Inggris pada Rabu (19/5) mulai melakukan riset nasional untuk menggali apakah pemberian suntikan "penguat" dosis ketiga vaksin COVID-19 akan aman dan efektif dalam mengembangkan perlindungan imun terhadap COVID-19.
Riset itu, yang rencananya melibatkan hampir 3.000 partisipan, akan meneliti tujuh vaksin COVID-19 yang berbeda. Beberapa vaksin telah mengantongi restu regulator dan digunakan secara luas. Yang lainnya masih dalam pengembangan.
Para pejabat Inggris merencanakan kemungkinan melancarkan gerakan vaksinasi penguat sebelum musim dingin setelah awalnya menargetkan imunisasi dengan jadwal dua dosis untuk seluruh populasi orang dewasa pada musim panas.
Produsen vaksin utama, serta sejumlah pembuat kebijakan di Amerika Serikat, juga telah menyarankan bahwa suntikan COVID-19 penguat atau bahkan tahunan mungkin diperlukan. Namun, sejumlah pakar kesehatan dunia mempertanyakan tentang adanya bukti yang menunjukkan bahwa vaksinasi berulang diperlukan.
Profesor imunologi anak dan penyakit menular Southampton University Inggris, Saul Faust, yang juga akan memimpin riset tersebut, mengatakan temuan-temuan mereka akan memberi tahu para perencana dan politisi strategi vaksinasi "dalam keputusan mereka tentang apakah akan memperkuat siapa saja dengan suntikan ketiga, atau -- jika mereka akan mendapatkan suntikan penguat-- vaksin mana yang akan digunakan."
Vaksin COVID yang sedang dievaluasi mencakup produksi Pfizer, AstraZeneca, dan Moderna yang sudah diluncurkan di Inggris, serta vaksin buatan Johnson & Johnson, Novavax, Valneva, dan CureVac yang sudah meneken kontrak dengan Inggris.
Vaksin-vaksin itu akan diberikan sebagai suntikan ketiga untuk penerima dua dosis vaksin Pfizer atau AstraZeneca. Temuan awal penelitian diperkirakan muncul pada September.
"Data dari uji klinis pertama dunia ini akan membantu penyusunan program penguatan kita akhir tahun ini," kata Menteri Kesehatan Matt Hancock.
Hancock juga mengatakan Inggris akan menjadi tuan rumah pertemuan menteri kesehatan G7 di Oxford pada 3-4 Juni.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
Riset itu, yang rencananya melibatkan hampir 3.000 partisipan, akan meneliti tujuh vaksin COVID-19 yang berbeda. Beberapa vaksin telah mengantongi restu regulator dan digunakan secara luas. Yang lainnya masih dalam pengembangan.
Para pejabat Inggris merencanakan kemungkinan melancarkan gerakan vaksinasi penguat sebelum musim dingin setelah awalnya menargetkan imunisasi dengan jadwal dua dosis untuk seluruh populasi orang dewasa pada musim panas.
Produsen vaksin utama, serta sejumlah pembuat kebijakan di Amerika Serikat, juga telah menyarankan bahwa suntikan COVID-19 penguat atau bahkan tahunan mungkin diperlukan. Namun, sejumlah pakar kesehatan dunia mempertanyakan tentang adanya bukti yang menunjukkan bahwa vaksinasi berulang diperlukan.
Profesor imunologi anak dan penyakit menular Southampton University Inggris, Saul Faust, yang juga akan memimpin riset tersebut, mengatakan temuan-temuan mereka akan memberi tahu para perencana dan politisi strategi vaksinasi "dalam keputusan mereka tentang apakah akan memperkuat siapa saja dengan suntikan ketiga, atau -- jika mereka akan mendapatkan suntikan penguat-- vaksin mana yang akan digunakan."
Vaksin COVID yang sedang dievaluasi mencakup produksi Pfizer, AstraZeneca, dan Moderna yang sudah diluncurkan di Inggris, serta vaksin buatan Johnson & Johnson, Novavax, Valneva, dan CureVac yang sudah meneken kontrak dengan Inggris.
Vaksin-vaksin itu akan diberikan sebagai suntikan ketiga untuk penerima dua dosis vaksin Pfizer atau AstraZeneca. Temuan awal penelitian diperkirakan muncul pada September.
"Data dari uji klinis pertama dunia ini akan membantu penyusunan program penguatan kita akhir tahun ini," kata Menteri Kesehatan Matt Hancock.
Hancock juga mengatakan Inggris akan menjadi tuan rumah pertemuan menteri kesehatan G7 di Oxford pada 3-4 Juni.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021