Pontianak (AntarAntar) - Tim Relawan PLN Kalbar untuk Palu, Sigi dan Donggala yang terkena musibah gempa dan tsunami beberapa waktu lalu kembali ke Kalbar setelah bertugas menjadi relawan selama 16 hari.

"Apa yang dilakukan relawan tersebut semoga menjadi sebuah ibadah dan amal karena telah ikhlas berjuang memperbaiki kondisi kelistrikan pascabencana alam di Palu, Sigi dan Donggala. Hadirnya relawan dari kita pastinya akan sangat membantu menormalkan kembali aktifitas masyarakat di sana," ujar General Manager UIW Kalbar, Richard Safkaur di Pontianak, Senin.

Ia menjelaskan Tim Relawan rekonstruksi sistim kelistrikan di Palu, Sigi dan Donggala seluruhnya berjumlah 20 orang ?dan itu merupakan Tim PDKB TM Pontianak dan Singkawang.

"Perjalanan relawan menuju Palu dilakukan via darat, dari Pontianak-Kalteng-Kaltim-lalu menyeberang ke Palu. Perjalanan sejauh itu ditempuh lebih kurang 6 hari," kata dia.

Dia mengatakan banyak cerita dan pengalaman selama tim relawan PLN Kalbar bertugas memperbaiki kondisi kelistrikan pasca gempa dan tsunami di Palu, Sigi dan Donggala. 

Pengalaman yang tak akan pernah dilupakan, yang kelak akan berbuah hikmah betapa kekuatan do`a dan keikhlasan membantu menjadi modal utama pemulihan kondisi masyarakat di sana.

"Atas nama manajemen PLN UIW Kalbar mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh anggota tim relawan yang telah berhasil menyelesaikan tugasnya. Semoga amal ibadah dan keikhlasan anggota tim mendapat ganjaran pahala dari Tuhan Yang Maha Esa," kata dia.

Sementara itu menurut Rio Prabowo satu di antara seorang relawan, kondisi infrastruktur di Palu, Sigi dan Donggala pasca terjadinya gempa dan tsunami sungguh sangat memperihatinkan.

Ia mengatakan nyaris semuanya serba berantakan, seperti tak ada satupun yg tersisa, termasuk infrastruktur kelistrikan. Banyak tiang listrik yg patah dan tumbang. Trafo dan jaringan listrik pun berserakan.

"Sungguh tak tega melihat kondisi kehidupan masyarakat di sana. Semua serba kekurangan.Tanpa listrik aktifitas masyarakat nyaris terhenti," katanya.

Dia mengatakan masalah kesehatan pun dan penyakit megancam di mana-mana. Di sana sini banyak lalat dan sanitasi pun tersumbat. Pihaknya bekerja dalam tekanan kekhawatiran dan ketakutan. Khawatir jika terjadi gempa susulan, dan wabah penyakit yang ada di mana-mana.

Namun tekad untuk segera menyelesaikan tugas dan melihat penderitaan masyarakat akibat bencana menambah semangat tim relawan. Menurutnya, perbaikan kondisi masyarakat jauh lebih penting dan mengalahkan rasa khawatir yang ada.

"Dua hari kami bekerja di Desa Jono Oge untuk memperbaiki tiang listrik yang tumbang dan menyambung jaringan TM. Kami bekerja dari pagi hingga jelang larut malam. Hari kedua kami fungsikan trafo dan bereskan kabel TR untuk mengalirkan listrik kerumah-rumah warga, itupun sudah menjelang malam. Sungguh tak terkirakan kegembiraan yang kami rasakan saat melihat semua warga bersorak kegirangan saat listrik mulai menerangi rumah-rumah mereka," ujarnya.

Mereka terus berujar, terima kasih bapak PLN, terima kasih bapak PLN, itu yang selalu mereka ucapkan dan tanpa terasa saya pun meneteskan air mata," ia menceritakan pengalamannya.

Senada dengan apa yang dikatakan Rio, Ongki Afriadi, anggota relawan lainnya mengungkapkan hal yang sama saat menyelesaikan pekerjaan disalah satu kampung di Kota Palu. Gempa masih sesekali terjadi saat mereka bekerja.

 "Saya merasa terjadi getaran saat menyambung kabel TM. Ada rasa takut yang melanda. Namun pekerjaan harus segera dituntaskan. Saya hanya berharap pertolongan Allah semoga pekerjaan kami dilindungi ?dan dimudahkan. Jelang tengah malam pekerjaan baru selesai, dan listrik pun menyala," katanya.


 

Pewarta: Dedi

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018