Psikolog anak dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (UI), Vera Itabiliana Hadiwidjojo, mengatakan orang tua dan pendidik dapat menerapkan tiga langkah yang bisa dilakukan untuk membantu menanamkan pola pikir pro-growth atau bertumbuh pada anak dan remaja.
Langkah pertama, kata Vera, orang tua maupun pendidik harus memiliki kepercayaan dan keyakinan terhadap pentingnya pola pikir bertumbuh sebelum berbicara atau berdiskusi bersama anak.
Baca juga: Psikolog : Melihat foto-foto lama bisa buat bahagia
“Kita sendiri pun (orang tua), deep insight di internal kita, juga harus percaya bahwa ada yang namanya small wins. Bahwa yang namanya ‘berhasil’ itu bisa berupa target kecil-kecil,” kata Vera saat konferensi pers virtual pada Selasa.
Menurut Vera, pola pikir bertumbuh mengakui segala bentuk pencapaian. Pola pikir ini memberikan makna kesuksesan dan prestasi yang diukur dari setiap tahap pencapaian. Dengan menerapkan pro-growth, maka secara perlahan-lahan pencapaian dalam tataran signifikan pun dapat memiliki makna yang lebih mendalam.
Baca juga: Batasi informasi berlebihan untuk jaga kesehatan jiwa
Langkah kedua, Vera menyarankan agar orang tua dapat memberi apresiasi atas pencapaian kecil yang berhasil dilalui sang anak. Namun, ia menegaskan bahwa orang tua perlu menahan diri untuk tidak langsung menuntut target-target lain yang semakin memberatkan anak.
Sebagai contoh, pada awalnya orang tua berniat untuk memberi apresiasi ketika sang anak mendapatkan nilai bagus tetapi sekaligus menuntut target nilai yang lebih tinggi pada saat itu juga. Hal tersebut, kata Vera, harus dihindari.
“Ketika kita sudah sepenuh hati percaya akan hal itu (pro-growth), maka ketika bicara bersama anak, kita bisa menghindari hal-hal yang berbau sarkas yang akhirnya bisa menjatuhkan anak,” tuturnya.
Baca juga: Wakapolda Kalbar lolos tes psikologi calon pimpinan KPK
Ketika orang tua telah mempercayai dan memahami pola pikir bertumbuh serta mampu menahan diri untuk tidak menuntut target-target berat, maka barulah orang tua bisa mengajak anak untuk menyusun target-target kecil dalam jangka pendek.
“Ketika kita sudah percayakan hal itu, duduk bareng sama anak, ‘Yuk, kita bikin target kecil-kecil’. Contohnya, ‘Apa yang mau kamu capai dalam bulan ini’ atau ‘Apa yang mau kamu perbaiki’. Nah, di situ kita bisa ajak anak untuk sama-sama mengembangkan diri lewat small steps,” kata Vera.
Menyusun target kecil bisa berupa hal-hal sederhana, misalnya merencanakan bangun tidur 10 menit lebih awal sebelum sekolah daring dimulai.
“Itu juga sudah pencapaian, it’s a big deal. Kalau dengar dari cerita-cerita klien remaja saya, kebanyakan dari mereka bangun 1 menit sebelum sekolah online dimulai, jadi nggak pakai mandi itu langsung buka laptop,” ujar Vera.
Baca juga: Sekedar menulis "terima kasih" bagus untuk kesehatan
Bahkan, untuk mencapai target mengurangi durasi bermain gim dan mengalihkan diri untuk belajar, kata Vera, perlu dilakukan secara bertahap small steps dan penuh kesabaran, tidak dilakukan secara instan.
“Saya punya banyak klien remaja yang memang struggling banget sama gim. Menurut saya, nggak mudah untuk mengalahkan keinginan bermain gim,” tuturnya.
