Penyintas kanker payudara Ajeng Stephanie mengingatkan pentingnya para perempuan memeriksakan payudaranya baik itu sendiri ataupun ke dokter secara rutin karena menurut dia ini termasuk bentuk cinta pada tubuh.
"Periksa (payudara) itu bentuk cinta kita pada tubuh," kata dia yang kini fokus menjadi ibu rumah tangga dan segala kesibukan di rumah dalam sebuah talkshow daring, ditulis Rabu.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) bisa dilakukan setiap bulan pada hari ke-7 hingga ke-10 setelah menstruasi hari pertama. Bila ditemukan adanya benjolan tetapi belum dapat dipastikan, bisa dilanjutkan dengan pemeriksaan payudara oleh klinis.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu meningkatkan kesadaran Anda terhadap kondisi payudara, menggunakan mata dan tangan Anda untuk menentukan apakah ada perubahan pada tampilan payudara.
Baca juga: Wanda Hamidah ajak kaum perempuan rajin periksa payudara
Jika Anda melihat ada perubahan pada payudara, maka disarankan segera berkonsultasi dengan dokter. Seperti dikutip dari Mayo Clinic, meskipun sebagian besar perubahan payudara yang terdeteksi selama pemeriksaan sendiri untuk kesadaran payudara memiliki penyebab yang tidak berbahaya, beberapa perubahan mungkin menandakan sesuatu yang serius, seperti kanker payudara.
Ajeng terdiagnosis kanker beberapa tahun silam. Dia tak pernah menduga kanker menghampirinya karena tidak ada anggota keluarganya yang mempunyai riwayat penyakit serupa.
Awalnya dia merasa ada benjolan di payudara kanan. Saat itu dia masih menyusui anaknya. Dia berpikir benjolan berasal dari kelenjar ASI. Tetapi setelah seminggu, benjolan tanpa disertai rasa sakit itu tidak kunjung hilang.
"Suami bilang coba periksa ke dokter. Dari USG kelihatan benjolan padat kayak awan curiga ke keganasan. Akhirnya dibiopsi. Benjolan ini kanker payudara, rasanya kayak mimpi karena tidak ada rasa sakit," tutur Ajeng.
Dokter lalu menyarankan pengangkatan seluruh jaringan payudara atau mastektomi, dilanjutkan kemoterapi sebanyak 6 kali dan 16 kali prosedur radiasi. Ajung juga disarankan melakukan kontrol ke dokter selama 3 bulan sekali. Kanker pun terkontrol.
Baca juga: Apa yang akan terjadi bila Anda berhenti memakai bra?
Tetapi setahun kemudian, dia kembali merasakan adanya benjolan. Kali ini pada payudara kirinya. Kanker muncul lagi di sana dan ini membuat Ajeng seakan mengulangi pengobatan.
"16 kali kemoterapi dan 30 kali radiasi. Total kemoterapi 22 kali dan 46 kali radiasi. Aku sebutnya ini beauty treatment biar tidak menakutkan. Sampai sekarang dinyatakan masih remisi, kanker masih terkontrol tinggal kelola hidup baik saja," kata dia.
Ajeng mengakui, sempat mengalami masa-masa down apalagi usai terdiagnosis kanker. Namun menurut dia, rasa khawatir dan takut perlu dilawan. Beruntung, Ajeng mendapatkan dukungan dari keluarga dan sahabatnya.
Dia juga bergabung dengan komunitas yang berisi para penyintas kanker payudara. Di sanalah dia merasa tak sendiri. Kemoterapi dan rangkaian pengobatan yang berat bisa dia lalui sembari saling mencurahkan isi hati dengan sesama pasien.
Baca juga: Tanggal 13 Oktober diperingati sebagai Hari Tanpa Bra
Baca juga: Menyusui saat pandemi, perlukah ibu sampai cuci payudara?
Baca juga: Pria juga berisiko kanker payudara
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
"Periksa (payudara) itu bentuk cinta kita pada tubuh," kata dia yang kini fokus menjadi ibu rumah tangga dan segala kesibukan di rumah dalam sebuah talkshow daring, ditulis Rabu.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) bisa dilakukan setiap bulan pada hari ke-7 hingga ke-10 setelah menstruasi hari pertama. Bila ditemukan adanya benjolan tetapi belum dapat dipastikan, bisa dilanjutkan dengan pemeriksaan payudara oleh klinis.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu meningkatkan kesadaran Anda terhadap kondisi payudara, menggunakan mata dan tangan Anda untuk menentukan apakah ada perubahan pada tampilan payudara.
Baca juga: Wanda Hamidah ajak kaum perempuan rajin periksa payudara
Jika Anda melihat ada perubahan pada payudara, maka disarankan segera berkonsultasi dengan dokter. Seperti dikutip dari Mayo Clinic, meskipun sebagian besar perubahan payudara yang terdeteksi selama pemeriksaan sendiri untuk kesadaran payudara memiliki penyebab yang tidak berbahaya, beberapa perubahan mungkin menandakan sesuatu yang serius, seperti kanker payudara.
Ajeng terdiagnosis kanker beberapa tahun silam. Dia tak pernah menduga kanker menghampirinya karena tidak ada anggota keluarganya yang mempunyai riwayat penyakit serupa.
Awalnya dia merasa ada benjolan di payudara kanan. Saat itu dia masih menyusui anaknya. Dia berpikir benjolan berasal dari kelenjar ASI. Tetapi setelah seminggu, benjolan tanpa disertai rasa sakit itu tidak kunjung hilang.
"Suami bilang coba periksa ke dokter. Dari USG kelihatan benjolan padat kayak awan curiga ke keganasan. Akhirnya dibiopsi. Benjolan ini kanker payudara, rasanya kayak mimpi karena tidak ada rasa sakit," tutur Ajeng.
Dokter lalu menyarankan pengangkatan seluruh jaringan payudara atau mastektomi, dilanjutkan kemoterapi sebanyak 6 kali dan 16 kali prosedur radiasi. Ajung juga disarankan melakukan kontrol ke dokter selama 3 bulan sekali. Kanker pun terkontrol.
Baca juga: Apa yang akan terjadi bila Anda berhenti memakai bra?
Tetapi setahun kemudian, dia kembali merasakan adanya benjolan. Kali ini pada payudara kirinya. Kanker muncul lagi di sana dan ini membuat Ajeng seakan mengulangi pengobatan.
"16 kali kemoterapi dan 30 kali radiasi. Total kemoterapi 22 kali dan 46 kali radiasi. Aku sebutnya ini beauty treatment biar tidak menakutkan. Sampai sekarang dinyatakan masih remisi, kanker masih terkontrol tinggal kelola hidup baik saja," kata dia.
Ajeng mengakui, sempat mengalami masa-masa down apalagi usai terdiagnosis kanker. Namun menurut dia, rasa khawatir dan takut perlu dilawan. Beruntung, Ajeng mendapatkan dukungan dari keluarga dan sahabatnya.
Dia juga bergabung dengan komunitas yang berisi para penyintas kanker payudara. Di sanalah dia merasa tak sendiri. Kemoterapi dan rangkaian pengobatan yang berat bisa dia lalui sembari saling mencurahkan isi hati dengan sesama pasien.
Baca juga: Tanggal 13 Oktober diperingati sebagai Hari Tanpa Bra
Baca juga: Menyusui saat pandemi, perlukah ibu sampai cuci payudara?
Baca juga: Pria juga berisiko kanker payudara
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021