Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-73 TNI, para petinggi dari tiga angkatan di Kalimantan Barat mengunjungi wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia.
Wilayah perbatasan yang dipilih kali ini ke Desa Nanga Bayan dan Sungai Kelik di Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang, Kalbar dari tanggal 16 hingga 20 September lalu.
Kedua desa tersebut selama ini masuk kategori terisolir karena tidak adanya akses jalan penghubung antardesa ke kecamatan dan ibukota Kabupaten Sintang. Apalagi sinyal operator selular.
Mulai dari Pangdam XII/Tpr Mayjen TNI Achmad Supriadi, Kasdam XII Tanjungpura Brigjen TNI Alfret Denny D Tuejeh, Danlanud Supadio Marsma TNI Minggit Tribowo, Danlantamal XII Pontianak, Laksma TNI Gregorius Agung serta Danrem 121 /ABW Brigjen TNI Bambang Ismawan, hadir.
Kedatangan para petinggi TNI ini tentu saja disambut sangat antusias oleh masyarakat.
Mereka didampingi Bupati Sintang Jarot Winarno dan para pejabat Pemkab Sintang serta para tokoh masyarakat.
Untuk menuju Desa Nanga Bayan, apabila cuaca cerah, melalui jakur darat membutuhkan waktu 9 jam dari Kota Pontianak menggunakan kendaraan roda empat. Jaraknya sekitar 460 kilometer.
Namun bila turun hujan, waktu tempuh perjalanan bisa lebih dari 10 jam karena kondisi sebagian infrastruktur dari Kecamatan Balai Karangan di Kabupaten Sanggau ke Desa Nanga Bayan masih berupa jalan tanah.
Rombongan para petinggi TNI itu tiba menggunakan helikopter, Selasa (18/9). Setibanya di lokasi, Pangdam XII/Tpr beserta rombongan di Dusun Belubu Desa Sungai Kelik langsung disambut dengan tarian adat Dayak dan diteruskan pertemuan sekaligus ramah tamah.
Usai pertemuan di desa itu Pangdam secara simbolis menyerahkan bantuan sembako dan paket sekolah bagi anak-anak SD Negeri 13 Sungai Kelik. Masyarakat sangat antusias menyambut dan melakukan dialog interaktif bersama Pangdam XII/Tpr yang didampingi Danlanud Supadio, Danlantamal Pontianak serta Danrem 121/ABW.
Dialog seperti itu bisa lebih mendekatkan para pejabat dengan masyarakat sekaligus membuat para petinggi TNI bisa menyerap aspirasi warga.
Pangdam mengatakan, melalui dialog tersebut dapat menegaskan bahwa pemerintah dan TNI selalu hadir di tengah masyarakat termasuk di daerah perbatasan dan juga melihat bahwa kecintaan masyarakat perbatasan terhadap NKRI tidak diragukan.
Para pemuda setempat juga bisa bergembira menerima undangan dari Pangdam yang mengajak mereka untuk mengikuti seleksi menjadi anggota TNI. Tiga pemuda lulusan SMA asal desa tersebut diminta mempersiapkan diri bila bersedia, untuk mencalonkan diri masuk TNI dalam program calon Tamtama dan Bintara perbatasan.
Mendaftar menjadi anggota TNI berhak bagi semua warga NKRI yang memenuhi persyaratan tanpa dipungut biaya.
Menerima anggota dari wilayah tersebut, kelak bila mereka lulus dapat bertugas kembali di daerah asal, karena merekalah yang lebih tahu tentang wilayahnya sendiri.
Di sepanjang wilayah Kalimantan yang berbatasan dengan Malaysia ini pangdam mengingatkan akan potensi kekayaan alam Indonesia yang perlu dijaga agar tidak dicaplok negara luar.
" Perlu dijaga bersama antara TNI dan masyarakat."
Tinjau Jalan Paralel
Salah satu kegiatan yang dilakukan selama di perbatasan tersebut adalah meninjau jalan paralel yang kini tengah dibangun di kawasantersebut dengan lebarnya 25 meter. Di Dusun Belubu, akan dibangun Pos Lintas Batas seperti yang ada di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau.
Jalan paralel perbatasan tersebut terus memanjang sekitar 30 kilometer hingga menjelang perbatasan dengan wilayah Kaltim. TNI menyatakan siap mengawal pembangunan jalan tersebut. Selain untuk memajukan wilayah, jalan paralel perbatasan juga bagian dari program Nawacita pemerintah yakni membangun dari pinggiran dan perbatasan.
Secara bertahap, jalan tersebut akan menghubungkan wilayah barat dan timur Kalimantan.
Bagi masyarakat perbatasan, keberadaan jalan tersebut akan mempermudah aktivitas sehari-hari. Sebelum ada jalan tersebut, untuk menuju Balai Karangan di Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, perlu waktu perjalanan hingga 11 jam.
Sedangkan ke Kota Sintang, ibu kota Kabupaten Sintang, bisa tiga atau empat hari. Kini, ke Balai Karangan cukup lima jam saja. Kalau ke Sintang, tidak perlu berhari-hari.
