Dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) dr. Hario Baskoro, Ph.D, Sp.P mengatakan tiga langkah pola hidup sehat, sangat penting untuk menjaga kesehatan paru-paru, dimulai dari menghindari kebiasaan merokok.
“Pola hidup itu sangat penting untuk kesehatan paru-paru. Yang pertama saya coba soroti adalah kebiasaan merokok. Ini memang sudah terbukti secara ilmiah dan penelitian, merokok bisa mengakibatkan gangguan di paru-paru, mulai ringan sampai berat,” kata Hario dalam diskusi daring di Jakarta, Jumat.
Hario mengatakan secara umum asap rokok dapat menyebabkan saluran napas menjadi rusak dan tidak normal lagi. Ketika seseorang merokok, imbuhnya, maka sistem pertahanan alami yang dimiliki organ paru-paru akan menjadi terganggu dan fungsi menyaring debu pun menjadi tidak efektif lagi.
“Di dalam saluran nafas itu, secara alami terdapat struktur saluran napas dalam yang berfungsi menjaga kita agar bisa tetap aman (dari debu dalam udara yang masuk),” katanya.
Selain menghindari rokok, gaya hidup berolahraga secara rutin juga perlu diterapkan untuk membantu kesehatan jantung tetap terjaga. Hario mengatakan olahraga secara tidak langsung akan mengefisienkan kerja jantung dan proses penyerapan oksigen di paru-paru.
“Memang olahraga itu tidak secara langsung menaikkan fungsi paru-paru. Tetapi komponen itu bekerja sama dengan jantung (yang letaknya juga berdekatan),” katanya.
Selain itu, gaya hidup yang lainnya juga termasuk tetap menerapkan pola makan dengan konsep gizi berimbang, walau tidak terdapat pilihan makanan tertentu yang secara langsung berkontribusi pada kesehatan paru-paru.
Namun pada kondisi-kondisi tertentu, yakni seorang yang sudah menjadi penderita penyakit paru-paru seperti tuberkulosis (TBC) dan kanker paru-paru, pola makan yang baik pun menjadi penting untuk lebih diperhatikan. Apalagi pada kondisi TBC dan kanker paru-paru biasanya nafsu makan pada pasien menurun.
“Pada kondisi-kondisi yang memang sudah terjadi (penyakit paru-paru), memang pilihan asupannya harus yang baik dengan gizi yang baik, protein dan kalorinya disesuaikan. Atau pada pasien kanker paru, itu juga sama, berat badannya kan turun dan nafsu makannya juga menurun. Pada kondisi-kondisi itu memang penting untuk diperhatikan,” katanya.
Baca juga: Penderita hipertensi paru tetap bisa berolahraga, perhatikan hal ini
Baca juga: Tolak vaksin, Joshua Kimmich alami masalah paru-paru akibat COVID
COVID-19 merupakan penyakit yang utamanya menyerang saluran pernapasan. Untuk menghindarinya, protokol kesehatan seperti mengenakan masker dan melakukan vaksinasi harus diterapkan. Jika seseorang sudah terinfeksi, bagaimana dampaknya terhadap sistem pernapasan?
Dokter spesialis paru dan pernapasan, dr. Amira Anwar, Sp.P, FAPSR, dari Ikatan Dokter Indonesia menjelaskan, infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang, atau berat.
Gejala klinis utama pada COVID-19 di antaranya adalah demam, sesak, lemas, nyeri otot, serta diare. Setiap pasien dapat mempunyai gejala yang berbeda. Pada kasus yang berat, dapat juga terjadi perburukan yang cepat sehingga menyebabkan kegagalan pernapasan, kelainan metabolik lainnya, gangguan sistem koagulasi (pembekuan darah), hingga terjadinya badai sitokin yang dapat merusak organ dalam tubuh. Baca selengkapnya: Memahami faktor yang mempengaruhi risiko kerusakan paru pasien pascaCOVID-19
Baca juga: Pakai masker selama berolahraga bisa ganggu fungsi paru?
