Pameran fotografi dan lukisan yang dirangkai dengan seminar dan peluncuran buku "Eksotik Borneo" digelar di Pontianak pada 13-15 Desember 2019.
Kegiatan diadakan oleh sekumpulan fotografer, aktivis, jurnalis, art design dan anak-anak muda milenial yang terhimpun dalam "A Tribute to Sugeng Hendratno". Sugeng adalah seorang fotografer alam liar dari Kalimantan Barat yang meninggal pada 20 Juli 2019.
Koordinator kegiatan tersebut, Hermayani Putra, saat jumpa pers Kamis mengatakan, pameran, seminar, dan peluncuran buku "Eksotik Borneo" digelar guna mengenang Sugeng yang akrab di sejumlah komunitas di Kalimantan Barat.
"Kegiatan ini lahir dalam rangka menghargai almarhum dengan karya-karyanya. Almarhum adalah seorang penyaksi. Pencatat masih ada optimisme di bumi Borneo. Karena itulah masih penting untuk menghadirkan beliau," katanya.
Ia mengatakan kegiatan yang dimulai Jumat (13/12) diisi dengan pembukaan pameran foto, lukisan, dan peluncuran buku "Eksotik Borneo".
Kemudian pada Sabtu (14/12) seminar lingkungan dalam ruang lingkup fotografi, dan pada Minggu (15/12) diadakan bedah buku "Eksotik Borneo" dan workshop Fotografi menjadi media pemberdayaan, menghadirkan pembicara Dr Irwandi seorang Doktor pertama di bidang fotografi potret di Indonesia.
Sugeng meninggal dalam usia 55 tahun, sangat dekat dengan banyak komunitas yang ada di Kalbar.
Ia bercita-cita membukukan foto-foto karyanya selama 24 tahun berkecimpung sebagai fotografer alam liar. Untuk merealisasikan impian yang belum terwujud itu, para fotografer, aktivis, jurnalis, art design, dan anak-anak muda milenial yang mengenal baik sosok Sugeng Hendratno, berkumpul dan merealisasikan impian itu, maka terbitlah buku "Eksotik Borneo".
Hermayani menambahkan, "A Tribute to Sugeng Hendratno" bertujuan melanggengkan keragaman hayati, lingkungan, sosial dan budaya di wilayah Borneo atau Kalimantan, melalui foto-foto hasil bidikan Sugeng Hendratno.
Mereka bekerja sesuai dengan keahlian dan ketrampilan masing-masing. Bagi para fotografer, mereka memilih dan memilah foto sesuai dengan tema dan kategori foto. Bagi para penulis dan jurnalis, mereka menulis dan menukilkan kisah yang berserak dari para rekan, menjadi sebuah cerita yang lebih enak dan asyik untuk dibaca. Bagi para aktivis, ada berbagai aktivitas fund rising dan aktivitas lain yang dilakukan.
"Semua bekerja secara suka rela. Ada kebahagiaan ketika bisa terlibat, di tengah kesibukan kerja dan aktivitas para anggota," kata Hermayani.
Bagi mereka, Sugeng Hendratno, juga adalah sosok yang lekat dengan segala kebajikan. Tak heran bila, bekerja untuk melanggengkan karya-karya fotonya, adalah aktivitas yang tak perlu diucap hingga dua kali.
Sugeng Hendratno lahir di Pontianak 5 Juli 1964, meninggal pada 20 Juli 2019 di Pontianak.
Selama lebih dari 24 tahun, dia berkeliling hutan, kampung dan pesisir Pulau Kalimantan, untuk memotret berbagai aktivitas manusia, flora dan fauna, dengan sudut pandang yang unik dan dalam.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
Kegiatan diadakan oleh sekumpulan fotografer, aktivis, jurnalis, art design dan anak-anak muda milenial yang terhimpun dalam "A Tribute to Sugeng Hendratno". Sugeng adalah seorang fotografer alam liar dari Kalimantan Barat yang meninggal pada 20 Juli 2019.
Koordinator kegiatan tersebut, Hermayani Putra, saat jumpa pers Kamis mengatakan, pameran, seminar, dan peluncuran buku "Eksotik Borneo" digelar guna mengenang Sugeng yang akrab di sejumlah komunitas di Kalimantan Barat.
"Kegiatan ini lahir dalam rangka menghargai almarhum dengan karya-karyanya. Almarhum adalah seorang penyaksi. Pencatat masih ada optimisme di bumi Borneo. Karena itulah masih penting untuk menghadirkan beliau," katanya.
Ia mengatakan kegiatan yang dimulai Jumat (13/12) diisi dengan pembukaan pameran foto, lukisan, dan peluncuran buku "Eksotik Borneo".
Kemudian pada Sabtu (14/12) seminar lingkungan dalam ruang lingkup fotografi, dan pada Minggu (15/12) diadakan bedah buku "Eksotik Borneo" dan workshop Fotografi menjadi media pemberdayaan, menghadirkan pembicara Dr Irwandi seorang Doktor pertama di bidang fotografi potret di Indonesia.
Sugeng meninggal dalam usia 55 tahun, sangat dekat dengan banyak komunitas yang ada di Kalbar.
Ia bercita-cita membukukan foto-foto karyanya selama 24 tahun berkecimpung sebagai fotografer alam liar. Untuk merealisasikan impian yang belum terwujud itu, para fotografer, aktivis, jurnalis, art design, dan anak-anak muda milenial yang mengenal baik sosok Sugeng Hendratno, berkumpul dan merealisasikan impian itu, maka terbitlah buku "Eksotik Borneo".
Hermayani menambahkan, "A Tribute to Sugeng Hendratno" bertujuan melanggengkan keragaman hayati, lingkungan, sosial dan budaya di wilayah Borneo atau Kalimantan, melalui foto-foto hasil bidikan Sugeng Hendratno.
Mereka bekerja sesuai dengan keahlian dan ketrampilan masing-masing. Bagi para fotografer, mereka memilih dan memilah foto sesuai dengan tema dan kategori foto. Bagi para penulis dan jurnalis, mereka menulis dan menukilkan kisah yang berserak dari para rekan, menjadi sebuah cerita yang lebih enak dan asyik untuk dibaca. Bagi para aktivis, ada berbagai aktivitas fund rising dan aktivitas lain yang dilakukan.
"Semua bekerja secara suka rela. Ada kebahagiaan ketika bisa terlibat, di tengah kesibukan kerja dan aktivitas para anggota," kata Hermayani.
Bagi mereka, Sugeng Hendratno, juga adalah sosok yang lekat dengan segala kebajikan. Tak heran bila, bekerja untuk melanggengkan karya-karya fotonya, adalah aktivitas yang tak perlu diucap hingga dua kali.
Sugeng Hendratno lahir di Pontianak 5 Juli 1964, meninggal pada 20 Juli 2019 di Pontianak.
Selama lebih dari 24 tahun, dia berkeliling hutan, kampung dan pesisir Pulau Kalimantan, untuk memotret berbagai aktivitas manusia, flora dan fauna, dengan sudut pandang yang unik dan dalam.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019