Pontianak (Antaranews Kalbar) - GM PLN induk Wilayah Kalbar, Richard Safkaur di Pontianak, Selasa, mengungkapkan, perbandingan antara biaya pengeluaran PLN dan harga jual ke konsumen tidak sebanding menunjukkan ada yang hilang antara biaya dan penjualan dari sisi teknis dan non teknis.
   
"Yang hilang dari sisi non teknis inilah makanya saya turunkan tim operasi P2TL. Secara nasional ini sudah di pantau dimana PLN Kalbar mengalami susut tertinggi yakni sebesar 13 persen," katanya.
   
Sebelumnya telah digelar apel pasukan Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) PLN Induk Wilayah Kalimantan Barat di halaman kantor PLN Area Pontianak. Tidak kurang sekitar 50 personel yang terdiri dari gabungan regional PLN Kalimantan yaitu Kalbar, Kalsel dan Kaltim serta dari Bareskrim Polda Kalbar yang ikut dalam gelar pasukan itu.
Apel pasukan Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) PLN Induk Wilayah Kalimantan Barat Tahun 2018 (Slamet Ardiansyah)

   
Selain merupakan kewajiban, operasi P2TL ini juga untuk meminimalisir kerugian akibat adanya kerugian operasional penyaluran listrik dari pembangkit listrik ke trasmisi ke gardu induk ke gardu hubung ke trafo lalu masuk ke KWH meter.
   
"Ini namanya rugi-rugi atau hilangnya energi secara teknis. Hal ini harus kami mininalisir agar PLN tidak mengalami kerugian besar. Dan ini tanggung jawab saya kepada pihak direksi yang memberi kepercayaan kepada saya," katanya.
   
Saat ini kata Richard, PLN Induk Wilayah Kalbar dalam membangkitkan 1 KWH membutuhkan dana Rp2.300. "Kalau satu pelanggan menggunakan 400 kWH bisa dikalikan berapa yang harus PLN keluarkan biayanya. Padahal nilai jual PLN ke pelanggan per satu KWH hanya Rp1.300 lebih," katanya.


 

Pewarta: Slamet Ardiansyah

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018