Sarawak Tourism Boards (STB) dalam penyelenggaraan Rainforest World Music Festival selalu membuat even khusus bagi jurnalis yang ingin menikmati sisi lain Sarawak selama kegiatan yang berlangsung selama tiga hari tersebut.

Salah satunya yang ditawarkan pada RWMF 2019 adalah Santubong Wildlife Cruise, paket wisata menelusuri perairan Santubong, yang dilaksanakan pada Sabtu.

Sebanyak 10 jurnalis dari berbagai negara, termasuk penulis dari Indonesia, memutuskan untuk mengikuti paket wisata tersebut. Dalam brosur yang dibagikan, bagi peserta yang mengikuti tur tersebut dapat melihat berbagai binatang liar yang ada di perairan Santubong.

 
David Hogan asal Kuala Lumpur menunjukkan lobster tangkapan nelayan (Foto Antara Kalbar/Teguh Imam Wibowo)


Perairan yang dimaksud adalah mulai dari Sungai Santubong, Sungai Salak, dan beberapa sungai lain di kawasan itu yang bermuara di Laut China Selatan.  Santubong berjarak sekitar 34 kilometer dari Kuching, ibu kota Sarawak. RWMF digelar di Sarawak Cultural Village (SCV) yang terletak di Santubong.

Rombongan berkumpul di lobi hotel Damai Resort Beach tepat pukul 08.00 waktu setempat atau 07.00 WIB. Waktu di Sarawak, Malaysia, satu jam lebih cepat dibanding di Indonesia bagian Barat.

Menggunakan mobil van berkapasitas 13 orang, rombongan menuju lokasi keberangkatan yang berjarak sekitar 7 kilometer dari hotel. Sesampai di Pelabuhan Santubong, rombongan menunggu pihak travel agen selaku mitra STB menyiapkan kapal yang akan digunakan.

 
Gunung Santubong dari kejauhan (Foto Antara Kalbar/Teguh Imam Wibowo)

Di pelabuhan tersebut, berjejer puluhan kapal berukuran kecil hingga sedang di tempat penyimpanan yang berada di daratan. Kapal-kapal tersebut terkunci di atas tempat penyimpanan beroda. Untuk menurunkan kapal cukup menarik ujung besi menggunakan mobil lalu dibawa ke tepian sungai dengan posisi kapal terlebih dahulu.

Satu persatu, anggota rombongan naik ke kapal sewaktu masih di darat. Setelah semua anggota rombongan naik, secara perlahan mobil mendorong mundur kapal ke arah sungai. Perjalanan dimulai dengan menyusuri Sungai Santubong ke arah hulu sekitar dua kilometer. Sasaran pertama adalah buaya muara atau nama latinnya Crocodylus porosus. Perairan Santubong dikenal sebagai salah satu habibat buaya muara di Sarawak. Bahkan beberapa waktu lalu, ada tiga warga menjadi korban keganasan buaya terbesar di dunia tersebut di kawasan itu.

David Hogan, salah satu jurnalis asal Kuala Lumpur, berhasil membidik seekor buaya berukuran sekitar 1,5 meter tengah berenang di Sungai Santubong. Rombongan lalu singgah di keramba warga yang memelihara beragam ikan yang dapat hidup di muara. Ilham, sang guide mengatakan, terkadang buaya merusak jaring di keramba tersebut untuk memangsa ikan yang dibudidayakan. Di Kalimantan Barat, bila berada di perairan yang diduga menjadi habitat buaya, ada semacam larangan tak tertulis agar jangan sengaja mencari binatang buas tersebut. Kalaupun ingin menyebut buaya, dapat menggunakan sebutan lain. Namun di Santubong, sepertinya larangan tak tertulis tersebut tidak berlaku. Bahkan beberapa anggota rombongan sengaja menyebut secara lantang ingin melihat buaya.
Menaiki kapal sebelum meluncur ke tepian sungai (Foto Antara Kalbar/Teguh Imam Wibowo)


Rombongan lalu melanjutkan perjalanan ke Muara Salak, jaraknya sekitar 5 kilometer dari lokasi keramba. Di sini, terlihat aktivitas nelayan lokal yang menjaring udang dan ikan-ikan lain. Namun di sini pula menjadi lokasi untuk melihat ikan pesut atau  Irrawaddy Dolphin (Orcaella brevirostris).

Mamalia laut tersebut tampak tak takut dengan aktivitas yang dilakukan nelayan. Bahkan dari jarak sekitar 5 meter pun ikan tersebut masih menunjukkan diri sembari memakan ikan yang dibuang nelayan.  

Cukup sulit untuk membidik Irrawaddy Dolphin tersebut karena gerakan dan lokasi timbul yang tidak terduga. Setelah puas mengikuti Dolphin Watching, perjalanan dilanjutkan ke hutan mangrove untuk melihat bekantan atau Proboscis Monkey (Nasalis larvatus). Tampak dua bekantan, masing-masing jantan dan betina di sebuah pohon mangrove di Muara Salak. Keduanya tampak santai, tak terganggu aktivitas rombongan yang berulang kali berusaha mengambil gambar terbaik.

Setelah beberapa saat, kapal melanjutkan perjalanan menyusuri sungai kecil untuk melihat habitat buaya muara. Namun sayang, karena air sudah semakin tinggi, buaya-buaya itu pun tak terlihat. Akhirnya rombongan kembali ke Pelabuhan Santubong. Santubong Wildlife Cruise menjadi pengalaman yang mengesankan dan sebagai alternatif bagi yang ingin menikmati suasana lain dari Sarawak.

Bagi yang ingin mengikuti tur tersebut, banyak agen wisata di Kuching yang menawarkan dengan harga di kisaran Rp700an ribu per orang.

 

Pewarta: Teguh Imam Wibowo

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019