Akhir pekan biasa dimanfaatkan untuk menikmati berbagai hobi yang tidak tersalurkan selama hari kerja. Salah satunya adalah memancing. Kali ini ada Bayu, yang sehari-harinya bekerja sebagai ASN, memanfaatkan waktu untuk berburu ikan di kawasan perairan Tayan, Kabupaten Sanggau.

Bayu memilih untuk berangkat pada Jumat sore setelah menyelesaikan pekerjaan di kantor. Waktu tempuh dari Kota Pontianak ke Tayan sekitar dua jam melewati jalan Trans Kalimantan.

Bayu biasa membawa teman untuk memancing. Kali ini ia bersama Ari dan Budi, sesama penggila olahraga tarik senar itu.

Tiba di Tayan sekitar pukul 4 sore, lalu melanjutkan perjalanan menyusuri Sungai Kapuas selama satu jam ke arah hilir. Ditemani seorang motoris, mereka menggunakan longboat dengan biaya sewa selama dua hari Rp1 juta.

Kampung yang dituju adalah Pulau Jambu. Mereka tiba pas adzan Magrib. Usai beribadah, mereka menuju rumah Ketua RT untuk bersilaturahmi sembari melaporkan diri bahwa akan berada di kawasan itu selama dua hari. "Tujuannya, untuk berjaga-jaga kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, Ketua RT tahu," ujar Bayu.

Tak jauh dari Kampung Pulau Jambu, mereka menuju lokasi pertama untuk beristirahat sembari mancing. Jaraknya sekitar 15 menit menggunakan longboat. Ikan baung, udang sungai, tak luput dari tali joran mereka.

Paginya, setelah sarapan dengan nasi dan ikan yang didapat, mereka melanjutkan perjalanan ke anak Sungai Kapuas, yang oleh warga diberi nama Sungai Dawak.

"Dulu di lokasi ini sangat banyak ikan, kami mencoba kembali setelah sekian lama tidak kemari," ujar dia. Namun harapannya pupus. Kondisi daerah pehuluan Sungai Dawak sudah berubah. Ada tambang bauksit yang membuat sungai keruh. Sisa galian membuat air sungai menguning terbawa hujan.

Setelah setengah hari di Sungai Dawak, mereka kembali ke hilir menuju sungai kecil lain, Sungai Layang.

Menjelang sore, di muara Sungai Layang, ia mendapat ikan toman. Ukurannya sekitar 1,5 kilogram. "Sebetulnya kecil, tapi terhitung lumayan untuk ukuran sekarang karena ukuran diatas 2 kilogram sudah jarang," ujar dia.

Di lokasi ini, ada beberapa ekor ikan toman yang berhasil dipancing. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan kembali ke arah Tayan, menuju Sungai Semusut setelah sebelumnya berbelanja untuk kebutuhan malam kedua.

Kawasan tersebut meski ada perkampungan, namun sebagian besar dihuni warga Non Muslim sehingga tidak terdapat mushola atau mesjid. Budi dan rekannya kemudian menjalankan ibadah Sholat Magrib di atas longboat. Dilanjutkan dengan memasak untuk makan malam sambil kembali memancing.

Bayu sempat terkejut karena joran yang ia letakkan ditarik ikan hingga jatuh ke sungai dan hilang. "Artinya, di Semusut ini, potensi ikannya lebih banyak dibanding Sungai Dawak," kata dia.

Namun sayang, hujan turun semalaman sehingga mereka memutuskan untuk tidur di atas longboat. Esok paginya, mereka bertahan di muara Sungai Semusut. Ada beberapa ekor ikan yang kembali berhasil dipancing, seperti toman dan berutuk.

Menjelang siang, setelah dari muara, mereka mencoba peruntungan dengan memasuki ke Sungai Semusut. "Di dalam ada danau kecil, dulu banyak ikan disana," kata Bayu menjelaskan.

Sekitar 8 kilometer menyusuri Sungai Semusut, mereka memutuskan untuk kembali. "Banyak pohon tumbang, jadi tidak mungkin meneruskan perjalanan," ujar dia.

Akhirnya mereka kembali ke muara Sungai Semusut dan meneruskan perjalanan ke Tayan.

Menurut Bayu, Tayan tetap menjadi salah satu spot menarik untuk yang hobi mancing. Namun faktor cuaca cukup mempengaruhi seperti hujan yang terus menerus, dan kondisi air yang masih minim polusi. "Lain kali, kita coba spot lain sebagai referensi bagi yang ingin berburu ikan," pungkas Bayu.



 

Pewarta: Teguh Imam Wibowo

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020