Sejumlah nelayan di Kota Singkawang memilih tidak melaut sejak dua bulan lalu, karena kondisi cuaca yang kurang bersahabat.

"Angin kencang serta gelombang tinggi ini sudah terjadi sejak awal bulan November 2020 lalu dan berlangsung hingga saat ini," kata salah satu nelayan di Singkawang, Ibrahim, Kamis.

Dia mengatakan, saat ini angin sangat kencang dan gelombang laut tinggi, sehingga sangat menghambat aktivitas para nelayan untuk melaut. Sejak itu pula, dirinya dan para nelayan lain tidak berani berlayar untuk mencari ikan di laut.

"Kalau bulan lalu (Desember) masih ada turun sekali dua kali, tapi tidak berani lama, paling dua atau tiga jam sudah pulang, karena gelombang tinggi sama angin kuat," tuturnya.

Tingginya gelombang dikhawatirkan dapat menenggelamkan kapal-kapal nelayan. "Pernah kejadian beberapa waktu lalu, ada nelayan Tambelan yang memaksakan melaut, kemudian tenggelam dan belum diketemukan jasadnya sampai saat ini," katanya.

Dia mengungkapkan, cuaca seperti ini memang biasa terjadi setiap tahun. Mulai dari bulan Oktober dan biasanya akan berakhir sekitar bulan April.

Sambil menunggu kondisi cuaca membaik, dia pun terpaksa menghabiskan waktu dengan merawat kapal motornya. "Kita habiskan waktu dengan merawat kapal motor," kata dia.

Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana BPBD Singkawang, Jayadi sebelumnya mengatakan, areal lintasan puting beliung sekarang ini, bukan hanya di Kelurahan Kuala Kecamatan Singkawang Barat, tapi juga Kelurahan Pangmilang Kecamatan Singkawang Selatan.

Mengingat cuaca cukup ekstrem dalam beberapa hari ke depan, BPBD Singkawang telah membuat imbauan kewaspadaan kepada masyarakat Kota Singkawang munculnya bencana seperti puting beliung, longsor dan banjir.

"Kami juga sudah memetakan daerah-daerah yang rawan longsor dan banjir," katanya.

Berdasarkan pemetaan, ada 8 rambu longsor dan 12 rambu banjir di seluruh wilayah Kota Singkawang.

Menindaklanjuti hal tersebut, BPBD Singkawang telah menyiapkan logistik dan tempat kumpul sementara serta lokasi pengungsian dan jalur evakuasi.

Untuk lokasi kumpul sementara ditempatkan di 26 kelurahan, pengungsian 5 aula besar kecamatan dan gedung BLKI.

Jayadi mengungkapkan, berdasarkan prediksi BMKG hingga tanggal 15 Januari 2021, ketinggian ombak bisa 1 hingga 4 meter di laut kepulauan Kabupaten Bengkayang. Tentunya hal tersebut, dapat berdampak juga ke tempat-tempat wisata pantai dan nelayan.

"Imbauan kami untuk sementara ini nelayan jangan melaut dulu serta warga yang memiliki pondok khususnya di garis pantai untuk waspada. Karena seharusnya tidak ada pondok 200 meter dari sempadan pantai," jelasnya.

Terlebih pasir panjang dan pemukiman nelayan di Teluk Karang cukup rawan terjadi abrasi pantai.

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021