Pontianak (Antaranews Kalbar) - Seleksi menjadi ASN di daerah tidaklah mudah, bahkan banyak yang harus tersingkir di babak awal.

Kepala Badan Kepegawaian Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Sintang Palentinus mengatakan, hasil seleksi Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan menggunakan sistem Computer Assisted Tes (CAT) pada hari pertama, Rabu (7/11), hanya 8 orang yang lulus.

"Dari 500 orang peserta, hanya 8 orang yang lolos seleksi pada hari pertama," kata Palentinus saat dihubungi di Sintang, Kamis.

Palentinus mengatakan, ada tiga passing grade yang ditentukan BKN, yakni TKP minimal 143, Tes Intelegensia Umum (TIU) minimal 80, dan Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) minimal 75. Secara umum peserta CPNS 2018 di Kabupaten Sintang gugur di tes TKP dan TIU. Sedangkan untuk TWK hanya sebagian saja.

"Hasil seleksi di hari pertama itu tidak memuaskan. Dari dua sesi yang sudah kita laksanakan hanya dua yang lolos seleksi perdana ini," kata Palentinus.

Melihat hasil ini, Palentinus mengatakan, akan berkoordinasi dengan Kemenpan RB untuk mengetahui sejauh mana permasalahan yang terjadi di daerah.

"Permasalahan di daerah sama. Peserta sangat rendah passing gradenya. Tentu ini akan menjadi bahan kita untuk disampaikan ke Kemenpan RB nantinya," bebernya.

Dia mengatakan, dalam sehari, dilaksanakan 5 sesi test CAT yang diikuti masing-masing 100 orang. "Pada hari pertama, yang mengikuti test merupakan pelamar formasi guru dan tenaga kesehatan," ucapnya.

Total peserta test CPNS Sintang 3.367 dengan formasi yang diterima sebanyak 197 orang.

Wakil Bupati Sintang Askiman menyatakan, dalam test CPNS 2018, passing grade dari pusat terlalu tinggi sehingga mengakibatkan hasil test pada dua sesi pertama hanya ada 2 orang yang lulus.

"Berarti passing grade nya tidak sesuai dengan standar lokal. Sehingga Pemerintah Kabupaten Sintang bersama tim termasuk DPRD Kabupaten Sintang sudah berencana audensi langsung dengan Menpan. Mengingat peraturan yang diberlakukan Menpan sangat menyulitkan daerah," ucapnya.

Dikatakan dia, permasalahan ini tidak saja di Kabupaten Sintang. Hal serupa juga dikeluhkan Kabupaten Melawi yang sudah melaksanakan seleksi CPNS. Dari jumlah kuota penerimaan sekitar 260 orang yang lolos seleksi hanya sekitar 60 orang, dari jumlah pendaftar sekitar 4.000 orang. Berarti kegagalan ini diakibatkan keputusan kebijakan penerimaan CPNS itu sendiri.

Askiman mendesak agar passing grade ditinjau ulang oleh pemerintah pusat. "Passing grade-nya terlalu tinggi, seharusnya ini tak bisa disamakan karena bagaimanapun, sarana dan prasarana di daerah Jawa dengan Kalimantan tentu berbeda. Artinya, standar nilai yang harus diberikan juga harusnya berbeda," ujarnya.

Askiman menyatakan bahwa pihaknya juga akan meminta kepada Pemerintah Pusat untuk melakukan seleksi peserta CPNS sesuai dengan lokal regional. "Tes tetap online sehingga tidak ada kolusi maupun nepotisme. Hanya saja saat seleksi harus hanya lokal regional, artinya hanya anak daerah yang boleh ikut seleksi bukan dari daerah luar provinsi," tuturnya.

Selama ini, kata Askiman, daerah sangat sulit berkompetisi dengan daerah lain. Salah satu contoh dimana akreditasi sekolah didaerah masih sangat rendah berimbas pada infrastruktur yang belum memadai.

"Daerah kita saja masih dalam kategori tertinggal belum menuju ke desa berkembang apalagi maju mandiri. Tentu ini menjadi faktor kita selama ini," ujarnya.

Meski demikian, Askiman mengapresiasi panitia yang telah menyiapkan berbagai perlengkapan sistem komputerisasi secara online. Dia juga mengatakan bahwa peserta yang mengikuti tes penuh dengan disiplin dan sesuai prosedur.

"Tes CAT ini sangat fair. Tidak adanya unsur Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN). Semuanya murni, sebab hasilnya langsung diketahui oleh peserta," kata Askiman.
 

Pewarta: Tantra

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018