Pontianak (Antaranews Kalbar) - Penjabat Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar), Dodi Riyadmadji mengatakan berdasarkan nilai kualitas keseimbangan pola konsumsi penduduk provinsi itu yang digambarkan dengan Skor PPH Tahun 2017 baru mencapai 79,43 persen atau dibawah Angka Kecukupan Gizi (AKG).

"Untuk konsumsi energi baru mencapai 1.833,33 Kkal/Kap/Hari (85,27 persen Angka Kecukupan Energi/AKE), dan konsumsi protein yang baru mencapai 55,60 gram/kap/hari (97,54 persen AKP)," jelasnya di Pontianak, Jumat.

Sedangkan untuk Kabupaten/Kota konsumsi energi semuanya juga masih berada di bawah AKE, sedangkan konsumsi Protein hanya tiga daerah di Kalbar yang sudah melampaui AKP yaitu Ketapang, Kayong Utara, dan Kota Pontianak.

Sementara kabupaten/kota lainnya berada di bawah AKP.

Baca juga: Makan murah di Bandara Juanda

"Nilai kualitas keseimbangan pola konsumsi penduduk per kabupaten/kota di Kalbar yang digambarkan dengan Skor PPH Tahun 2017 sebagian besar berada di bawah rata-rata Skor PPH Kalbar (79,43)," terangnya.

Jadi di sini kita semakin disadarkan akan peran penting pemenuhan gizi yang akan menjadi penentu pertumbuhan dan masa depan, terutama pada 1000 hari penama kehidupan yang diistilahkan sebagai Golden Ages atau Usia Emas dan juga Windows of Opportunities yang menjadi Penentu Masa Depan Kehidupan.

Dibutuhkan ketersediaan dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman. Dan untuk kemandirian penyediaannya selayaknya kita mengedepankan pemanfaatan potensi lokal melalui sumber-sumber pangan lokal yang dimiliki oleh masing-masing daerah dengan berbagai kekhasannya masing-masing, jelasnya.

Baca juga: Pontianak food festival digelar

Atas dasar inilah Pemerintah juga mendorong melalui pengembangan program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) berbasis Sumber Daya Lokal.

Ia menyebutkan strategi yang patut dan layak dikembangkan di masyarakat di semua daerah adalah melalui Pemanfaatan Pekarangan dengan menjadikannya sebagai Kawasan Rumah Pangan Lestari yang bisa menjadi sumber pemenuhan gizi keluarga secara mandiri.

"Inilah yang sekarang sedangkan kita galakkan untuk terus dikembangkan di masyarakat," ingatnya.

Untuk memotivasi masyarakat agar mau mengkonsumsi makanan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman (B2SA), maka sosialisasi maupun gerakan perlu secara terus menerus dilakukan untuk dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta mengubah pola konsumsi pangan masyarakat menuju B2SA.

 

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018