Pemerintah Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat meningkatkan kualitas konsumsi pangan masyarakat dengan meluncurkan Rumah Pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA).
"Dalam kegiatan Rumah Pangan B2SA ini dilakukan sosialisasi dan edukasi tentang pola konsumsi sejak usia dini untuk peningkatan kualitas konsumsi pangan masyarakat,” kata Sekretaris Daerah Kabupaten Kubu Raya Yusran Anizam di Sungai Raya, Sabtu.
Ia mengatakan skor pola pangan harapan (PPH ) di wilayah itu menunjukkan bahwa masyarakat masih berlebihan dalam mengonsumsi padi-padian, minyak, dan lemak, sedangkan konsumsi sayur, buah, umbi-umbian, dan kacang-kacangan masih relatif rendah.
Oleh karena itu, ucap dia, diperlukan menerapkan pola konsumsi pangan yang beragam dan bergizi seimbang.
“Ketidakseimbangan porsi dalam menu konsumsi dapat menyebabkan masalah gizi, seperti kekurangan gizi, kelebihan gizi atau obesitas, dan kekurangan zat gizi mikro atau anemia,” katanya.
Ia mengatakan pemanfaatan potensi keanekaragaman pangan dapat dioptimalkan agar sejalan dengan peningkatan pengetahuan masyarakat terkait dengan pentingnya konsumsi pangan B2SA.
“Mengingat pentingnya peran Rumah Pangan B2SA ini, kita mendorong model ini dapat diadaptasi dengan mengalokasikan penggunaan dana desa dengan tujuan mendukung penguatan ketahanan pangan di desa,” ucapnya.
Analis Ketahanan Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Hortikultura Kalimantan Barat Jamiah mengatakan peluncuran Rumah Pangan B2SA sebagai program nasional Badan Pangan Nasional (Bapanas).
Dia mengatakan di Kalimantan Barat terdapat lima kabupaten/kota yang mendapatkan program itu, yakni Kubu Raya, Sanggau, Sekadau, Kapuas Hulu, dan Kota Pontianak.
“Tujuannya adalah mengedukasi dan mengimplementasikan ke masyarakat untuk menerapkan pola konsumsi pangan yang benar guna meningkatkan kualitas konsumsi pangan masyarakat, terutama anak-anak balita,” katanya.
Ia menjelaskan kegiatan Rumah Pangan B2SA lebih bersifat edukasi dan bukan memberi makan dalam arti intervensi spesifik.
“Jadi pangan yang diberikan sekitar 50-60 kali kepada balita, sesungguhnya yang kita harapkan adalah edukasi dan promosi kepada masyarakat dan pemerintah daerah bahwa inilah makanan yang sesuai untuk mencegah stunting ke depannya,” ujar Jamiah.