Guru Besar Hukum Internasional UI Hikmahanto Juwana mengatakan konflik Palestina dan Israel sangat kompleks, multi dimensi dan tidak bisa dilihat hitam putih.
"Banyak pihak di Indonesia menyederhanakan konflik Palestina Israel sebagai konflik agama. Padahal konflik yang terjadi sangat kompleks, multi dimensi dan tidak bisa dilihat hitam putih," ujar Hikmahanto Juwana dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.
Justru konflik yang terjadi dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk membangun narasi sesuai kepentingan, orientasi politik dan ideologi, ujar Rektor Universitas Jenderal A Yani itu.
Hikmahanto mengatakan pihak yang memanfaatkan tidak hanya pemerintahan suatu negara terhadap negara lain tetapi juga elemen-elemen yang ada dalam suatu negara.
Berbagai pihak saling bertikai siapa yang harus dibela sementara pada saat bersamaan korban sipil terutama perempuan dan anak-anak terus menjadi korban, kata dia.
Saat ini, lanjut Hikmahanto, sebaiknya semua pihak untuk tidak mengedepankan kepentingan dan orientasi politik bahkan ideologi.
"Adapun yang harus dikedepankan adalah kekerasan harus diakhiri demi kemanusiaan. Demi kemanusiaan harus ada de-eskalasi penggunaan kekerasan oleh pihak-pihak yang bertikai," kata dia.
Sedikitnya 198 warga Palestina telah tewas, termasuk 58 anak-anak dan 34 wanita, dalam serangan Israel di Jalur Gaza sejak pekan lalu, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Lebih dari 1.235 orang juga terluka dan puluhan bangunan hancur atau rusak akibat serangan Israel.
Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan pada Minggu (16/5) tentang ketegangan antara Israel dan Palestina di tengah serangan sebelumnya di Gaza, tetapi perdebatan itu berakhir tanpa hasil yang konkret.
Sesi itu adalah yang ketiga yang diadakan oleh badan tertinggi PBB minggu ini, setelah dua langkah AS untuk memblokir pernyataan bersama yang akan mengutuk Israel atas kekerasan dan menyerukan gencatan senjata.
Ketegangan baru-baru ini yang dimulai di Yerusalem Timur selama bulan suci Ramadhan menyebar ke Gaza sebagai akibat dari serangan Israel terhadap jamaah di Masjid Al-Aqsa dan lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
"Banyak pihak di Indonesia menyederhanakan konflik Palestina Israel sebagai konflik agama. Padahal konflik yang terjadi sangat kompleks, multi dimensi dan tidak bisa dilihat hitam putih," ujar Hikmahanto Juwana dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.
Justru konflik yang terjadi dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk membangun narasi sesuai kepentingan, orientasi politik dan ideologi, ujar Rektor Universitas Jenderal A Yani itu.
Hikmahanto mengatakan pihak yang memanfaatkan tidak hanya pemerintahan suatu negara terhadap negara lain tetapi juga elemen-elemen yang ada dalam suatu negara.
Berbagai pihak saling bertikai siapa yang harus dibela sementara pada saat bersamaan korban sipil terutama perempuan dan anak-anak terus menjadi korban, kata dia.
Saat ini, lanjut Hikmahanto, sebaiknya semua pihak untuk tidak mengedepankan kepentingan dan orientasi politik bahkan ideologi.
"Adapun yang harus dikedepankan adalah kekerasan harus diakhiri demi kemanusiaan. Demi kemanusiaan harus ada de-eskalasi penggunaan kekerasan oleh pihak-pihak yang bertikai," kata dia.
Sedikitnya 198 warga Palestina telah tewas, termasuk 58 anak-anak dan 34 wanita, dalam serangan Israel di Jalur Gaza sejak pekan lalu, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Lebih dari 1.235 orang juga terluka dan puluhan bangunan hancur atau rusak akibat serangan Israel.
Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan pada Minggu (16/5) tentang ketegangan antara Israel dan Palestina di tengah serangan sebelumnya di Gaza, tetapi perdebatan itu berakhir tanpa hasil yang konkret.
Sesi itu adalah yang ketiga yang diadakan oleh badan tertinggi PBB minggu ini, setelah dua langkah AS untuk memblokir pernyataan bersama yang akan mengutuk Israel atas kekerasan dan menyerukan gencatan senjata.
Ketegangan baru-baru ini yang dimulai di Yerusalem Timur selama bulan suci Ramadhan menyebar ke Gaza sebagai akibat dari serangan Israel terhadap jamaah di Masjid Al-Aqsa dan lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021