Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar, Florentinus Anum menargetkan pada 2022 pengembangan padi di daerah itu seluas 315 hektare.
"Dari luas lahan tersebut diproyeksikan produksi padi 2022 dengan produktivitas 3,1 ton per hektare sebanyak 945 ribu ton," ujarnya di Pontianak, Kamis
Ia menjelaskan bahwa dari luasan yang ada masih sebagian besar dikembangkan oleh petani secara swadaya. Intervensi pemerintah masih perlu dimaksimalkan.
"Kami tidak memungkiri untuk pengembangan padi ini masih didominasi petani secara swadaya. Bantuan pemerintah baik pusat maupun provinsi saat ini ada pengurangan," katanya.
Terkait strategi pembangunan pertanian di Kalbar agar berkelanjutan dan memberi dampak luas, pihaknya mengarahkan dan melakukan kebijakan di antaranya intensifikasi terhadap tahapan proses produksi
"Intensifikasi ini masuk ke dalam setiap tahapan proses produksi pertanian dari hulu sampai ke hilir, mulai dari semai, pengolahan tanaman, pemupukan dan sebagainya kemudian panen sampai ke pada tata niaga.
Intensifikasi perlu sentuhan teknologi. Teknologi di pertanian itu selalu menjadi satu amunisi. Dalam intensifikasi pertanian tentu butuh benih yang unggul," kata dia.
Selanjutnya, pertanian berbasis klaster. Untuk memaksimalkan potensi dan efisiensi pentingnya pengembangan berbasis klaster yang terintegrasi dari hulu dan hilir sehingga terpadu.
"Pengembangan berbasis kawasan para pihak terlibat bukan hanya pemerintah namun masyarakat, swasta dan lainnya sehingga ada kekuatan dan kemandirian pangan, petani sejahtera dan agrobisnis usaha tani tersebut juga lancar," katanya.
Ia menambahkan penguatan kelembagaan petani dalam kemitraan menjadi hal yang penting. Dari berbagai tahapan, tahapan hasil dari produksi menjadi krusial.
"Jangan sampai produksi yang maksimal tanpa diikuti dampak pada kesejahteraan karena penerimaan petani terdampak harga dan pasar yang belum memberikan keuntungan bagi petani. Kemitraan menjamin pasar dan harga bagi petani. Sedangkan bagi pembeli adanya keberlanjutan produk pertanian," jelas dia.
Kuantitas, kualitas dan jenis komoditas juga menjadi perhatian. Aspek kuantitas dilihat dari sisi produksi yang melimpah dari produktivitas yang tinggi. Kemudian, aspek kuantitas yang tinggi akan lebih baik dengan kualitas yang lebih baik pula. Apalagi kedua hal tersebut dibarengi dengan jenis komoditas yang semakin beragam. Jenis komoditas yang beragam tentu disesuaikan dengan permintaan pasar baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun luar. Sehingga yang dihasilkan terserap pasar dan berdampak pada kesejahteraan.
"Pertanian berbasis ekspor juga mulai dimaksimalkan.Hal itu dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani. Jenis komoditi pertanian di Kalbar tujuan ekspor seperti komoditi beras khusus dan palawija, komoditi hortikultura seperti durian, jeruk, Alpukat Sinka, umbi- umbian, lidah buaya, buah naga dan lainnya. Ada tiga hal penting yang diperhatikan dalam ekspor yakni peningkatan produktivitas, mutu dan jenis komoditi ekspor," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022
"Dari luas lahan tersebut diproyeksikan produksi padi 2022 dengan produktivitas 3,1 ton per hektare sebanyak 945 ribu ton," ujarnya di Pontianak, Kamis
Ia menjelaskan bahwa dari luasan yang ada masih sebagian besar dikembangkan oleh petani secara swadaya. Intervensi pemerintah masih perlu dimaksimalkan.
"Kami tidak memungkiri untuk pengembangan padi ini masih didominasi petani secara swadaya. Bantuan pemerintah baik pusat maupun provinsi saat ini ada pengurangan," katanya.
Terkait strategi pembangunan pertanian di Kalbar agar berkelanjutan dan memberi dampak luas, pihaknya mengarahkan dan melakukan kebijakan di antaranya intensifikasi terhadap tahapan proses produksi
"Intensifikasi ini masuk ke dalam setiap tahapan proses produksi pertanian dari hulu sampai ke hilir, mulai dari semai, pengolahan tanaman, pemupukan dan sebagainya kemudian panen sampai ke pada tata niaga.
Intensifikasi perlu sentuhan teknologi. Teknologi di pertanian itu selalu menjadi satu amunisi. Dalam intensifikasi pertanian tentu butuh benih yang unggul," kata dia.
Selanjutnya, pertanian berbasis klaster. Untuk memaksimalkan potensi dan efisiensi pentingnya pengembangan berbasis klaster yang terintegrasi dari hulu dan hilir sehingga terpadu.
"Pengembangan berbasis kawasan para pihak terlibat bukan hanya pemerintah namun masyarakat, swasta dan lainnya sehingga ada kekuatan dan kemandirian pangan, petani sejahtera dan agrobisnis usaha tani tersebut juga lancar," katanya.
Ia menambahkan penguatan kelembagaan petani dalam kemitraan menjadi hal yang penting. Dari berbagai tahapan, tahapan hasil dari produksi menjadi krusial.
"Jangan sampai produksi yang maksimal tanpa diikuti dampak pada kesejahteraan karena penerimaan petani terdampak harga dan pasar yang belum memberikan keuntungan bagi petani. Kemitraan menjamin pasar dan harga bagi petani. Sedangkan bagi pembeli adanya keberlanjutan produk pertanian," jelas dia.
Kuantitas, kualitas dan jenis komoditas juga menjadi perhatian. Aspek kuantitas dilihat dari sisi produksi yang melimpah dari produktivitas yang tinggi. Kemudian, aspek kuantitas yang tinggi akan lebih baik dengan kualitas yang lebih baik pula. Apalagi kedua hal tersebut dibarengi dengan jenis komoditas yang semakin beragam. Jenis komoditas yang beragam tentu disesuaikan dengan permintaan pasar baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun luar. Sehingga yang dihasilkan terserap pasar dan berdampak pada kesejahteraan.
"Pertanian berbasis ekspor juga mulai dimaksimalkan.Hal itu dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani. Jenis komoditi pertanian di Kalbar tujuan ekspor seperti komoditi beras khusus dan palawija, komoditi hortikultura seperti durian, jeruk, Alpukat Sinka, umbi- umbian, lidah buaya, buah naga dan lainnya. Ada tiga hal penting yang diperhatikan dalam ekspor yakni peningkatan produktivitas, mutu dan jenis komoditi ekspor," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022