Masuknya Pekebun kelapa sawit pada tahun 1997 di Desa Binjai Hulu, Kecamatan Binjai Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, memberikan  dampak yang signifikan bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat desa Binjai Hulu sehingga mampu menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan tinggi.

Kuswadi, petani sawit asal Desa Binjai Hulu , membagikan kisahnya. Ia menceritakan dinamika ekonomi yang dilalui di desa tersebut, mulai dari bekerja sebagai petani padi dan sayuran, bekerja di pertambangan, hingga di perkebunan sawit.

"Pada tahun 1980-1987 kegiatan ekonomi masyarakat kami adalah bertani padi dan sayuran namun karena dikelola dengan sistem yang masih sederhana belum menggunakan teknologi dan pemupuk kan yang baik maka hasilnya belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari," ungkap Ketua Koperasi Produksi Rajawali Citra Nusantara ini.

Selanjutnya tahun 1987-1997, para petani banyak yang beralih ke pekerjaan di sektor pertambangan emas ilegal. Mereka yang terlibat,  adalah eks petani dan memutuskan menjadi buruh tambang. Berharap ada perubahan, nyatanya pekerjaan baru tersebut tidak terlalu merubah nasib mereka.

"Ternyata menjadi buruh di sektor pertambangan juga tidak mencukupi kebutuhan sehari hari," ungkap Kaswadi

Setelah melewati masa yang cukup sulit itu, harapan untuk masa depan yang lebih baik datang. Tahun 1997/1998, masuknya perkebunan kelapa sawit PT.Bonti Permai Jaya Raya. Hingga tahun 2005, perusahaan sawit anak perusahaan Lyman Agro tersebut membangun kebun kelapa sawit di wilayah Binjai Hulu dengan menggunakan lahan inti dan lahan desa sebagai plasma dengan pola Kredit Koperasi Primer Kepada Anggota (KKPA). Sejak saat itu, warga desa beralih kegiatan, yang sebelumnya sebagai pekerjaan di pertambangan menjadi karyawan PT. BPJ, mulai dari tukang pancang, tukang tanam, mandor, dan lain-lain.

"Kehidupan petani mulai membaik dan tidak berpindah pindah pekerjaan," tutur dia.

Dia melanjutkan, sejak tahun 2005, terjadi konversi lahan plasma KKPA kepada petani sawit. KKPA sendiri merupakan pola kemitraan perusahaan inti dan plasma dalam wadah koperasi untuk meningkatkan daya guna lahan petani peserta dalam usaha meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para anggota melalui kredit jangka panjang dari bank.

Sejak konversi lahan ini dilakukan,  para petani semakin sejahtera. Dalam satu bulan, pendapatan petani mampu mencapai Rp3-10 juta per kapling atau per dua hektare, dengan produksi 3-8 ton per bulan. Dengan pendapatan tersebut, petani dan keluarganya tak hanya cukup  memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun mereka bisa menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang pendidikan tinggi.

"Masyarakat mampu menyekolahkan anaknya sampai S1 bahkan S2. Masyarakat juga bisa menambah lagi kebunnya dengan cara menanam sawit secara mandiri atau swadaya," tutur dia.

Kesejahteraan yang dicapai petani itu tidak lepas dari hadirnya kelembagaan petani. Secara kelembagaan, petani Plasma KKPA terhimpun dalam satu wadah koperasi. Dari koperasi inilah, anggota saling berbagi pengalaman bisa saling isi mengisi saling asah saling asih dan saling asuh. Koperasi produksi Rajawali Citra Nusantara sendiri memiliki usaha pokok di sektor perkebunan sawit plasma anggota usaha penunjang, di antaranya yaitu simpan pinjam, jasa angkutan truk dan eksavator, sarana produksi pertanian, sembako, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang di kelompok dalam bentuk klaster-klaster.

"Kami berharap kelembagaan petani ini terus mendapat bimbingan, pendampingan, dan pengawalan dari para pembina untuk menggiatkan dan memajukan koperasi menjadi koperasi yang moderen, digital dan maju," kata dia.  

Dari sisi kebijakan, pihaknya berharap yang besar pola KKPA ini bisa dijadikan sebagai pilihan utama oleh pemerintah dalam mengambil kebijakan di sektor perkebunan kelapa sawit. Pola ini menurutnya telah terbukti mengangkat ekonomi anggota menjadi sejahtera.

"Untuk warga Indonesia, jangan ragu untuk bertani sawit manfaatkan lahan kosong kita menjadi produktif kita rubah pola hidup konsumtif menjadi pola hidup produktif dengan mengembangkan kebun sawit rakyat," katanya.

Pewarta: Rilis

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020