Taruna Siaga Bencana (Tagana) Provinsi Kalimantan Barat membentuk Kampung Siaga Bencana untuk mewujudkan keikutsertaan mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di daerah itu.

"Langkah pencegahan dini terjadinya karhutla yang diketahui merupakan masalah di wilayah Kalbar setiap tahunnya terlebih ketika memasuki musim kemarau berkepanjangan terus dilakukan. Saat ini kita juga sudah bentuk yang namanya Kampung Siaga Bencana," ujar Wakil Ketua Tagana Kalbar Puji Siswanto saat dihubungi di Bengkayang, Senin (9/8).

Ia menjelaskan Kampung Siaga Bencana dibentuk di setiap kecamatan di Kalbar yang dinilai rawan karhutla.

"Memang sudah jadi tugas bagi anggota Tagana untuk mengantisipasi hal tersebut (karhutla, red.). Namun, yang pasti upaya-upaya untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan sudah dilakukan," katanya.

Dalam pembentukan Kampung Siaga Bencana, pihaknya juga bekerja sama dengan Karang Taruna di setiap desa. 

"Langkah-langkah ini pula yang saat ini sudah kita lakukan di seluruh wilayah di Kalbar," katanya.

Di Kabupaten Bengkayang saat ini, lanjutnya, Kampung Siaga Bencana masih terbatas di Kecamatan Ledo mengingat wilayah tersebut termasuk daerah langganan karhutla setiap tahun.

"Untuk saat ini di Kabupaten Bengkayang, memang baru ada di Ledo. Tapi untuk personel yang kita siagakan sudah ada di setiap kecamatan yang rawan karhutla, seperti di Jagoi Babang, Sungai Raya Kepulauan, dan juga Seluas. Jadi walau cuma satu Kampung Siaga Bencana, tapi siap siaga sudah kita lakukan di wilayah-wilayah lain," katanya.

Hingga saat ini, dia memastikan Kabupaten Bengkayang relatif masih aman dari karhutla, lantaran masih sedikit titik panas yang tercatat. Sebagian besar wilayah Kabupaten Bengkayang masih kerap diguyur hujan di waktu-waktu tertentu sehingga menekan jumlah titik panas.

"Namun yang jelas kita terus siaga untuk mengantisipasi potensi terjadinya karhutla. Dalam hal ini kita terus pantau beberapa 'spot-spot' (titik panas) tertentu yang rawan terbakar," katanya.

Seorang tokoh pemuda Dayak Kabupaten Bengkayang, Lipus, mengapresiasi berbagai upaya pemerintah mengantisipasi karhutla di wilayah itu.

Kendati demikian, dia meminta pihak terkait tak melarang setiap masyarakat yang notabene bertahan hidup sebagai petani, untuk berladang.

"Karena berladang merupakan budaya dari leluhur yang sudah dilakukan secara turun-temurun sampai saat ini. Saya juga yakin kalau masyarakat kita saat ini sudah paham akan regulasi, termasuk aturan menyangkut maksimal pembukaan lahan dengan luasan dua hektare, yang disertai perizinan dari perangkat desa setempat," kata dia.

Hal tersebut dia katakan mengingat beberapa waktu sebelumnya viral di media sosial terkait dengan aktivitas helikopter menyiram ladang milik petani dengan cara yang dirasa kurang bijaksana.

"Hal-hal seperti ini yang perlu dikaji lagi, agar masyarakat yang berladang tidak merasa tertekan dan dirugikan dengan peraturan yang ada. Pada hakikatnya mereka dari dulu sudah berladang. Dan saya yakin setiap masyarakat sudah mengikuti peraturan dan mekanisme yang berlaku," katanya.

Pewarta: Dedi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021