Palembang (Antaranews Kalbar) - Wakil Ketua MPR Oesman Sapta Odang menyampaikan kisah hidupnya saat sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan bagi pemuda dan pemudi yang tergabung dalam Khusin Ryu M Karate Do Indonesia (KKI) di Gedung Trisila, Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu siang.
Ratusan karateka menyambut kehadiran Oesman Sapta dengan satu kata, yakni "os..!". Kata itu sebagai salam perjumpaan dan semangat korp KKI.
Oesman Sapta mengemukakan, anak-anak zaman "now" semakin berperan dan akan menjadi generasi penerus bangsa.
OSO yang kini menjadi Ketua Umum KKI adalah karateka sejak usia 16 tahun. Dia sudah menjadi karateka KKI selama 50 tahun.
OSO mengaku dari keluarga miskin. "Waktu itu saya bukan apa-apa dan siapa-siapa, " katanya.
Karena keluarganya miskin, Oesman Sapta menjalani masa kecil seolah tanpa mada depan. Dia menghabiskan waktunya menjadi pedagang rokok di Pelabuhan Pontianak, Kalimantan Barat.
Waktu itu, dagangannya banyak dihutang oleh para kuli angkut di pelabuhan. Yang terjadi kemudian adalah bukannya hutang yang dibayar saat ditagih, tetapi dia "ditempeleng" (dipukul).
Sejak itu dia berusia 15 tahun dan bertekad menguasai ilmu bela diri. KKI menjadi pilihannya dan menjadi awal kehidupan barunya dengan tidak lagi berdagang tetapi naik kelas menjadi kuli angkut pelabuhan.
Pada usia 16 tahun telah menjadi kuli dan menekuni karareka. Saat itu Oesman Sapta bangga dan terharu karena untuk pertama kalinya bisa membelikan kain bagi ibunya.
Mengenai relevansinya dengan Empat Pilar, Oesman Sapta mengakui karateka awalnya dari Jepang. Namun rak perlu ke Jepang untuk menjadi karateka.
Di KKI, penanaman dan pemahaman Pancasila, UUD NRI 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI demikian kuat sejak awal seseorang bergabung dengan KKI. "KKI menanamkan ideologi Pancasila, UUD NRI 1945, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI serta mengibarkan Merah Putih," kata Ketua Umum KKI ini.
Ketua DPD RI ini menegaskan bahwa nuansa nasionalisme demikian kental di KKI.
Selama menjadi karateka, OSO bercita-cita membangun "dojo" (pusat latihan) terbesar di dunia. Cita-citanya telah terwujud dengan adanya "dojo" terbesar di dunia yang ada di Bekasi, Jawa Barat.
"Os... ", teriak ratusan karateka mendengar penjelasan keberhasilan KKI itu.
Selain Oesman Sapra Odang (OSO), hadir pula sekaligus menjadi pemateri, yakni Abdul Azis dan Bambang Sadono. Keduanya juga anggota DPD/MPR.
Di hadapan ratusan karateka, Ketua KKI Sumatera Selatan Abdul Azis mengemukakan, KKI selalu mananamkan nilai-nilai Empat Pilar Kebangsaan. Nilai-nilai itu akan terus disosialisasikan kepada seluruh kader KKI.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
Ratusan karateka menyambut kehadiran Oesman Sapta dengan satu kata, yakni "os..!". Kata itu sebagai salam perjumpaan dan semangat korp KKI.
Oesman Sapta mengemukakan, anak-anak zaman "now" semakin berperan dan akan menjadi generasi penerus bangsa.
OSO yang kini menjadi Ketua Umum KKI adalah karateka sejak usia 16 tahun. Dia sudah menjadi karateka KKI selama 50 tahun.
OSO mengaku dari keluarga miskin. "Waktu itu saya bukan apa-apa dan siapa-siapa, " katanya.
Karena keluarganya miskin, Oesman Sapta menjalani masa kecil seolah tanpa mada depan. Dia menghabiskan waktunya menjadi pedagang rokok di Pelabuhan Pontianak, Kalimantan Barat.
Waktu itu, dagangannya banyak dihutang oleh para kuli angkut di pelabuhan. Yang terjadi kemudian adalah bukannya hutang yang dibayar saat ditagih, tetapi dia "ditempeleng" (dipukul).
Sejak itu dia berusia 15 tahun dan bertekad menguasai ilmu bela diri. KKI menjadi pilihannya dan menjadi awal kehidupan barunya dengan tidak lagi berdagang tetapi naik kelas menjadi kuli angkut pelabuhan.
Pada usia 16 tahun telah menjadi kuli dan menekuni karareka. Saat itu Oesman Sapta bangga dan terharu karena untuk pertama kalinya bisa membelikan kain bagi ibunya.
Mengenai relevansinya dengan Empat Pilar, Oesman Sapta mengakui karateka awalnya dari Jepang. Namun rak perlu ke Jepang untuk menjadi karateka.
Di KKI, penanaman dan pemahaman Pancasila, UUD NRI 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI demikian kuat sejak awal seseorang bergabung dengan KKI. "KKI menanamkan ideologi Pancasila, UUD NRI 1945, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI serta mengibarkan Merah Putih," kata Ketua Umum KKI ini.
Ketua DPD RI ini menegaskan bahwa nuansa nasionalisme demikian kental di KKI.
Selama menjadi karateka, OSO bercita-cita membangun "dojo" (pusat latihan) terbesar di dunia. Cita-citanya telah terwujud dengan adanya "dojo" terbesar di dunia yang ada di Bekasi, Jawa Barat.
"Os... ", teriak ratusan karateka mendengar penjelasan keberhasilan KKI itu.
Selain Oesman Sapra Odang (OSO), hadir pula sekaligus menjadi pemateri, yakni Abdul Azis dan Bambang Sadono. Keduanya juga anggota DPD/MPR.
Di hadapan ratusan karateka, Ketua KKI Sumatera Selatan Abdul Azis mengemukakan, KKI selalu mananamkan nilai-nilai Empat Pilar Kebangsaan. Nilai-nilai itu akan terus disosialisasikan kepada seluruh kader KKI.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018