Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperkenalkan dan mendorong penerapan teknologi budi daya ikan dalam ember atau yang biasa disebut "budikdamber" sebagai salah satu jawaban guna memenuhi pangan rumah tangga.
"Selain memenuhi kebutuhan akan protein hewani yang didapatkan dari ikan, teknik budi daya yang mengadopsi sistem akuaponik ini juga menghasilkan sayuran untuk dikonsumsi," kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto dalam siaran pers di Jakarta, Minggu.
Budikdamber merupakan teknik budi daya ikan ramah lingkungan yang memadukan antara budi daya ikan dan sayuran dengan menggunakan sarana ember sebagai wadah budi daya ikan serta memanfaatkan air media budi daya untuk tumbuh kembang tanaman sayuran.
Ia mengemukakan bahwa dengan memanfaatkan ember volume 80 liter, teknik budikdamber ini dapat menghasilkan ikan lele sebanyak 3-5 kilogram per ember.
Untuk menyosialisasikan terkait hal itu, KKP melalui Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin bekerja sama dengan Wanita Muslimat Nahdlatul Ulama Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, melakukan panen dari hasil budikdamber sebanyak 135 kg ikan lele dan 43,75 kg sayuran kangkung dari total 35 ember produksi.
Slamet menyambut baik bentuk kerja sama yang dilakukan dengan berbagai elemen masyarakat guna memacu produktivitas masyarakat terutama di masa pemulihan ekonomi seperti sekarang.
"Teknologi budi daya seperti budikdamber sangat cocok untuk diadopsi oleh masyarakat, terutama di daerah perkotaan yang padat penduduk karena tidak memerlukan lahan yang luas dan bisa dilakukan di lahan seperti pekarangan rumah," katanya.
Selain itu, ujar dia, dengan keunggulan tidak memerlukan banyak air, teknologi ini juga tepat untuk digunakan pada daerah sulit air.
Slamet melanjutkan bahwa keunggulan lain dari budikdamber ini adalah bahan pembuatan yang sederhana membuat sistem ini mudah untuk diterapkan di berbagai lokasi di seluruh Indonesia.
Oleh karena itu, lanjutnya, melalui program bantuan sarana prasarana produksi budi daya, pada akhir 2020 KKP telah menyalurkan 665 paket bantuan sarana dan prasarana budidkdamber senilai Rp6,45 miliar kepada pembudi daya di seluruh Indonesia.
"Teknologi yang sederhana ini juga dapat menjadi bahan pembelajaran bagi anggota keluarga maupun anggota kelompok masyarakat yang mengimplementasikan kegiatan budidkdamber ini. Karena sistemnya yang sederhana, budikdamber dapat diimplementasikan oleh siapa saja mulai dari ibu rumah tangga hingga anak- anak remaja," katanya.
Lebih jauh, Slamet juga menilai bahwa apabila diseriusi, budikdamber ini juga memiliki peluang bisnis dan ekonomi yang menguntungkan untuk masyarakat.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
"Selain memenuhi kebutuhan akan protein hewani yang didapatkan dari ikan, teknik budi daya yang mengadopsi sistem akuaponik ini juga menghasilkan sayuran untuk dikonsumsi," kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto dalam siaran pers di Jakarta, Minggu.
Budikdamber merupakan teknik budi daya ikan ramah lingkungan yang memadukan antara budi daya ikan dan sayuran dengan menggunakan sarana ember sebagai wadah budi daya ikan serta memanfaatkan air media budi daya untuk tumbuh kembang tanaman sayuran.
Ia mengemukakan bahwa dengan memanfaatkan ember volume 80 liter, teknik budikdamber ini dapat menghasilkan ikan lele sebanyak 3-5 kilogram per ember.
Untuk menyosialisasikan terkait hal itu, KKP melalui Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin bekerja sama dengan Wanita Muslimat Nahdlatul Ulama Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, melakukan panen dari hasil budikdamber sebanyak 135 kg ikan lele dan 43,75 kg sayuran kangkung dari total 35 ember produksi.
Slamet menyambut baik bentuk kerja sama yang dilakukan dengan berbagai elemen masyarakat guna memacu produktivitas masyarakat terutama di masa pemulihan ekonomi seperti sekarang.
"Teknologi budi daya seperti budikdamber sangat cocok untuk diadopsi oleh masyarakat, terutama di daerah perkotaan yang padat penduduk karena tidak memerlukan lahan yang luas dan bisa dilakukan di lahan seperti pekarangan rumah," katanya.
Selain itu, ujar dia, dengan keunggulan tidak memerlukan banyak air, teknologi ini juga tepat untuk digunakan pada daerah sulit air.
Slamet melanjutkan bahwa keunggulan lain dari budikdamber ini adalah bahan pembuatan yang sederhana membuat sistem ini mudah untuk diterapkan di berbagai lokasi di seluruh Indonesia.
Oleh karena itu, lanjutnya, melalui program bantuan sarana prasarana produksi budi daya, pada akhir 2020 KKP telah menyalurkan 665 paket bantuan sarana dan prasarana budidkdamber senilai Rp6,45 miliar kepada pembudi daya di seluruh Indonesia.
"Teknologi yang sederhana ini juga dapat menjadi bahan pembelajaran bagi anggota keluarga maupun anggota kelompok masyarakat yang mengimplementasikan kegiatan budidkdamber ini. Karena sistemnya yang sederhana, budikdamber dapat diimplementasikan oleh siapa saja mulai dari ibu rumah tangga hingga anak- anak remaja," katanya.
Lebih jauh, Slamet juga menilai bahwa apabila diseriusi, budikdamber ini juga memiliki peluang bisnis dan ekonomi yang menguntungkan untuk masyarakat.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021