Di tengah hiruk pikuknya politik tanah air, salah satu yang heboh adalah hangatnya perbincangan bursa menteri Kabinet Jokowi jilid dua. Banyak sosok kandidat bermunculan, salah satunya seorang Jendral purnawirawan yang bergelar “Profesor Pertahanan” yang belum banyak diperbincangkan di dunia perpolitikan Indonesia.

Sosok tersebut adalah Letjen TNI (Purn) Prof. DR Syarifudin Tippe MSi yang lahir di Sinjai-Sulawesi Selatan 7 Juni 1953 yang diakrab dipanggil Bang Tippe - yang telah menghasilkan beberapa “legacy” selama dalam karier militernya.

Bang Tippe merupakan lulusan Akabri tahun 75 yang pernah menjabat Komandan Seskoad, pendiri Unhan (Universitas Pertahanan) dan Rektor pertama di Unhan. Saat inipun Bang Tippe masih aktif mengajar Pasca Sarjana di Universitas Jayabaya dan beberapa Universitas di Jakarta.

Dalam dunia Ormas (organisasi masyarakat) dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) Bang Tippe tercatat sebagai Ketua Dewan Pakar LPKAN (Lembaga Pengawas Kinerja Aparatur Negara) hingga saat ini.

Menurut Bang Tippe, ada dua modal sosial yang ia peroleh dari perjalanan kariernya sebagai prajurit TNI dan sebagai akademisi sejak tahun 1976 sampai dengan 2012. "Kedua modal sosial tersebut menjadi basis optimisme saya untuk berkiprah kepada bangsa dan negara," ujarnya.

Kedua modal sosial tersebut adalah, pertama mampu menciptakan kondisi yang kondusif di Aceh ketika menjabat Danrem 012/Teuku Umar, 1999-2001 dengan basis filosofis yaitu "Jangan tembak kepala orang Aceh, tapi tembaklah hatinya", yang kemudian dia direalisasikan melalui strategi merebut hati dan pikiran masyarakat Aceh.

Kondisi yang kondusif itulah berangsur-angsur membaik sehingga pada tahun 2005, ia sebagai satu-satunya prajurit TNI aktif ditunjuk Pemerintah untuk ikut bersama delegasi RI lainnya ke Helsinki dalam rangka mendamaikan RI-GAM.

Kedua, pendirian Universitas Pertahanan (UNHAN), dimana gagasan pendirian UNHAN oleh Kasad Jenderal TNI Djoko Santoso kemudian disambut baik oleh Presiden SBY dan Menhan Prof Juwono Sudarsono. Singkatnya, berangkat dari pemaparan rencana pendirian UNHAN pada awal April 2008 di depan seluruh eselon 1 Kemhan.

"Meski sudah disetujui RI 1 dan Menhan, namun tidak seorang pun dari eselon 1 yang setuju dengan pendirian UNHAN karena alasan keuangan negara pada masa itu tidak memungkinkan mendirikan UNHAN," jelas Bang Tippe.

“Dengan tekad tak kenal menyerah, saya berinisiatif untuk menyisipkan agenda pendirian UNHAN ke dalam agenda Security Dialog antara pihak Kemhan RI-1 dengan pihak Dephan AS di Pentagon Washington, yang akan dilakukan pada 15 April 2008. Sebelum dialog formal dilakukan, saya coba melobi seorang Prof di Pentagon AS dengan mengangkat sub topik pendirian UNHAN. Ternyata dengan lobi informal ini Prof tersebut atas nama Dephan AS siap mendukung penuh, dengan mengalihkan sebagian bantuan keuangan yang diperuntukkan TNI AD ke program pendirian UNHAN,” lanjutnya.

Pertanyaannya kenapa AS sangat respek dan antusias mendukung pendirian UNHAN? ternyata karena AS menilai gagasan pendirian UNHAN tersebut sejalan dengan salah satu misi AS yaitu mempromosikan demokrasi di dunia.

UNHAN merupakan "melting pot (titik cair) secara intelektual antara sipil militer. Sebelumnya AS melihat militer dengan sipil di Indonesia ketemunya selalu di jalan, ketika mahasiswa melakukan demonstrasi, dimana militer cenderung brutal.

“Jadi tujuan pendirian UNHAN salah satunya adalah secara akademik untuk mensinergikan sipil militer,” jelas Bang Tippe.

Kemudian di dalam negeri, pada forum-forum seminar ia berupaya meyakinkan masyarakat intelektual tentang urgensi pendirian UNHAN bahwa UNHAN secara simbolik merupakan wahana chandra di muka penggodokan para pemimpin bangsa yang berwawasan pertahanan dan kebangsaan, salah satunya dengan mengangkat visi pertahanan semesta sebagaimana yang termaktub dalam UU No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

“Akhirnya alhamdulillah para akademisi dapat menerima gagasan pendirian UNHAN. UNHAN kemudian berhasil didirikan pada 11 Maret 2009 di Istana negara,” imbuh Jendral yang murah senyum ini.

Pendirian UNHAN memberi kesan internasional bahwa meskipun keuangan negara sedang terpuruk namun Indonesia ternyata masih dapat menunjukkan jati dirinya, mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara di bidang pertahanan.

Berangkat dari dua modal sosial di atas, baik kontribusi terhadap perdamaian RI-GAM, maupun dalam pendirian UNHAN, ia yakin dapat membaktikan dirinya untuk bangsa dan negara. “Jika Allah mentakdirkan lewat kementerian pertahanan saya pun siap membaktikan diri kepada bangsa dan negara,” katanya.

Mewujudkan tingkat kesejahteraan dengan pendekatan pertahanan atau pertahanan yang berbasis kesejahteraan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yang dimulai dari perbatasan yakni membangun green and blue belt on boundary defence yang berbasis ekonomi dan budaya pertahanan.

Ditegaskan Bang Tippe bahwa tujuan secara nasional adalah mengurangi bahkan menghilangkan ketergantungan bangsa dan Indonesia dari negara asing.

Detail konsep tersebut berupa analisis prediksi dan kalkulasi secara nasional telah dilakukan sejak tahun 2012, dan bahkan sudah dipraktikkan di salah satu wilayah nusantara tercinta.

“Itulah yang memotivasi saya merestui ajakan adik-adik relawan untuk ikut berikhtiar bergabung dalam kabinet SDM Unggul Indonesia Maju, dengan berserah diri kepada Allah SWT pada gilirannya nanti, insya Allah saya siap memaparkan di hadapan publik, bahwa realisasi dari konsep tersebut realistik untuk direalisasikan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan,” tegasnya.

Sementara itu, pembina LPKAN (Lembaga Pengawas Kinerja Aparatur Negara) Wibisono SH MH merekomendasi Letjen Syarifudin Tippe untuk menjadi Menteri Pertahanan di Kabinet Jokowi jilid dua.

“Beliau sosok yang cakap dan cocok untuk menggantikan Menhan Jendral Ryamizard Ryacudu karena saya pernah bekerjasama dengan kedua Jendral ini dalam mewujudkan konsep “Perang Modern” sebagai konsep penyadaran bangsa lewat penerbitan buku “Bangsa Indonesia terjebak Perang Modern” ditahun 2004″, ini legacy juga buat beliau dan pak Menhan, kedua Jendral ini satu visi dan satu pemikiran dalam “Platform Pertahanan dan Keamanan Nasional, kedepan dibutuhkan sosok “new leader” Jendral pemikir yang mempunyai visi jauh kedepan,” jelas Wibisono.

Pewarta: Rilis

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019