Menurut Vera, penting untuk menyadari bahwa mengalahkan sesuatu di dalam diri sendiri juga merupakan bagian dari pencapaian yang patut diapresiasi. Dengan begitu, kepercayaan diri pada anak pun dapat bertumbuh dengan baik.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022
Langkah pertama, kata Vera, orang tua maupun pendidik harus memiliki kepercayaan dan keyakinan terhadap pentingnya pola pikir bertumbuh sebelum berbicara atau berdiskusi bersama anak.
Baca juga: Psikolog : Melihat foto-foto lama bisa buat bahagia
“Kita sendiri pun (orang tua), deep insight di internal kita, juga harus percaya bahwa ada yang namanya small wins. Bahwa yang namanya ‘berhasil’ itu bisa berupa target kecil-kecil,” kata Vera saat konferensi pers virtual pada Selasa.
Menurut Vera, pola pikir bertumbuh mengakui segala bentuk pencapaian. Pola pikir ini memberikan makna kesuksesan dan prestasi yang diukur dari setiap tahap pencapaian. Dengan menerapkan pro-growth, maka secara perlahan-lahan pencapaian dalam tataran signifikan pun dapat memiliki makna yang lebih mendalam.
Baca juga: Batasi informasi berlebihan untuk jaga kesehatan jiwa
Langkah kedua, Vera menyarankan agar orang tua dapat memberi apresiasi atas pencapaian kecil yang berhasil dilalui sang anak. Namun, ia menegaskan bahwa orang tua perlu menahan diri untuk tidak langsung menuntut target-target lain yang semakin memberatkan anak.
Sebagai contoh, pada awalnya orang tua berniat untuk memberi apresiasi ketika sang anak mendapatkan nilai bagus tetapi sekaligus menuntut target nilai yang lebih tinggi pada saat itu juga. Hal tersebut, kata Vera, harus dihindari.
“Ketika kita sudah sepenuh hati percaya akan hal itu (pro-growth), maka ketika bicara bersama anak, kita bisa menghindari hal-hal yang berbau sarkas yang akhirnya bisa menjatuhkan anak,” tuturnya.
Baca juga: Wakapolda Kalbar lolos tes psikologi calon pimpinan KPK
Ketika orang tua telah mempercayai dan memahami pola pikir bertumbuh serta mampu menahan diri untuk tidak menuntut target-target berat, maka barulah orang tua bisa mengajak anak untuk menyusun target-target kecil dalam jangka pendek.
“Ketika kita sudah percayakan hal itu, duduk bareng sama anak, ‘Yuk, kita bikin target kecil-kecil’. Contohnya, ‘Apa yang mau kamu capai dalam bulan ini’ atau ‘Apa yang mau kamu perbaiki’. Nah, di situ kita bisa ajak anak untuk sama-sama mengembangkan diri lewat small steps,” kata Vera.
Menyusun target kecil bisa berupa hal-hal sederhana, misalnya merencanakan bangun tidur 10 menit lebih awal sebelum sekolah daring dimulai.
“Itu juga sudah pencapaian, it’s a big deal. Kalau dengar dari cerita-cerita klien remaja saya, kebanyakan dari mereka bangun 1 menit sebelum sekolah online dimulai, jadi nggak pakai mandi itu langsung buka laptop,” ujar Vera.
Baca juga: Sekedar menulis "terima kasih" bagus untuk kesehatan
Bahkan, untuk mencapai target mengurangi durasi bermain gim dan mengalihkan diri untuk belajar, kata Vera, perlu dilakukan secara bertahap small steps dan penuh kesabaran, tidak dilakukan secara instan.
“Saya punya banyak klien remaja yang memang struggling banget sama gim. Menurut saya, nggak mudah untuk mengalahkan keinginan bermain gim,” tuturnya.
Menurut Vera, penting untuk menyadari bahwa mengalahkan sesuatu di dalam diri sendiri juga merupakan bagian dari pencapaian yang patut diapresiasi. Dengan begitu, kepercayaan diri pada anak pun dapat bertumbuh dengan baik.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022