Para dosen dan mahasiswa Politeknik Negeri Pontianak (Polnep) jurusan Tehnik Sipil melalui program  Tim Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) memberi bantuan kepada Pondok Pesantren (Pompes) Al-I’tikaf Al-Islamiyah dalam mengupayakan penyediaan air bersih untuk keperluan mandi dan cuci bagi para santri, ustad dan pengurus Ponpes tersebut. 

 “Dalam program kali ini kami berhasil membuat bak penyaring air untuk menghilangkan zat besi yang terkandung dalam air baku dari sumur bor di Ponpes Al-I’tikaf Al-Islamiyah. Keberhasilan ini memang kami khususkan untuk membantu Ponpes Al-I’tikaf Al-Islamiyah yang mengalami kesulitan penyediaan air bersih dari sumur bor,” kata Ketua Tim PPM Polnep, Iin Arianti  pada program pembuatan bak penyaring air bersih di Pontianak, Sabtu.

Iln mengatakan dalam kegiatan kali ini, Tim PPM Polnep juga melakukan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terhadap seluruh penghuni Ponpes Al-I’tikaf Al-Islamiyah.

“Kegiatan PPM ini sekaligus juga merupakan alih teknologi dari cara pembuatan bak penyaring, pengoperasian, pemeliharaan alat penyaring air yang dapat dilakukan secara mandiri oleh pondok pesantren dan juga masyarakat,” ujar Iin.

Menurutnya, kegiatan PPM di Ponpes ini karena adanya keluhan dari para santri dan ustadz yang mengalami penyakit kulit. Kemudian setelah dilakukan pertemuan antara pengurus Ponpes, ustadz dan tim PPM Polnep, diambil lah kesepakatan untuk membuat sistem penyaringan air bersih, “mereka mengeluh karena air yang digunakan untuk MCK selama ini ternyata mengandung zat besi sangat tinggi”, imbuhnya.

Iin menjelaskan, ada dua cara untuk mengatasi hal ini, yaitu menggunakan metode kimiawi atau metode penyaringan (filtering), dipilih metode filtering karena biayanya yang lebih murah dan pengoperasian, serta pemeliharaan juga lebih mudah.

Menurutnya, pengolahan air bersih ini meliputi dua tahap yaitu proses oksidasi ion Besi Fe(II) oleh oksigen dari udara yang terlarut dalam air sehingga dihasilkan koloid yang mudah mengendap kebagian dasar bak yang dilakukan dalam bak penampungan. Dan, proses penyaringan air untuk menghilangkan warna dan bau.

“Pada tahap ini air dari bak aerasi dialirkan ke dalam bak filter. Prinsip pengolahan air adalah adsorpsi dan penukar ion,” ujar Iin.

Sementara ujarnya lagi, bahan yang di gunakan yaitu pasir aktif, ferrolite dan manganese masing-masing sebanyak 25 kg dimasukkan ke dalam bak filter nomor 1, 2, dan 3 yang sebelumnya telah dilapisi dengan waring.

Hal ini berfungsi sebagai adsorbent (penyerap) dan juga berperan pada proses penukar kation yaitu dapat mengikat logam- logam berat seperti Pb(II), Fe(III), dan Cu(II), dan dapat mengikat kation dan anion yang menyebabkan kesadahan air yakni Ca2+ dan Mg2+ yang terlarut dalam air.

Sementara itu karbon aktif dalam bak filter/penyaringan ke empat (4) berfungsi sebagai zat pengabsorpsi warna dan bau. Setelah melalui 4 bak filter, air masuk ke bak penenang. Setelah itu barulah air kemudian dialirkan ke bak penampungan air bersih (hasil penyaringan).

Lebih jauh Iin menjelaskan untuk memastikan hasil dari bak penyaring air, maka air baku dan air hasil penyaringan itu diuji di laboratorium. Dimana hasil uji tersebut diperoleh penurunan yang sangat signifikan dari warna dan turbidity air baku, yang dapat dilihat secara kasat mata melalui sampel air baku dan sampel air setelah disaring, setelah didiamkan selama 24 jam air baku berwarna kuning kecoklatan, sedangkan air hasil penyaringan berwarna lebih bening dengan sedikit endapan di dasarnya.

“Dari hasil ini, para santri, ustad, dan pengurus ponpes sangat antusias dengan adanya bantuan alat penyaring air ini, karena terbukti hasil air setelah melalui saringan ini cukup bersih dan layak digunakan untuk kegiatan MCK di ponpes tersebut,” tutur Iin.

Bahkan pihak ponpes berharap alat penyaring ini bisa dikembangkan untuk debit yang lebih besar lagi karena jumlah santri dari tahun ke tahun selalu bertambah, dan ada juga kegiatan TPA untuk anak-anak, serta digunakan juga untuk air wudhu masjid yang ada di ponpes.

“Untuk dipergunakan selanjutnya, kami telah melakukan serah terima alat penyaring air bersih sebagai bantuan Tim PPM Polnep kepada Ponpes Al-I’tikaf Al-Islamiyah. Tidak hanya itu, Tim PPM Polnep juga memberikan pelatihan tentang pembuatan, pengoperasian dan pemeliharaan alat penyaring tersebut,” ujar Iin.

Tim PPM mengakui, pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat itu bisa dikatakan berhasil dan sukses. Karena tujuan dan manfaat kegiatan PPM dapat diukur dari tingginya animo khalayak sasaran dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan, dan manfaat alat dapat membersihkan kadar zat besi yang tinggi dari air baku.

Dalam kesempatan ini, Iin Arianti selaku ketua tim juga menyampaikan bahwa suksesnya kegiatan tersebut tak lepas berkat dukungan dari berbagai pihak. Mulai dari Direktur Polnep beserta seluruh jajarannya, Kepala Unit Penelitian dan PPM Polnep, Ketua Jurusan Teknik Sipil Polnep dan Pimpinan Pondok Pesantren Al-I’tikaf Al-Islamiyah, Halidi beserta seluruh pengurus ponpes, para ustadz, para santri, dan seluruh anggota tim PPM yang saling bersinergi dalam pelaksanaan kegiatan ini.

 

Kegiatan PPM Polnep di Ponpes Al-I’tikaf Al-Islamiyah (FOTO ANTARA/HO-HO-PolHO-HO-PolneoHO-HO-PolHO-HO-Polnep)

“Kami berharap semoga apa yang telah kami lakukan di ponpes Al-I’tikaf Al-Islamiyah ini dapat mengilhami masyarakat lain dan dapat diterapkan di lokasi lain yang membutuhkan teknologi pengolahan air bersih yang sederhana tapi efektif ini,” tutup Iin.

Pewarta: Slamet Ardiansyah

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022