi kesehatan dan peningkatan akses ke Suriah Selatan.

Dr. Michel Thieren, Direktur Layanan Darurat Regional WHO, telah berikrar untuk takkan membiarkan orang yang menunggu bantuan kemanusiaan di Daerah Daraa dan Quneitra --keduanya di Suriah Selatan-- kecewa.

Baca juga: Serangan Suriah bikin 120ribu orang terusir dari rumahnya

Baca juga: Tidak ada penyelesaian militer di Suriah

"Kami menyeru semua pihak untuk membuka pintu buat orang di Suriah Selatan dan mengizinkan pengiriman aman obat serta peralatan medis yang mereka perlukan, dan menjamin pasien yang luka parah jalan aman ke rumah sakit di luar daerah itu dan dapat menyelamatkan nywa mereka," kata Thieren, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat pagi.

Untuk saat ini, kebanyakan orang yang kehilangan tempat tinggal terpajan temperatur sangat tinggi, sampai 45 derajat Celsius, dan angin gurun yang berdebu, dengan akses terbatas ke air minum yang bersih, layanan kesehatan, dan perawatan kesehatan yang memadai, kata WHO.

Dalam satu pekan belakangan, sedikitnya 15 orang Suriah --12 anak kecil, dua perempuan dan seorang lelaki tua-- telah meninggal akibat dehidrasi dan penyakit yang menular melalui air yang tercemar, demikian statistik WHO.

Baca juga: Rakyat Suriah rindu kehidupan yang lebih baik

Baca juga: Jet - jet tempur Rusia serang satu kota di Suriah

Namun, dengan hampir 75 persen dari semua rumah sakit umum dan pusat perawatan kesehatan di Daraa dan Quneitra ditutup atau hanya berfungsi sebagian, orang yang cedera tak memperoleh layanan kebidanan dan dengan akses terbatas ke perawaran medis.

Bank darah yang didukung WHO harus dipindah setelah instalasi awalnya hancur, dan terus berfungsi dengan kapasitas minimum.

Pewarta: -

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018