Palu (Antaranews Kalbar) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, Sulawesi Tengah, menyatakan bahwa tradisi penyambutan perayaan hari besar seperti Idul Adha, tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

"Umumnya, tradisi yang dilakukan secara turun temurun oleh Suku Kaili seperti Kaili Ledo di Lembah Palu dan Sigi menyambut Idul Fitri dan Idul Adha hanya sebagai bentuk syukuran atau pemanjatan doa kepada Allah atas nikmat yang di berikan hingga bertemu dengan hari tersebut," kata Ketua MUI Kota Palu Prof Dr H Zainal Abidin MAg, terkait momentum idul adha, di Palu, Senin.

Salah satu tradisi yang dilakukan secara turun temurun oleh Suku Kaili yaitu 'molabe' (memanjatkan doa kepada Allah).

Salah satu maksud dari "molabe" bagi Suku Kaili adalah memanjatkan rasa syukur. Dalam proses pelaksanaannya terdapat talang besar berisikan makanan yang oleh Suku Kaili disebut 'Bakii'.

Makanan yang tersedia di 'Bakii' antara lain 'kalopa' (beras pulut yang telah masak kemudian dibungkus dengan daun kelapa), nasi pulut satu piring, air putih satu gelas, pisang masak satu sisir, dan daging sepiring kecil.

Kemudian, 'Bakii' di letakkan di depan orang yang akan membaca doa syukuran dan keselamatan. Oleh Suku Kaili umumnya mengundang imam masjid untuk membacakan doa syukuran atau keselamatan.

Bagi Suku Kaili, makanan yang terdapat di 'Bakii' hanyalah simbol yang memiliki maksud dan arti tersendiri.

"Molabe" biasanya mulai dilakukan oleh Suku Kaili sehari sebelum hari pelaksanaan Idul Adha, bertepatan hari Idul Adha dan sehari setelahnya.

Pada puncak Idul Adha, setelah shalat biasanya "molabe" sekaligus tahlil di masjid. Hal itu diikutkan dengan saling maaf memaafkan. Kemudian, umumnya Suku Kaili ziarah makam keluarga untuk menyiram makam sekaligus membaca doa/tahlil.

"Tradisi ini baik, tidak bertentangan dengan ajaran Islam dan perlu dipertahankan," kata  Prof Dr H Zainal Abidin MAg.

Apa yang dibaca di dalam tahlil merupakan ayat-ayat suci Alquran dan zikir kepada Allah.

Tahlil, bagi Suku Kaili di Kelurahan Petobo dimaksudkan untuk mengirim doa kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa untuk keselamatan buat orang-orang yang telah meninggal dunia.

"Ini menunjukkan hubungan persaudaraan bukan hanya saat masih hidup, tapi juga setelah wafat," sebut Dewan Pakar Pengurus Besar Alkhairaat itu.

Pewarta: -

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018