Hargobind Punjabi Tahilramani, seorang pria asal Indonesia yang dijuluki "Ratu penipu Hollywood" (Con Queen Hollywood) ditangkap pada 26 November 2020 oleh kepolisian Manchester, Inggris.

Penangkapan itu mengakhiri penyelidikan panjang FBI dan detektif swasta dari K2 Integrity (dulu disebut K2 Intelligence), perusahaan keamanan korporasi berbasis di New York, AS.

Departemen Kehakiman Amerika Serikat dan Biro Investigasi Federal (FBI) membuka segel dakwaan sebanyak tujuh halaman Grand Jury terhadap Hargobind Tahilramani, 41 tahun.

Ada setidaknya delapan dakwaan federal termasuk penipuan lewat internet, konspirasi untuk melakukan penipuan di internet dan pencurian identitas.

Surat dakwaan, yang dimulai pada awal Oktober, memberikan penjelasan baru tentang sejauh mana penipuan Con Queen, yaitu cakupan dan jangkauan orang-orang yang identitasnya diadopsi oleh Con Queen.

"Tahilramani dan komplotannya secara tidak benar akan mengklaim sebagai, antara lain: eksekutif industri hiburan terkenal; individu yang bekerja dengan eksekutif industri hiburan; dan anggota keluarga dari eksekutif industri hiburan," demikian isi dakwaan dikutip dari The Hollywood Reporter pada Jumat.



Tahilramani dan komplotannya disebut sudah menipu para profesional industri hiburan dengan menjanjikan pekerjaan untuk film dan proyek lain yang konon berbasis di Indonesia.

Tahilramani, sering dipanggil sebagai "Gobind," lahir di Jakarta dari keluarga berada 31 Oktober 1979.

"Terdakwa telah ditangkap di Inggris berdasarkan permintaan penangkapan sementara yang diajukan oleh Amerika Serikat dengan maksud untuk mengekstradisinya. Kami tidak akan berkomentar lebih lanjut," bunyi pernyataan FBI.

Para komplotan Tahilramani yang tidak disebutkan namanya diidentifikasi sebagai pengemudi dan individu yang mengumpulkan pembayaran tunai dari orang-orang yang bepergian ke Indonesia.

Cara "Con Queen Hollywood" menipu

Petugas penegak hukum percaya Tahilramani, yang menggunakan nama Gobind Tahil pada saat penangkapan, menyamar sebagai tokoh wanita tenar, termasuk beberapa tokoh Hollywood seperti Amy Pascal dan Kathleen Kennedy, dan kemudian menggunakan persona ini untuk meyakinkan orang-orang untuk membangun karier mereka di seni kreatif bepergian ke Indonesia dengan janji-janji manis akan berhasil.

Sesampai di Indonesia, mereka harus menyerahkan tanda pembayaran tunai untuk layanan logistik seperti mengemudi dan janji pertemuan.

Tanda itu lantas dijanjikan untuk di-reimburse alias diganti bayar belakangan. Namun, proyek tidak pernah terwujud dan uangnya lenyap.

Surat dakwaan juga menuduh bahwa dalam beberapa kesempatan Tahilramani mengancam kekerasan jika orang-orang "mempertanyakan identitas yang dipakai Tahilramani atau mencoba menarik diri dari kesepakatan."

Dalam kasus tersebut, surat dakwaan menuduh, Tahilramani akan mengancam untuk "mencabik-cabik profesional industri hiburan" atau mengirim "foto anak-anak dari para profesional industri hiburan".

Surat dakwaan tersebut juga menuduh bahwa komplotan Tahilramani menyimpan pembayaran tunai yang mereka terima ke "rekening bank yang dikendalikan oleh Tahilramani".



Perjalanan Tahilramani

Dimulai pada awal 2015 dan terus berlanjut selama lima tahun ke depan, Tahilramani diduga memikat banyak korban ke dalam serangkaian penipuan peniruan identitas.

Seiring waktu, dia menyesuaikan tipuannya dengan kebutuhannya saat dia memperluas dan mendiversifikasi daftar calon korbannya. Dia sangat terampil dengan aksen dan suara, Tahilramani diduga menyamar sebagai beberapa eksekutif wanita yang kuat.

Pada tahun 2017, ia meniru mantan ketua Sony Amy Pascal, produser Star Wars Kathleen Kennedy dan mantan bos Paramount Sherry Lansing.

Selain tokoh-tokoh Hollywood, Tahilramani juga mengincar orang-orang yang sangat menonjol di bidang lain, termasuk media, politik, dan bisnis internasional.

Dia menipu dengan berpura-pura jadi Wendi Murdoch, istri pimpinan Fox Rupert Murdoch, dan Christine Hearst Schwarzman, pengacara kekayaan intelektual dan istri dari CEO Grup Blackstone Stephen Schwarzman (dia juga sempat menjalankan Forum Kebijakan dan Strategi Presiden Trump).

Pada akhir tahun lalu, sebelum pandemi virus corona menutup perjalanan global, ia masih memikat orang-orang ke Indonesia dengan berhasil menyamar sebagai tokoh bisnis terkemuka Singapura dan yang disebut "Boss of Bond Street," Christina Ong.

Pada tahun 2016, Tahilramani mendirikan toko di Inggris, di mana dia berusaha untuk mengubah dirinya. Tahun itu, saat ia terus meniru orang-orang sebagai bagian dari skema perjalanan Indonesia, ia mulai jadi influencer di Instagram yang khusus mengulas budaya makanan London.

Tahilramani adalah pembawa acara "Purebytes," sebuah akun Instagram yang memiliki lebih dari 50.000 pengikut pada Januari 2019.

Selebgram Purebytes mengusung tagline "Every Meal Has A Story", di situ Tahilramani menampilkan dirinya sebagai seorang penulis pencinta makanan keren dan petualang yang pernah menghabiskan masa kecilnya antara Indonesia dan Amerika Serikat.

Tahilramani tidak pernah menyebut namanya, dan mengadopsi aksen Amerika yang berbeda dan sangat meyakinkan. Namun dugaan penipuannya terus berlanjut: Sampai bulan lalu, Tahilramani terus meyakinkan orang untuk mengiriminya uang.

"Dua tahun lalu, kami mengidentifikasi subjek kami dan mulai membangun kasus yang cermat terhadap satu individu. Sekarang, kami telah mencapai satu hasil yang luar biasa: keadilan bagi para korban," tulis Nicoletta Kotsianas, penyelidik K2 yang bekerja paling dekat dalam kasus tersebut, dalam pernyataannya.

Pewarta: Ida Nurcahyani

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020