Wakil Gubernur Kalbar H Ria Norsan mengatakan sesuai data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalbar saat ini tercatat sebanyak 5.815 unit industri kecil menengah (IKM) yang tersebar di sejumlah kabupaten/kota di daerah itu.

"Dari jumlah tersebut terdapat sembilan IKM Kalbar dari jenis produk pangan (lempok durian, amplang dan aneka produk panganan aloevera) serta satu produk keramik hias yang telah tersertifikasi sebagai One Village One Product (OVOP) oleh Kementerian Perindustrian RI," kata Ria Norsan saat menghadiri Pembukaan e-Smart IKM di Hotel Golden Tulip Pontianak, Kamis.

Ribuan unit IKM itu tersebar di 14 kabupaten/kota yang mencakup 174 kecamatan, 99 kelurahan dan 2.031 desa

Berbicara mengenai OVOP, katanya, keberadaan IKM yang cukup besar jumlahnya, yang diharapkan juga berperan dalam mendorong terwujudnya Desa Mandiri yang saat ini baru ada satu desa di Provinsi Kalbar yaitu Desa Sutra di Kabupaten Kayong Utara.

Dengan potensi Kalbar yang sangat besar dan strategis tersebut baik di lingkup nasional bahkan ASEAN, namun realitanya potensi tersebut masih belum dapat meningkatkan daya saing daerah dan meningkatkan nilai tambah daerah.

"Hal ini disebabkan lambatnya pertumbuhan sektor industri Kalbar, bahkan sempat mengalami deindustrialisasi sejak tahun 2000 hingga tahun 2015 yaitu dari 24,1 persen kontribusinya pada tahun 2000 menjadi tinggal 15,80 persen pada tahun 2015 dan baru mulai meningkat kembali sejak tahun 2016," tuturnya.

Perkembangan industri Kalbar, katanya, memang masih sangat lambat, hal ini disebabkan adanya permasalahan mendasar, antara lain, minimnya infrastruktur pendukung industri utamanya pelabuhan laut yang saat ini sedang dalam penyelesaian, jalan dan jembatan yang sesuai dengan kebutuhan kawasan industri).

Selain itu, per wilayah industri belum adanya Kawasan industri dan sentra IKM yang beroperasi dan masalah lainnya karena tingkat kompetensi dan pendidikan sumber daya manusia (SDM) yang diukur dari lama rata-rata sekolah di Kalbar baru mencapai 7,05 tahun.

"Kami menyadari dengan masih banyaknya pekerjaan rumah yang harus dibenahi untuk menjadikan Kalbar yang berdaya saing untuk kesejahteraan masyarakat, tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Kalbar, apalagi kita sudah memasuki tahap Revolusi Industri 4.0 yang telah mengubah hidup dan kerja manusia secara fundamental," katanya.

Berbeda dengan revolusi industri sebelumnya, lanjutnya, revolusi industri generasi ke-4 ini memiliki skala, ruang lingkup dan kompleksitas yang lebih luas, karena kemajuan teknologi baru ini telah mengintegrasikan dunia fisik, digital dan biologis sehingga mempengaruhi semua disiplin ilmu ekonomi, industri dan pemerintahan.

Dijelaskannya, dalam menghadapi era industri 4.0, Pemerintah Provinsi Kalbar, juga telah berinovasi membangun Griya IKM dan mengembangkan Sistem informasi dan Promosi Industri (SIPI) IKM Kalbar.

Keberadaan Griya IKM dan SIPI IKM ini telah menjadi tempat masuknya komponen networking berbasis komunitas (dari, oleh dan untuk IKM), menjadi tempat display produk IKM serta penggunaan teknologi informasi untuk mengolah data dan mempublikasi informasi berkaitan dengan industri produk olahan, memfasilitasi sertifikasi halal, HAKI, memfasilitasi perizinan serta pemasaran dan display produk terseleksi secara dalam jaringan.

"IKM ini diharapkan dapat melakukan transaksi online di marketplace seperti Shopee, Lazada, Blibli dan Bukalapak," jelasnya.

 

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019