Baca juga: Kondisi paru-paru Trump dipantau usai diberi oksigen tambahan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022
“Pola hidup itu sangat penting untuk kesehatan paru-paru. Yang pertama saya coba soroti adalah kebiasaan merokok. Ini memang sudah terbukti secara ilmiah dan penelitian, merokok bisa mengakibatkan gangguan di paru-paru, mulai ringan sampai berat,” kata Hario dalam diskusi daring di Jakarta, Jumat.
Hario mengatakan secara umum asap rokok dapat menyebabkan saluran napas menjadi rusak dan tidak normal lagi. Ketika seseorang merokok, imbuhnya, maka sistem pertahanan alami yang dimiliki organ paru-paru akan menjadi terganggu dan fungsi menyaring debu pun menjadi tidak efektif lagi.
“Di dalam saluran nafas itu, secara alami terdapat struktur saluran napas dalam yang berfungsi menjaga kita agar bisa tetap aman (dari debu dalam udara yang masuk),” katanya.
Selain menghindari rokok, gaya hidup berolahraga secara rutin juga perlu diterapkan untuk membantu kesehatan jantung tetap terjaga. Hario mengatakan olahraga secara tidak langsung akan mengefisienkan kerja jantung dan proses penyerapan oksigen di paru-paru.
“Memang olahraga itu tidak secara langsung menaikkan fungsi paru-paru. Tetapi komponen itu bekerja sama dengan jantung (yang letaknya juga berdekatan),” katanya.
Selain itu, gaya hidup yang lainnya juga termasuk tetap menerapkan pola makan dengan konsep gizi berimbang, walau tidak terdapat pilihan makanan tertentu yang secara langsung berkontribusi pada kesehatan paru-paru.
Namun pada kondisi-kondisi tertentu, yakni seorang yang sudah menjadi penderita penyakit paru-paru seperti tuberkulosis (TBC) dan kanker paru-paru, pola makan yang baik pun menjadi penting untuk lebih diperhatikan. Apalagi pada kondisi TBC dan kanker paru-paru biasanya nafsu makan pada pasien menurun.
“Pada kondisi-kondisi yang memang sudah terjadi (penyakit paru-paru), memang pilihan asupannya harus yang baik dengan gizi yang baik, protein dan kalorinya disesuaikan. Atau pada pasien kanker paru, itu juga sama, berat badannya kan turun dan nafsu makannya juga menurun. Pada kondisi-kondisi itu memang penting untuk diperhatikan,” katanya.
Baca juga: Penderita hipertensi paru tetap bisa berolahraga, perhatikan hal ini
Baca juga: Tolak vaksin, Joshua Kimmich alami masalah paru-paru akibat COVID
COVID-19 merupakan penyakit yang utamanya menyerang saluran pernapasan. Untuk menghindarinya, protokol kesehatan seperti mengenakan masker dan melakukan vaksinasi harus diterapkan. Jika seseorang sudah terinfeksi, bagaimana dampaknya terhadap sistem pernapasan?
Dokter spesialis paru dan pernapasan, dr. Amira Anwar, Sp.P, FAPSR, dari Ikatan Dokter Indonesia menjelaskan, infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang, atau berat.
Gejala klinis utama pada COVID-19 di antaranya adalah demam, sesak, lemas, nyeri otot, serta diare. Setiap pasien dapat mempunyai gejala yang berbeda. Pada kasus yang berat, dapat juga terjadi perburukan yang cepat sehingga menyebabkan kegagalan pernapasan, kelainan metabolik lainnya, gangguan sistem koagulasi (pembekuan darah), hingga terjadinya badai sitokin yang dapat merusak organ dalam tubuh. Baca selengkapnya: Memahami faktor yang mempengaruhi risiko kerusakan paru pasien pascaCOVID-19
Baca juga: Pakai masker selama berolahraga bisa ganggu fungsi paru?
Baca juga: Kondisi paru-paru Trump dipantau usai diberi oksigen tambahan
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022