Meski harga ayam potong di Kalbar saat ini melambung tinggi tembus Rp45.000 per kilogram namun keuntungan ini belum mampu menutupi kerugian yang diderita pada beberapa bulan belakangan sejak pandemic COVID-19 melanda.

Satu di antara peternak ayam asal Kubu Raya, Gusnadi (34) mengatakan saat ini para peternak menjual ayam tangkap kepada agen dengan harga Rp32.000 per kilogram.

"Namun pada dua bulan terakhir para peternak rugi besar. Setiap kilogram ayam dari kandangnya hanya dihargai Rp14.000 saja. Terus terang kami tidak menyangka karena harusnya pada Ramadhan dan Lebaran kita panen. Ternyata tahun ini berbeda karena ada COVID-19. Kenaikan harga yang sekarang tentu kami syukuri. Walaupun belum mampu menutupi kerugian kami selama dua bulan lebih,” ujarnya di Kubu Raya, Rabu.

Menurut dia, kenaikan harga ayam saat ini lantaran permintaan di pasaran sudah mulai stabil. "Sektor hotel, restoran, rumah makan dan lainnya sudah buka," ujar dia.

Sementara, ayam dari luar Kalbar dilarang masuk, sehingga hanya mengandalkan stok dari dalam provinsi ini.

“Ayam dari luar saya dengar masih tidak boleh masuk. Sedangkan stok Kalbar masih kurang. Mungkin ini yang membuat harga naik. Kalau peternak seperti saya hanya mengikuti harga pasaran saja,” jelasnya.

Ia berharap harga ayam tidak seharusnya berfluktuasi karena akan membingungkan peternak.

“Harusnya ada kepastian harga, supaya peternak enak. Kalau naik turun seperti sekarang kita juga sulit. Karena kita juga hitung-hitungan biaya produksi untuk pakan, vitamin dan lainnya. Selain tentu biaya kehidupan sehari-hari,” imbuh pria yang akrab disapa Agun.

Sebelumnya Kepala Dinas Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kalbar, M Munsif mengatakan gejolak harga saat ini lantaran adanya rasionalisasi jumlah ternakan oleh para peternak.

Para peternak diketahui rugi karena stoknya terlalu banyak, sedangkan kebutuhan pasar jauh berkurang, lantaran dampak ekonomi pandemi COVID-19 pada beberapa bulan belakangan ini

“Turunnya harga ayam sebelumnya membuat peternak lebih sedikit memproduksi. Hal itu karena jika tetap diproduksi maksimal namun di sisi pasar harga rendah maka peternak akan rugi,” kata dia.

Pewarta: Dedi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020