Manager Konservasi Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI) Muhamad Rusda mengatakan pihaknya saat ini bisa membeli hasil ecopolybag kelompok binaan Tanagupa mencapai 3.000 polybag setiap bulannya.
“Setiap kelompok maksimal kita ambil 3.000, ada juga yang 2.000 polybag bahkan ada yang 1.000 buah setiap bulannya,” kata Muhamad Rusda di Sukadana.
Ecopolybag yang terbuat dari Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yaitu bambu dan daun pandan merupakan program baru dari ASRI dalam rangka mengurangi sampah dan diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitar kawasan Tanagupa.
Dengan menggunakan polybag non – plastik kegiatan penanaman di Kawasan Taman Nasional khususnya di areal deforestasi tidak akan meninggalkan sampah plastik di kawasan lindung tersebut.
“Cerita awalnya ecopolybag ini, kita pengen reboisasi itu bisa ramah lingkungan polybag sebisa mungkin di konversi dengan ecopolybag sehingga nanti kegiatan penanaman tersebut bisa ramah lingkungan,” ceritanya.
ASRI saat ini mengambil polybag hasil kerajinan tangan tersebut dengan harga Rp2.000 perbuah dengan ukuran polybag yang dianyam tersebut bervariasi mulai dari berdiameter 6 sampai 8 cm dengan tinggi mencapai sekitar 15-18 cm.
Melalui kolaborasi antara Tanagupa dengan ASRI delapan kelompok binaan saat ini terus dikuatkan baik secara kelembagaan maupun kemampuan membuat ecopolybag baik kualitas dan kuantitas yang dihasilkan.
“Kita tidak membayarkan semua ke pengrajin, cuman sebagian senilai Rp1.700 ke mereka sedangkan yang Rp300 itu kita transfer ke rekening kelompok untuk dikelola secara bersama,” ungkapnya.
Ditambahkannya, salama ini pengrajin dari bahan bambu hanya menggunakan kulit bambu saja untuk dijadikan anyaman, namun sejak adanya program ecopolybag isi dari bambu bisa dimanfaatkan untuk membuat polybag yang mudah terurai tersebut.
“Dengan adanya ecopolybag ini, kita jadikan yang tidak ternilai menjadi bermanfaat dan bernilai,disitu nilai plusnya,” kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022
“Setiap kelompok maksimal kita ambil 3.000, ada juga yang 2.000 polybag bahkan ada yang 1.000 buah setiap bulannya,” kata Muhamad Rusda di Sukadana.
Ecopolybag yang terbuat dari Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yaitu bambu dan daun pandan merupakan program baru dari ASRI dalam rangka mengurangi sampah dan diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitar kawasan Tanagupa.
Dengan menggunakan polybag non – plastik kegiatan penanaman di Kawasan Taman Nasional khususnya di areal deforestasi tidak akan meninggalkan sampah plastik di kawasan lindung tersebut.
“Cerita awalnya ecopolybag ini, kita pengen reboisasi itu bisa ramah lingkungan polybag sebisa mungkin di konversi dengan ecopolybag sehingga nanti kegiatan penanaman tersebut bisa ramah lingkungan,” ceritanya.
ASRI saat ini mengambil polybag hasil kerajinan tangan tersebut dengan harga Rp2.000 perbuah dengan ukuran polybag yang dianyam tersebut bervariasi mulai dari berdiameter 6 sampai 8 cm dengan tinggi mencapai sekitar 15-18 cm.
Melalui kolaborasi antara Tanagupa dengan ASRI delapan kelompok binaan saat ini terus dikuatkan baik secara kelembagaan maupun kemampuan membuat ecopolybag baik kualitas dan kuantitas yang dihasilkan.
“Kita tidak membayarkan semua ke pengrajin, cuman sebagian senilai Rp1.700 ke mereka sedangkan yang Rp300 itu kita transfer ke rekening kelompok untuk dikelola secara bersama,” ungkapnya.
Ditambahkannya, salama ini pengrajin dari bahan bambu hanya menggunakan kulit bambu saja untuk dijadikan anyaman, namun sejak adanya program ecopolybag isi dari bambu bisa dimanfaatkan untuk membuat polybag yang mudah terurai tersebut.
“Dengan adanya ecopolybag ini, kita jadikan yang tidak ternilai menjadi bermanfaat dan bernilai,disitu nilai plusnya,” kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022