Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengatakan anak yang kehilangan orangtua karena menjadi korban dari Tragedi Kanjuruhan perlu mendapatkan figur pengganti ayah dan ibu yang tepat demi masa depan mereka.

"Selain solusi uang santunan, bahan pokok, beasiswa dan pengalihan pengasuhan, penting memastikan anak-anak yang kehilangan orangtua mendapatkan figur pengganti yang tepat, seperti keluarga sedarah," kata Kepala Divisi Pengawasan, Monitoring, dan Evaluasi KPAI Jasra Putra lewat aplikasi pesan singkat kepada ANTARA, Kamis.

Ia mengajak orang-orang untuk belajar dari pengalaman selama pandemi COVID-19 yang juga merenggut nyawa banyak orang, meninggalkan seseorang yang ditinggalkan merasa sendirian dan mudah cemas, takut, serta kehilangan harapan.

Baca juga: BRI sampaikan duka atas korban meninggal pada peristiwa Kanjuruhan

Orang yang ditinggalkan, dalam hal ini anak yang kehilangan orangtua, bisa merasakan duka mendalam karena kehilangan sosok penting dalam hidupnya sehingga KPAI menilai anak-anak itu butuh pendampingan jangka panjang.

Figur pengganti orangtua pada anak korban Tragedi Kanjuruhan diharapkan punya rencana untuk masa depan anak dan hati-hati dalam memakai santunan yang diberikan kepada anak.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo akan memberikan santunan sebesar Rp50 juta untuk masing-masing korban sebagai tanda belasungkawa.

Jasra menegaskan penting melibatkan ahli dari lintas profesi dalam pendampingan, mulai dari pekerja sosial, psikolog hingga guru, dalam memanfaatkan bantuan sehingga tumbuh kembang anak menjadi maksimal.

Baca juga: Mahfud MD gelar rapat koordinasi terkait tragedi Kanjuruhan

Ia menambahkan menurut mandat UU 23 tahun 2014 tentang pembagian kewenangan pusat dan daerah soal anak anak membutuhkan perlindungan khusus, bupati/walikota menjadi pemimpin penyelenggaraan perlindungan khusus anak di keluarga.

"Penting pemerintah bersama masyarakat, memperkuat tanggung jawab orang tua penggantinya (anak yang kehilangan orangtua), termasuk peningkatan akses ekonomi bagi keluarga yang membutuhkan," papar dia.

Mereka yang kehilangan orangtua di Kanjuruhan juga harus dipastikan tetap berada dalam keluarga yang penuh kasih sayang serta sejahtera sehingga anak merasa diterima dan tetap terlindung.

"Anak-anak yang kehilangan orang tua mudah sekali kecerdasan emosionalnya terganggu. Bila mendapatkan tekanan, bentakan, bisa berdampak buruk pada tumbuh kembangnya ke depan," kata Jasra.

Ia berpendapat pemerintah setempat dapat mengupayakan bagi orang tua pengganti pengasuh anak untuk mendapatkan pelatihan yang diperlukan agar bisa menerapkan pola asuh terbaik untuk masa depan anak, bebas dari kekerasan dan perundungan.

"Karena kita semua punya amanah, bicara penyelenggaraan perlindungan anak dalam Undang Undang Perlindungan Anak sampai 18 tahun," kata dia.

Baca juga: Kemenag ajak gelar shalat ghaib dan berdoa untuk korban Kanjuruhan
 

Relawan pendukung Ganjar Pranowo yang tergabung dalam Mak Ganjar Provinsi Kalimantan Barat menggelar doa untuk kebaikan dan kemajuan bangsa dan negara Indonesia dan juga mendoakan korban tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur yang digelar di Desa Sungai Kunyit Hulu, Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Mampawah. 

“Kita berdoa untuk kemakmuran negeri dan juga turut berduka atas tragedi di stadion Kanjuruhan Malang. Makanya, tadi kami mendoakan yang terbaik kepada korban dan keluarganya, atas tragedi kemanusian itu," kata Koordinator Daerah Mak Ganjar Kabupaten Mempawah, Krismonikasari, Selasa. 

Menurut dia, dalam doa juga terselip permohonan agar Indonesia diberi pemimpin yang baik, cinta rakyat, nasionalis, religius yang mendorong moderasi beragama dan bisa membawa kemajuan, yang sosok pemimpin itu ialah Ganjar Pranowo. Baca selengkapnya: Doa bersama untuk Indonesia dan korban tragedi di Kanjuruhan
 

Pewarta: Nanien Yuniar

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022