Harga lada putih kering tingkat petani di Kalbar mengalami kenaikan dan menembus angka Rp70.000 per kilogram, sehingga menambah pendapatan petani.
"Bersyukur, harga lada mulai naik, meski pelan-pelan dan saat ini sudah mencapai Rp70.000 per kilogram," ujar petani lada di Kabupaten Landak, Abin saat dihubungi di Landak, Kalbar, Senin.
Menurut dia, petani senang harga lada naik, karena menjadi salah satu sumber pendapatan andalan masyarakat.
"Harga lada terus naik, kita senang karena ini andalan masyarakat sebagai sumber pemasukan keluarga. Kami berharap harga terus naik," jelas dia.
Senada disampaikan petani lada di Kabupaten Sambas, Tinjo. Ia menyebutkan harga lada yang diambil pembeli di desanya mencapai Rp74.000 per kilogram.
"Harga lada, alhamdulillah mulai naik. Harga dibeli penjual di tingkat petani kisaran Rp72.000-Rp74.000 per kilogram," jelas dia.
Menurut dia, dalam beberapa bulan lalu, harga lada yang dijualnya masih di kisaran Rp50.000 per kilogram.
Bahkan, sempat di titik terendah Rp40.000 per kg. Namun perlahan, harga lada sudah tembus Rp70.000 per kilogram.
"Harga Rp70.000 per kilogram sudah mencapai minimal harapan masyarakat. Dengan harga begitu, biaya perawatan dan pemupukan serta lainnya dapat ditanggulangi. Berbeda dengan harga di bawah Rp50.000 per kilogram maka untuk beli pupuk dan lainnya sangat berat," jelas dia.
Hanya saja. kata dia, meski harga lada naik, namun di sisi produksi menurun. Lantaran pada awal 2021 terjadi banjir dan sebagian besar pohon lada di desanya banyak mati.
"Lada mati dan harga mahal juga tentu perlu menjadi perhatian. Butuh bibit dan penanaman kembali. Semoga ini menjadi sorotan pemerintah. Jujur, lada ini menjadi andalan kami untuk sumber pendapatan," kata dia.
Sementara itu, Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalbar mencatat bahwa saat ini ada 11 ribuan hektare lada di Kalbar. Sentra lada di Kalbar yakni di Kabupaten Bengkayang, Sambas, Sanggau, dan Sintang.
Untuk produksi lada di Kalbar saat ini lebih dari 24 ribu ton biji kering. Lada sebagai komoditas dunia, harganya tergantung dengan fluktuasi pasar global.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
"Bersyukur, harga lada mulai naik, meski pelan-pelan dan saat ini sudah mencapai Rp70.000 per kilogram," ujar petani lada di Kabupaten Landak, Abin saat dihubungi di Landak, Kalbar, Senin.
Menurut dia, petani senang harga lada naik, karena menjadi salah satu sumber pendapatan andalan masyarakat.
"Harga lada terus naik, kita senang karena ini andalan masyarakat sebagai sumber pemasukan keluarga. Kami berharap harga terus naik," jelas dia.
Senada disampaikan petani lada di Kabupaten Sambas, Tinjo. Ia menyebutkan harga lada yang diambil pembeli di desanya mencapai Rp74.000 per kilogram.
"Harga lada, alhamdulillah mulai naik. Harga dibeli penjual di tingkat petani kisaran Rp72.000-Rp74.000 per kilogram," jelas dia.
Menurut dia, dalam beberapa bulan lalu, harga lada yang dijualnya masih di kisaran Rp50.000 per kilogram.
Bahkan, sempat di titik terendah Rp40.000 per kg. Namun perlahan, harga lada sudah tembus Rp70.000 per kilogram.
"Harga Rp70.000 per kilogram sudah mencapai minimal harapan masyarakat. Dengan harga begitu, biaya perawatan dan pemupukan serta lainnya dapat ditanggulangi. Berbeda dengan harga di bawah Rp50.000 per kilogram maka untuk beli pupuk dan lainnya sangat berat," jelas dia.
Hanya saja. kata dia, meski harga lada naik, namun di sisi produksi menurun. Lantaran pada awal 2021 terjadi banjir dan sebagian besar pohon lada di desanya banyak mati.
"Lada mati dan harga mahal juga tentu perlu menjadi perhatian. Butuh bibit dan penanaman kembali. Semoga ini menjadi sorotan pemerintah. Jujur, lada ini menjadi andalan kami untuk sumber pendapatan," kata dia.
Sementara itu, Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalbar mencatat bahwa saat ini ada 11 ribuan hektare lada di Kalbar. Sentra lada di Kalbar yakni di Kabupaten Bengkayang, Sambas, Sanggau, dan Sintang.
Untuk produksi lada di Kalbar saat ini lebih dari 24 ribu ton biji kering. Lada sebagai komoditas dunia, harganya tergantung dengan fluktuasi pasar global.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021