Ini merupakan pencapaian yang luar biasa dan akan terus dilanjutkan sehingga kebutuhan infrastruktur dasar di daerah perbatasan terpenuhi. Akses infrastruktur yang baik akan mendorong biaya transportasi dan harga kebutuhan pokok yang murah.
TNI mengambil peran selain menjaga keamanan wilayah perbatasan, juga mendukung pembangunan, melakukan pembinaan teritorial dan penyuluhan kepada masyarakat terkait wawasan kebangsaan, cinta tanah air dan memupuk rasa nasionalisme.
Kades Sungai Kelik Yusup mengatakan masyarakat sangat antusias setiap adanya kegiatan yang dilakukan TNI termasuk kunjungan yang dilakukan saat ini. Ia berharap kegiatan tersebut menjadi momen kemajuan pembangunan di daerah yang dapat dilanjukan oleh instansi lainnya. Jalan yang kini dibangun pun dapat ditingkatkan kualitasnya hingga ke pengaspalan.
Ia menambahkan, baru tahun ini kondisi jalan agak nyaman dilalui. Sebelumnya, sangat sulit bagi mereka untuk keluar dari desa.
Berharap Jadi PLB
Yusup mengatakan, masyarakat di Desa Sungai Kelik mempunyai mimpi, yakni mewujudkan pembangunan PLB seperti yang ada di Entikong (Sanggau), Aruk (Sambas), maupun Badau (Kapuas Hulu) mengingat desa tersebut berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia.
Di Kalbar, ada lima kabupaten yang berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia. Hanya Kabupaten Sintang yang belum mempunyai lokasi pembangunan PLB.
Ia menyadari, untuk mewujudkan hal itu, perlu kerja sama semua pihak terutama dari pemerintah Kabupaten Sintang dan pemerintah pusat. Sehingga ketergantungan masyarakat setempat baik itu dari segi peluang pekerjaan dan pembelian kebutuhan bahan pokok dari negara tetangga dapat teratasi.
Kepala Sekolah SD Negeri 13 Sungai Kelik Ana Talia mengatakan, selain membangun jalan paralel keberadaan TNI di wilayah itu cukup membantu aktivitas pendidikan di SD setempat.
"Karena prajurit TNI selalu datang ke sekolah kami untuk ikut membina anak-anak dalam pembinaan Pramuka. Dan dengan kekurangan tenaga pengajar, mereka juga membantu kami mengajarkan bidang studi agama," katanya dengan penuh syukur.
Kehadiran dan kiprah TNI diakui mereka memang dirasakan masyarakat perbatasan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
Wilayah perbatasan yang dipilih kali ini ke Desa Nanga Bayan dan Sungai Kelik di Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang, Kalbar dari tanggal 16 hingga 20 September lalu.
Kedua desa tersebut selama ini masuk kategori terisolir karena tidak adanya akses jalan penghubung antardesa ke kecamatan dan ibukota Kabupaten Sintang. Apalagi sinyal operator selular.
Mulai dari Pangdam XII/Tpr Mayjen TNI Achmad Supriadi, Kasdam XII Tanjungpura Brigjen TNI Alfret Denny D Tuejeh, Danlanud Supadio Marsma TNI Minggit Tribowo, Danlantamal XII Pontianak, Laksma TNI Gregorius Agung serta Danrem 121 /ABW Brigjen TNI Bambang Ismawan, hadir.
Kedatangan para petinggi TNI ini tentu saja disambut sangat antusias oleh masyarakat.
Mereka didampingi Bupati Sintang Jarot Winarno dan para pejabat Pemkab Sintang serta para tokoh masyarakat.
Untuk menuju Desa Nanga Bayan, apabila cuaca cerah, melalui jakur darat membutuhkan waktu 9 jam dari Kota Pontianak menggunakan kendaraan roda empat. Jaraknya sekitar 460 kilometer.
Namun bila turun hujan, waktu tempuh perjalanan bisa lebih dari 10 jam karena kondisi sebagian infrastruktur dari Kecamatan Balai Karangan di Kabupaten Sanggau ke Desa Nanga Bayan masih berupa jalan tanah.
Rombongan para petinggi TNI itu tiba menggunakan helikopter, Selasa (18/9). Setibanya di lokasi, Pangdam XII/Tpr beserta rombongan di Dusun Belubu Desa Sungai Kelik langsung disambut dengan tarian adat Dayak dan diteruskan pertemuan sekaligus ramah tamah.
Usai pertemuan di desa itu Pangdam secara simbolis menyerahkan bantuan sembako dan paket sekolah bagi anak-anak SD Negeri 13 Sungai Kelik. Masyarakat sangat antusias menyambut dan melakukan dialog interaktif bersama Pangdam XII/Tpr yang didampingi Danlanud Supadio, Danlantamal Pontianak serta Danrem 121/ABW.
Dialog seperti itu bisa lebih mendekatkan para pejabat dengan masyarakat sekaligus membuat para petinggi TNI bisa menyerap aspirasi warga.
