Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kalbar Agus Chusaini menyebutkan berdasarkan pantauan di lapangan, konsumsi masyarakat di Kalbar saat ini mengalami penurunan 50 persen terdampak wabah COVID-19.
"Kondisi saat wabah COVID-19 ini memang ada penurunan konsumsi masyarakat yang mencapai 50 persen," ujarnya di Pontianak, Senin.
Ia menjelaskan bahwa penurunan konsumsi karena ada penurunan pendapatan masyarakat.
"Dampak wabah COVID-19 ada pekerja dirumahkan dan bahkan di-PHK. Hal itu tentu membuat pendapatan turun dan bahkan tidak ada," jelas dia.
Ia menambahkan selain memang pendapatan masyarakat turun namun juga ada pergeseran pola konsumsi masyarakat yang lebih fokus atau mengutamakan untuk konsumsi sembako.
"Masyarakat lebih teliti membeli atau dalam arti lebih memilih yang pokok saja. Di luar kebutuhan pokok sementara ini lebih banyak menunda. Apalagi kita tidak tahu kapan wabah ini berakhir," jelas dia.
Terkait pertumbuhan ekonomi, kata dia, untuk tahun ini tentu akan lebih rendah dari target lima persen.
Konsumsi masyarakat memiliki peranan penting dan apabila turun maka terdampak pada pertumbuhan ekonomi Kalbar.
"Kemungkinan dua persen saja pertumbuhan ekonomi kita, kalau wabah ini tidak berhenti atau bahkan lebih parah. Untuk inflasi masih terkendali," katanya.
Terkait kebutuhan pokok menurutnya untuk Ramadhan dan Idul Fitri masih aman. Namun perlu menjadi perhatian adalah setelah Idul Fitri.
"Kembali, wabah ini kita tidak tahu kapan berakhir. Itu tergantung produksi dan distribusinya yang memang harus dijaga dengan baik," kata dia.
Dengan kondisi yang ada sektor UMKM juga menjadi perhatian BI. Hal itu agar UMKM bisa bertahan.
"Saat ini pendapatan UMKM turun drastis. Penurunan tersebut mencapai 80 persen dibandingkan sebelum wabah COVID-19. Kita memberikan pelatihan secara online agar mereka mengubah pola permintaan pasar saat wabah," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020
"Kondisi saat wabah COVID-19 ini memang ada penurunan konsumsi masyarakat yang mencapai 50 persen," ujarnya di Pontianak, Senin.
Ia menjelaskan bahwa penurunan konsumsi karena ada penurunan pendapatan masyarakat.
"Dampak wabah COVID-19 ada pekerja dirumahkan dan bahkan di-PHK. Hal itu tentu membuat pendapatan turun dan bahkan tidak ada," jelas dia.
Ia menambahkan selain memang pendapatan masyarakat turun namun juga ada pergeseran pola konsumsi masyarakat yang lebih fokus atau mengutamakan untuk konsumsi sembako.
"Masyarakat lebih teliti membeli atau dalam arti lebih memilih yang pokok saja. Di luar kebutuhan pokok sementara ini lebih banyak menunda. Apalagi kita tidak tahu kapan wabah ini berakhir," jelas dia.
Terkait pertumbuhan ekonomi, kata dia, untuk tahun ini tentu akan lebih rendah dari target lima persen.
Konsumsi masyarakat memiliki peranan penting dan apabila turun maka terdampak pada pertumbuhan ekonomi Kalbar.
"Kemungkinan dua persen saja pertumbuhan ekonomi kita, kalau wabah ini tidak berhenti atau bahkan lebih parah. Untuk inflasi masih terkendali," katanya.
Terkait kebutuhan pokok menurutnya untuk Ramadhan dan Idul Fitri masih aman. Namun perlu menjadi perhatian adalah setelah Idul Fitri.
"Kembali, wabah ini kita tidak tahu kapan berakhir. Itu tergantung produksi dan distribusinya yang memang harus dijaga dengan baik," kata dia.
Dengan kondisi yang ada sektor UMKM juga menjadi perhatian BI. Hal itu agar UMKM bisa bertahan.
"Saat ini pendapatan UMKM turun drastis. Penurunan tersebut mencapai 80 persen dibandingkan sebelum wabah COVID-19. Kita memberikan pelatihan secara online agar mereka mengubah pola permintaan pasar saat wabah," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020