Pangdam mengatakan, melalui dialog tersebut dapat menegaskan bahwa pemerintah dan TNI selalu hadir di tengah masyarakat termasuk di daerah perbatasan dan juga melihat bahwa kecintaan masyarakat perbatasan terhadap NKRI tidak diragukan.
Para pemuda setempat juga bisa bergembira menerima undangan dari Pangdam yang mengajak mereka untuk mengikuti seleksi menjadi anggota TNI. Tiga pemuda lulusan SMA asal desa tersebut diminta mempersiapkan diri bila bersedia, untuk mencalonkan diri masuk TNI dalam program calon Tamtama dan Bintara perbatasan.
Mendaftar menjadi anggota TNI berhak bagi semua warga NKRI yang memenuhi persyaratan tanpa dipungut biaya.
Menerima anggota dari wilayah tersebut, kelak bila mereka lulus dapat bertugas kembali di daerah asal, karena merekalah yang lebih tahu tentang wilayahnya sendiri.
Di sepanjang wilayah Kalimantan yang berbatasan dengan Malaysia ini pangdam mengingatkan akan potensi kekayaan alam Indonesia yang perlu dijaga agar tidak dicaplok negara luar.
" Perlu dijaga bersama antara TNI dan masyarakat."
Tinjau Jalan Paralel
Salah satu kegiatan yang dilakukan selama di perbatasan tersebut adalah meninjau jalan paralel yang kini tengah dibangun di kawasantersebut dengan lebarnya 25 meter. Di Dusun Belubu, akan dibangun Pos Lintas Batas seperti yang ada di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau.
Jalan paralel perbatasan tersebut terus memanjang sekitar 30 kilometer hingga menjelang perbatasan dengan wilayah Kaltim. TNI menyatakan siap mengawal pembangunan jalan tersebut. Selain untuk memajukan wilayah, jalan paralel perbatasan juga bagian dari program Nawacita pemerintah yakni membangun dari pinggiran dan perbatasan.
Secara bertahap, jalan tersebut akan menghubungkan wilayah barat dan timur Kalimantan.
Bagi masyarakat perbatasan, keberadaan jalan tersebut akan mempermudah aktivitas sehari-hari. Sebelum ada jalan tersebut, untuk menuju Balai Karangan di Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, perlu waktu perjalanan hingga 11 jam.
Sedangkan ke Kota Sintang, ibu kota Kabupaten Sintang, bisa tiga atau empat hari. Kini, ke Balai Karangan cukup lima jam saja. Kalau ke Sintang, tidak perlu berhari-hari.
Ini merupakan pencapaian yang luar biasa dan akan terus dilanjutkan sehingga kebutuhan infrastruktur dasar di daerah perbatasan terpenuhi. Akses infrastruktur yang baik akan mendorong biaya transportasi dan harga kebutuhan pokok yang murah.
TNI mengambil peran selain menjaga keamanan wilayah perbatasan, juga mendukung pembangunan, melakukan pembinaan teritorial dan penyuluhan kepada masyarakat terkait wawasan kebangsaan, cinta tanah air dan memupuk rasa nasionalisme.
Kades Sungai Kelik Yusup mengatakan masyarakat sangat antusias setiap adanya kegiatan yang dilakukan TNI termasuk kunjungan yang dilakukan saat ini. Ia berharap kegiatan tersebut menjadi momen kemajuan pembangunan di daerah yang dapat dilanjukan oleh instansi lainnya. Jalan yang kini dibangun pun dapat ditingkatkan kualitasnya hingga ke pengaspalan.
Ia menambahkan, baru tahun ini kondisi jalan agak nyaman dilalui. Sebelumnya, sangat sulit bagi mereka untuk keluar dari desa.
Berharap Jadi PLB
Yusup mengatakan, masyarakat di Desa Sungai Kelik mempunyai mimpi, yakni mewujudkan pembangunan PLB seperti yang ada di Entikong (Sanggau), Aruk (Sambas), maupun Badau (Kapuas Hulu) mengingat desa tersebut berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia.
Di Kalbar, ada lima kabupaten yang berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia. Hanya Kabupaten Sintang yang belum mempunyai lokasi pembangunan PLB.
Ia menyadari, untuk mewujudkan hal itu, perlu kerja sama semua pihak terutama dari pemerintah Kabupaten Sintang dan pemerintah pusat. Sehingga ketergantungan masyarakat setempat baik itu dari segi peluang pekerjaan dan pembelian kebutuhan bahan pokok dari negara tetangga dapat teratasi.
Kepala Sekolah SD Negeri 13 Sungai Kelik Ana Talia mengatakan, selain membangun jalan paralel keberadaan TNI di wilayah itu cukup membantu aktivitas pendidikan di SD setempat.
"Karena prajurit TNI selalu datang ke sekolah kami untuk ikut membina anak-anak dalam pembinaan Pramuka. Dan dengan kekurangan tenaga pengajar, mereka juga membantu kami mengajarkan bidang studi agama," katanya dengan penuh syukur.
Kehadiran dan kiprah TNI diakui mereka memang dirasakan masyarakat perbatasan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018